Oleh : Hadi Purnomo*


Penetapan Upah Minimum Kota/Kabupaten Jawa Timur 2011 telah ditetapkan oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo melalui dua Peraturan Gubernur nomor 93 dan 95. Seharusnya pemberlakuan upah ini sudah efektif dilaksanakan dan diawasi pelaksanaannya. Tetapi pada praktiknya konflik seputar penetapan Peraturan Gubernur (Pergub) tentang besaran UMK Jatim 2011 itu belum juga selesai.

Permasalahan ini dimulai ketika Gubernur memberikan batas waktu usulan upah minimum yang sudah harus masuk ke pemprov selambat-lambatnya 40 hari sebelum pelaksanaan, namun ternyata masih ada daerah seperti Gresik yang masih tarik ulur kepentingan dalam penetapan upah minimumnya. Terdapat 1 komponen upah yaitu soal transportasi yang belum ada kesepakatan hingga batas waktu yang ditentukan hingga akhirnya Bupati Gresik memberikan usulan angka sebesar Rp. 1.149.200. Tetapi usulan ini akhirnya ditolak oleh Gubernur karena dianggap tidak sesuai dan terlalu jauh meninggalkan usulan UMK Surabaya yang hanya sebesar Rp. 1.115.000.

Meski tidak ada aturan yang mengharuskan ibukota provinsi harus ada di peringkat pertama dalam penetapan upah minimum, tapi dengan perbedaan angka yang tajam antara Surabaya dan Gresik, patut menjadi pertanyaan manakah di antara dua kota tersebut yang memanipulasi angka Survey Kebutuhan Hidup Layak? Meski sempat dua kali dikembalikan akhirnya gubernur pada 23 November 2010 menetapkan usulan Kabupaten Gresik sebesar Rp. 1.133.000 melalui Pergub 95. Sebelumnya pada 19 November 2010, gubernur juga telah menetapkan usulan 37 kota/kabupaten di Jawa Timur selain Gresik dan ini berarti pertama kali dalam sejarah penetapan UMK di Jatim, gubernur mengeluarkan dua Peraturan Gubernur.

Meski telah ditetapkan dalam dua Pergub, permasalahan tidak lantas selesai. Serikat buruh yang ada di dalam Dewan Pengupahan Surabaya (SPSI dan serikat lain) yang awalnya sepakat dan menandatangani usulan UMK Surabaya tersebut dan hanya Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Surabaya yang tidak menandatangani usulan tersebut. Setelah tahu ditetapkan UMK Gresik lebih tinggi dari Surabaya, akhirnya muncul tuntutan agar gubernur merevisi Pergub 93 dan menaikkan angka Surabaya di atas Gresik.

Gelombang aksi pun dimulai pada 2 Desember di Surabaya. Ribuan buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia turun ke jalan dengan tuntutan agar gubernur segera merevisi UMK Surabaya dan menaikkannya sebesar 12% atau menjadi Rp.1.155.000. Tidak jelas dari mana angka ini didapat tetapi angka ini diusulkan dan didesakan kepada gubernur untuk disetujui. Dengan berdalih bahwa gubernur hanya selaku eksekutor bukan pengusul maka pada aksi KSPSI tersebut akhirnya Wakil Gubernur memberikan surat pengantar ke Walikota Surabaya untuk meninjau ulang besaran UMK Surabaya dan menyelesaikan permasalahan tersebut.

Selang satu minggu setelahnya tepatnya pada 10 Desember 2010 bertepatan dengan Hari HAM Internasional, ribuan buruh di Jatim yang tergabung dalam Aliansi Perjuangan Buruh Jawa Timur mendesak gubernur untuk membatalkan dan merevisi kedua Pergub tersebut. Serikat buruh menilai besaran UMK yang ditentukan tidak menjamin pemenuhan kebutuhan hidup layak buruh dan keluarganya karena besaran upah minimum hanya memenuhi kebutuhan buruh lajang, sementara mayoritas kaum buruh telah berkeluarga. Belum lagi soal penentuan nilai yang diduga dimanipulasi dalam menetukan usulan UMK-nya.

