Oleh : Fredy Wansyah*


Media Informasi dan Masyarakat

Sebelum zaman kemerdekaan Indonesia media-media massa telah lahir. Media massa dijadikan sebagai media informasi oleh publik, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun budaya. Namun, sejak zaman sebelum kemerdekaan itu hingga saat ini media massa kita belum dapat dikatakan dalam keadaan baik. Padahal pembangunan suatu negara yang mencapai taraf kesejahteraan adalah, salah satunya, perbaikan informasi secara menyeluruh ke bebagai daerah.

Pada tahun 80-an pemerintahan rezim Soeharto pernah mencanangkan Koran Membangun Desa (KMD). Namun buruknya orientasi dari KMD tersebut adalah modernisasi di desa-desa sebagai orientasi pembangunan, tidak dapat dibenarkan sesuai keadaan ekonomi maupun sosial pada saat itu. Penyuplaian koran ke desa-desa sebenarnya suatu langkah menyebarkan informasi secara menyeluruh di berbagai daerah, tetapi KMD tidak tepat karena orientasi tersebut dan mungkin dapat dikatakan gagal. Kegagalan ini dapat dibuktikan, misalnya di Cianjur Selatan, seperti yang dialami penulis di tahun 2009, media massa cetak hanya ada seminggu sekali di suatu kecamatan kabupaten Cianjur.

Tidak beberapa lama sejak program pemerintah tersebut berjalan muncul pula media elektronik, yakni televisi. Media ini dijadikan sarana utama oleh banyak keluarga, yang dinilai lebih canggih dari media non-elektronik, khususnya adalah media massa. Masa-masa transisi dari media non-elektronik ke media elektronik, di akhir tahun 80-an dan 90-an, saluran televisi masih ditangani oleh pemerintah dengan satu saluran sentral, yakni TVRI.

Hadirnya media massa elektronik ini memperlihatkan prioritas dalam tradisi masyarakat Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia tidak sesuai dengan tradisi baca dan tulis. Efesiensi adalah faktor utamanya bila dibandingkan dengan tradisi dengar dan tutur. Tradisi baca dan tulis sejak zaman sebelum kemerdekaan di Indonesia pun tidak berkembang di masyarakat, sehingga hal ini mempengaruhi budaya masyarakat saat ini. Pun secara otomatis mempengaruhi tradisi penerimaan informasi saat ini, bahwa masyarakat lebih memilih media televisi. Padahal dengan tradisi baca dan tulis dalam pengembangan informasi akan berdampak pada daya intelektualitas yang didasari oleh penalaran. Seperti terlihat pada statistik BPS di tahun 1993, sebanyak 66% masyarakat kita memilih tontonan televisi, sementara yang memilih baca koran/majalah hanya 22,25%.


Informasi dan Aspeknya

Hingga kini perkembangan media massa belum disesuaikan dengan berbagai aspek yang berdasarkan kondisi masyarakatnya. Ekonomi masyarakat masih dominan di bawah garis kemiskinan, namun perkembangan media massa justru media elektroniklah yang berkembang. Selain televisi, media elektronik kini telah memasuki “digitalisasi-informasi” yang lebih banyak mengeluarkan biaya.

Meskipun akibat baiknya dari perkembangan tersebut adalah terciptanya variasi perspektif informasi, tetapi dampaknya mengakibatkan ketidakmerataan penerimaan informasi di masyarakat. Aksesnya terlalu membatasi, belum terjadi sinkronisasi dengan latar pendidikan, dan apatisme masyarakat merupakan beberapa hal kendala perbaikan dalam perkembangan informasi. Aspek-aspek kehidupan pun, seperti ekonomi, politik, dan budaya, hanya menjadi kepentingan sekelompok masyarakat tertentu yang justru memiliki kepentingan ekonomis di balik tindakannya.

Melihat konteks masyarakat saat ini, maka pemerintah harus berani menekan pemilik (owner) media-media massa, khususnya media elektronik (televisi/internet) untuk menciptakan biaya akses yang sesuai kondisi masyarakat keseluruhan. Selain itu, beberapa pihak non-pemerintah pun harus mampu menciptakan media massa yang mencerdaskan masyarakat. Upaya oleh non-pemerintah ini pun diharapkan justru akan lebih menciptakan perkembangan informasi yang partisipatif, kontributif, obyektif, dan apresiatif dalam aspek-aspek sosial, budaya, politik, dan ekonomi terhadap kehidupan bernegara.


* Penulis adalah Mahasiswa Sastra Indonesia-Unpad, sekaligus anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Bandung.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

0 Comments:

Post a Comment