Berdasar atas kondisi ini serikat-serikat buruh yang tergabung dalam Aliansi Perjuangan Buruh Jawa Timur mendesak gubernur untuk menetapkan upah layak Jawa Timur minimal sebesar 2 juta rupiah, sama dengan standar upah pegawai negeri sipil golongan yang terendah. Atas desakan kedua kalinya ini akhirnya selang tiga hari kemudian tepatnya pada 13 Desember 2010, Walikota Surabaya Tri Rismaharini menjawab surat dari wakil gubernur tersebut dan menyetujui revisi besaran UMK Surabaya sebesar Rp.1.155.000.

Meski besaran UMK Surabaya telah direvisi bukan berarti jalan sudah mulus dalam memperjuangkan upah layak. Gubernur tetap bersikukuh tidak mau merevisi Pergub yang mengatur UMK Surabaya karena menganggap hasil revisi Walikota Surabaya tersebut tidak disertai kesepakatan dalam Dewan Pengupahan Kota Surabaya khususnya dari unsur pengusaha (Apindo). Kondisi ini semakin memperpanas keadaan karena serikat buruh di Surabaya beranggapan bahwa kondisi ini sama dengan kondisi Gresik sebelum usulan UMK ditetapkan menjadi Pergub. Saat itu hanya unsur pengusaha saja yang tidak menyetujuinya, tapi gubernur berani mengesahkan. Lantas kenapa praktiknya menjadi berbeda dengan di Surabaya?

Gelombang atas perjuangan menuntut upah layak ini pun tidak berhenti. Pada 17 dan 24 Desember, kembali ribuan buruh Surabaya turun ke jalan untuk mengawal usulan UMK Surabaya tersebut menjadi Pergub. Akhirnya komunikasi antara serikat buruh, Gubernur Jatim dan Walikota Surabaya dibuka kembali dan menghasilkan negosiasi ulang di Dewan Pengupahan Kota Surabaya pada 5 Januari 2011. Meski sudah memasuki Januari 2011, masih memungkinkan terjadinya revisi UMK Surabaya.

Begitu juga di Gresik, meski telah aman angkanya tapi dalam pelaksanaannya pun masih terkendala karena Apindo memboikot Pergub 95 tersebut dengan menggugatnya di Pengadilan Negeri dan membuka komunikasi bipartit di perusahaan untuk tidak melaksanakan Pergub. Jika gugatan Apindo tersebut dikabulkan oleh pihak pengadilan, maka otomatis UMK Gresik akan mengacu pada ketentuan sebelumnya sampai dengan dikeluarkannya Pergub baru. Itu berarti semakin tidak menjamin kebutuhan dan kesejahteraan kaum buruh di Jawa Timur khususnya Gresik.

Sebetulnya penentuan jaminan atas upah yang layak sudah ada dalam UUD 1945 pasal 28d dan pasal 27 ayat 2. Upah minimum itu sendiri diatur dalam Peraturan Menteri nomor 1 tahun 1999 dan penentuan kebutuhan hidup layak sendiri diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 17 tahun 2005 yang menyatakan standar KHL merupakan standar pemenuhan kebutuhan hidup buruh lajang dalam satu bulan yang bekerja kurang dari satu tahun, disertai penghitungan 46 komponen upah.

Jadi semestinya tidak perlu ada konflik ketika dewan pengupahan di tingkat kota/kabupaten maupun provinsi mematuhi Permenaker. Serta dengan sungguh-sungguh tranparan dan akuntabel dalam melakukan survey setiap bulannya dengan menghitung besaran UMK berdasarkan standar Kebutuhan Hidup Layak di masing-masing daerah. Bukan justru menjadikan momentum tahunan pengupahan sebagai posisi tawar untuk melakukan negosiasi dan penawaran yang tentu saja mengorbankan jutaan nasib kaum buruh yang pemenuhan kebutuhan hidup perbulannya bergantung pada besaran nilai UMK.


* Penulis adalah Pengurus Serikat Buruh Kerakyatan - Surabaya, sekaligus Anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Jawa Timur.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

Siapakah sebenarnya bocah dari Georgia yang terlahir untuk menjadi penguasa kekaisaran sang Tsar itu? Siapakah Himmler, Göring, Goebbels yang ada di sekitarnya? Seperti apakah kehidupan sepuluh orang (the top ten) yang menduduki posisi istimewa dalam keluarga itu?

ima puluh tahun setelah kematiannya, Stalin tetap menjadi salah satu pencipta dunia kita. Skala kejahatannya membuat dia, bersama dengan Hitler, menjadi personifikasi paling tepat untuk istilah kejahatan. Jika belakangan ini akhirnya kita tahu banyak tentang Hitler, Stalin dan rezimnya tetaplah misterius.

Tetapi, dalam kisah sejarah yang memikat ini, misteri ihwal sang pembunuh massal terkeji ini terungkap gamblang. Didukung sumber melimpah dari kumpulan arsip tentang Stalin yang baru terbuka untuk umum pada tahun 2000, wawancara dengan para saksi mata, dan riset mendalam dari Moskow hingga Laut Hitam, karya ini menggambarkan secara telanjang sosok Jenghis Khan abad ke-20.

Buku ini memaparkan sosok dan detail kehidupan Stalin: para selir dan pernikahannya yang tragis; obsesinya pada film, musik, dan sastra; identifikasi dirinya sebagai sang Tsar serta bagaimana ia secara informal mengorganisir permainan kekuasaannya yang mematikan. Dengan kepiawaian Montefiore bertutur cerita, rasa takut dan keberanian, intrik dan pengkhianatan, hak-hak istimewa dan pesta-pora, kehidupan keluarga dan kekejian yang brutal, serta semua rahasia perihal Stalin dikisahkan secara menakjubkan.
“Catatan sejarah paling beradab dan elegan yang pernah saya baca tentang kezaliman dan kekejaman.”
—Ruth Rendell, Daily Telegraph (Books of the Year)

“Mengejutkan, mengungkap rahasia dengan apa adanya. Sebuah keberhasilan riset.”
—John le Carre, Observer (Books of the Year)

“Istimewa! Buku ini seperti novel besar Rusia yang penuh karakter, warna, teror, semangat dan pengkhianatan… hubungan asmara, pernikahan, perceraian, pemenjaraan dan pembunuhan.”
—Susannah Tarbush, al-Hayat

Simon Sebag Montefiore (lahir pada 1965) adalah se­jarawan terkemuka asal Inggris. Anggota Royal Society of Literature, sebuah organisasi kesusas­traan tertua di Inggris, ini menekuni studi sejarah di Gonville & Caius College, Cambridge University.

Buah pikiran Montefiore mewujud dalam buku-buku bestseller dunia yang terbit dalam 35 bahasa le­bih. Tiga dari tujuh karyanya sukses me­­me­­nangi ber­bagai penghargaan bergengsi: Catherine the Great & Potemkin adalah nominator Samuel Johnson Prize, Duff Cooper Prize, dan Marsh Biography Prizes; Young Stalin memenangi Bruno Kreisky Prize for Political Literature (Austria), Costa Biography Prize (UK), LA Times Book Prize for Biography (US), dan Le Grand Prix de la Biographie Politique (Prancis); sementara buku ini, Stalin: Kisah-Kisah yang Tak Terungkap, meraih History Book of the Year versi British Book Awards serta Book of the Year dari belasan media massa ternama di Barat.

Karya terbarunya, 101 World Heroes dan Monsters, adalah dua buku yang saling berseberangan dalam hal isi: yang pertama perihal tokoh pahlawan, dan yang kedua tentang tokoh jahat dalam se­jarah. Selain mengekspose riwayat tokoh besar dalam sejarah, Montefiore juga menulis Jerusalem: the Biography, bu­ku sejarah mengenai kota terpenting di Timur Tengah (dan tentu saja di dunia) sepanjang masa. Novel sejarahnya berjudul Sashenka, buku bestseller internasional dan telah diterjemahkan ke dalam 26 bahasa, kian membuktikan talentanya sebagai penulis hebat dunia.

DATA BUKU
Judul: Stalin: Kisah-Kisah yang Tak Terungkap
Penulis: Simon Sebag Montefiore
Judul Asli: Stalin: The Court of the Red Tsar
Penerjemah: Yanto Musthafa dan Ida Rosdalina
Editor: A. Fathoni
Genre: Sejarah/Biografi
Ukuran: 15 x 23 cm (plus flap 10 cm)
Jilid: Hardcover
Tebal: 920 halaman
ISBN: 978-979-3064-95-6
Harga: Rp. 157.000,-
=============================
PT Pustaka Alvabet (Penerbit)
Jl. SMA 14 No. 10, Cawang, Kramat Jati,
Jakarta Timur, Indonesia 13610
Telp. +62 21 8006458
Fax.  +62 21 8006458
www.alvabet.co.id

Oleh : Agus Priyanto *

Akhir tahun 2010 dan awal 2011 ditandai dengan harga-harga kebutuhan melambung, ditandai dengan menonjolnya harga cabai merah yang menembus harga 100.000 rupiah/kg. Cabai merah hanya satu bahan kebutuhan saja, tetapi kalau kita lihat ke pasar-pasar akan kita temukan bahwa semua harga kebutuhan pokok melonjak naik, seperti beras, gula, terigu, minyak goreng dan juga harga gandum.

Melonjaknya harga-harga ini, tentu semakin menyulitkan kehidupan masyarakat secara umum. Hal ini bukan karena latah, tetapi dari hitung-hitungan yang jelas, bahwa kenaikan upah pekerja industri tahun 2011 dari tahun 2010 hanya berkisar antara 6 persen hingga 8 persen. Sementara kenaikan harga saat ini rata-rata melampaui 25 persen, bahkan cabai sudah melewati 150 persen. Artinya, pendapatan masyarakat akan tersedot habis dan tidak akan mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya.

Di sisi lain kenaikan harga sudah diprediksi sebelumnya secara internasional, yang disebabkan oleh beberapa hal. Di antaranya adalah perubahan cuaca yang cukup ekstrem sehingga mengakibatkan gagal panen, kenaikan harga minyak dunia dan perkembangan jumlah penduduk dunia. Prediksi yang dirilis FAO seharusnya sudah bisa dijadikan bahan kebijakan pemerintah untuk mengantisipasinya, tetapi pada kenyataannya hal itu tidak terjadi.

Ledakan harga-harga terjadi karena pemerintah melepas begitu saja pada mekanisme pasar, sehingga pelaku pasar bisa menentukan harga semaunya. Dan tentunya bukan karena sekedar permintaan yang besar dan ketersediaan yang terbatas saja yang mempengaruhi kenaikan harga, tetapi lebih pada siapa yang memegang akses pasar yang akan mengendalikan harga tersebut. Dalam hal ini pemegang modal dan para spekulan yang bebas memainkannya.

Dengan kenyataan itu, maka kenaikan harga adalah sama dengan pendapatan petani naik adalah omong kosong. Petani tetaplah tertekan kehidupannya karena pendapatannya tidak mengalami kenaikan, tetapi pengeluaran semakin membesar. Petani cabai tetap saja menjerit karena penghasilannya rendah walau harga cabai selangit.

Kebijakan pemerintah yang salah, dimana ekonomi diserahkan kepada mekanisme pasar (neoliberalisme) telah memakan korban bukan saja rakyat, tetapi juga bagi pemerintah sendiri. Ketika situasi semakin tidak terkendali seperti sekarang akibat “anarkisme pasar” maka negara diminta turun tangan untuk membuat stabilitas harga (simak pidato awal tahun SBY saat membuka perdagangan BEJ). Salah satu hal yang dilakukan pemerintah untuk membuat stabilitas harga adalah dengan operasi pasar dan menyediakan barang yang dibutuhkan pasar. Artinya ini harus menyedot anggaran belanja negara.

Namun situasi itu belum juga menolong untuk menurunkan harga, karena dalam hukum pasar, harga yang sudah naik akan susah turun. Di sini dampak besar akan terjadi di bulan-bulan ke depan tahun ber-shio kelinci ini. Kebijakan yang dilakukan pemerintah seharusnya secara menyeluruh, tidak saja menstabilkan harga di pasar. Tetapi juga menyiapkan dan membuat kebijakan ekonomi secara nasional yang menyeluruh. Mulai dari hulu hingga hilir, seharusnya pemerintah turun tangan.

Bila pemerintah hanya meredakan saja lonjakan kenaikan harga kebutuhan, maka itu hanya sesaat dan tidak menyelesaikan masalah. Bahkan akan terus muncul spekulasi-spekulasi harga baru, dan tentu yang dirugikan adalah masyarakat umum. Bahkan kelaparan akan menimpa negara ini, yang selalu dikatakan negara subur makmur, gemah ripah loh jinawi.

Catatan FAO di tahun 2010 menyatakan bahwa kelaparan telah menimpa 925 juta orang di dunia, dan bila harga-harga kebutuhan tidak terjangkau maka hal ini akan membengkak terus. Situasi ini lebih buruk dari tahun 2008 dimana terjadi krisis ekonomi dunia. Kita tidak bisa hanya menunggu pemerintah turun tangan, tetapi masyarakat umum harus terus mendesakkan kebijakan pemerintah agar rakyat Indonesia tidak ditimpa bencana besar bernama kelaparan.

Kumpulan masyarakat sudah seharusnya tidak sekedar mencari upaya bertahan mengatasi situasi ini dengan cara karikatif, tetapi desakan secara politik harus dilakukan oleh semua kelompok kepada pemerintah. Nasib masyarakat akan semakin sulit bila berdiam diri dan akan tergerus oleh pusaran spekulan ekonomi yang menjadi kaki tangan sistem pasar bebas.


* Penulis adalah penggiat Paguyuban Semut Ireng, SuraKarta, sekaligus Anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Jawa Tengah.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

Oleh : M Syeun*


Saat ini sepeda motor bukanlah lagi barang mewah. Ini ditunjukkan dengan data bahwa tingkat konsumsi motor di Indonesia cukup besar, menempati peringkat dua dunia negara yang menyerap pasar motor. Niat orang memiliki motor adalah untuk mempercepat waktu tempuh dalam mencapai tujuan, sebagai modifikasi atau tepatnya evolusi dari sepeda yang bertenaga manusia menjadi tenaga mesin.

Pada perkembangannya motor tidak lagi hanya sekedar menjadi alat transportasi, tetapi sudah menjadi gaya hidup dan penyaluran hobi khususnya bagi mereka yang menyukai tur maupun barang nyentrik produk lama. Pada perkembangannya, memang penyaluran hobi menjadi bias karena lahirnya kelompok-kelompok yang melakukan tindakan brutal dalam aktivitasnya bersama motor tersebut. Lalu apa yang bisa dipelajari dari fenomena geng motor ini? Seberapa jauh merugikan bagi masyarakat luas? Adakah keuntungannya?

Pada awal tahun ini, seorang siswa SMP di Bandung menjadi korban kebrutalan salah satu geng motor. Tidaklah mengherankan bila kita memasuki kota Bandung, maka akan disuguhkan banyak spanduk dari berbagai organisasi dan instansi pemerintah yang bertuliskan, “Anti Geng Motor.” Kalimat ini menunjukkan permusuhan yang berlebih dan cenderung represif terhadap keberadaan geng motor tersebut. Terlepas ada kejadian beberapa kali perkelahian dan kekerasan dari geng motor, tetapi kiranya kurang bijak bila tidak melihat sebab kemunculan dan perilaku anggota geng motor tersebut.

Secara signifikan tidak jauh beda antara geng motor dengan klub motor. Sebagian orang menyatakan hal itu berbeda, padahal perbedaan hanya pada penyebutan saja, geng dan klub. Bila klub motor lebih pada pelaku hobi dalam satu merek atau tipe tertentu serta kegiatannya lebih banyak melakukan tur. Geng motor didominasi kawula muda yang lebih menonjolkan pada eksistensi dengan selalu berawal dari kesukaan pada tur atau kebanggaan pada balapan motor. Artinya kesamaan besar yang mendasari terbentuknya geng atau klub motor adalah tur.

Pembacaan atas kesamaan dasar di awal ini akhirnya akan membawa kita memberi penilaian atas perkembangan selanjutnya, khususnya yang terjadi atas perilaku yang mengganggu dari geng motor. Yang muncul adalah perilaku kebut-kebutan dan perkelahian. Selama ini banyak orang melihat hanya perilaku yang berkembang tanpa mau melihat sebab yang terjadi atau kondisi dasar yang memunculkannya. Atau orang hanya “terjebak” pada kata bahwa geng itu jahat dan klub itu baik, tentu tidak demikian seharusnya.

Padahal bila kita mau melihat lebih jauh, bahwa dengan adanya geng maupun klub motor, justru yang paling diuntungkan tetaplah produsen motor. Para produsen tidak perlu mengeluarkan biaya promosi atau iklan. Mereka sudah terbantu dengan banyaknya geng maupun klub yang muncul, baik promosi sekaligus pembelian yang telah dilakukan oleh para anggota geng atau klub. Bahkan produsen motor dari berbagai merek tidak perlu mengeluarkan biaya asuransi bila terjadi kecelakaan atau biaya lain bila ada kejadian yang menimpa anggota geng atau klub motor tersebut. Di sini keuntungan ganda telah didapat langsung maupun tak langsung oleh produsen motor, dan ini banyak tidak disadari oleh para anggota geng atau klub.

Perilaku kekerasan dan kebut-kebutan, patutnya ditempatkan sebagai dampak dari suatu keadaan yang dialami oleh kawula muda saat ini. Penyelesaian atas situasi tersebut seharusnya bukanlah dengan merepresi keberadaannya. Apapun sebutan mereka, geng atau klub tidaklah menjadi persoalan. Yang seharusnya dilakukan organisasi dan instansi pemerintah adalah mengarahkan pada kegiatan yang positif.

Eksistensi kawula muda dan penyaluran hobi serta keterbatasan-keterbatasan ruang menjadi sebab kasus kekerasan muncul. Kebut-kebutan di jalanan adalah sebab dimana ruang untuk balap motor hampir tidak ada di kota-kota. Di daerah Cilacap terdapat jalur balap bebas di daerah perkebunan karet, tidak untuk memperebutkan hadiah tetapi hanya sebagai tempat penyaluran hobi.

Perkelahian atau kekerasan yang muncul juga bukanlah sesuatu yang serta-merta muncul. Ada banyak sebab yang melatarbelakanginya. Bisa kita runut dari perilaku dan ucapan pemimpin yang memberi contoh begitu arogan, sering ditemui kawula muda maupun masyarakat luas sehari-hari di media massa. Bila kawula mencontoh perilaku itu, jangan salahkan mereka. Tetapi haruslah para pemimpin koreksi diri dan memperbaikinya, sebelum menghujat dan melarang kawula muda yang tergabung di geng motor berbuat hal tersebut. Di lain hal, karena kekerasan dan represi atas keberadaannya, maka anggota geng motor melawan dengan kekerasan. Bila mereka belum mampu melawan langsung, maka bentuk perlawanannya disalurkan dengan membuat kerusuhan-kerusuhan antar kelompok.

Pada akhirnya dalam melihat geng atau klub motor haruslah dirubah, sehingga dalam menangani berbagai dampaknya juga dirubah. Karena represivitas dan rasa permusuhan yang dimunculkan kepada geng motor bukanlah sebuah penyelesaian tetapi hanya penundaan terhadap satu perlawanan yang tertunda. Tentu masyarakat sendiri yang kembali menderita kerugian dan menjadi korban. Sedangkan produsen motor tetaplah tidak rugi. Mereka selalu untung karena produknya laku.


* Penulis adalah penggemar motor dan anggota serikat buruh Cimahi, sekaligus Anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Bandung.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

Oleh : Sentiko*

Pada penutup tahun 2010 lalu kita disuguhi berita media massa dengan euforia masyarakat terhadap Timnas sepak bola Indonesia. Sesuatu yang sangat luar biasa sehingga mampu menyihir pemberitaan lainnya. Namun selesainya hajat Piala AFF 2010, memunculkan peristiwa menarik karena lahirnya kompetisi di luar kendali dan pengaruh PSSI yakni Liga Primer Indonesia (LPI). Walau telah berlangsung persiapan selama hampir setengah tahun lalu, tetapi konflik terbuka antara PSSI yang menyatakan dirinya penguasa sepak bola Indonesia baru bereaksi keras karena LPI benar-benar berjalan.

Ada apa sesungguhnya? Apakah benar karena penggunaan APBN-APBD dan prestasi yang melandasinya? Patut kita berpikir mendalam, tanpa terjebak pada kepentingan keduanya, tetapi kepentingan nasional khususnya olahraga adalah yang pokok.

Lepas dari semua kontroversi hukum, mayoritas masyarakat pecinta sepak bola negeri ini akan terseret pada dinamika adanya dua kompetisi level tinggi di negeri ini. Sepak bola bukan lagi murni sepak bola, tetapi sudah menjadi perpaduan antara hobi, seni, politik dan bisnis. Dalam dunia neoliberalisme, olahraga dibagi dalam dua level sesuai peruntukkannya. Yang pertama adalah amatir, dimana sebagai tempat menyalurkan hobi, pembibitan dan masih dalam tanggungan negara. Sementara di lain pihak adalah level profesional, dimana level ini sudah bersifat pertandingan dengan nilai komersial tinggi, atlet dan cabang olahraganya menjadi obyek pasar. Level ini melepaskan peran negara, dikuasai oleh korporasi untuk kepentingan bisnis mereka. Kita bisa lihat banyak contoh pada level ini, baik sepak bola, tenis, maupun motor GP.


Bagaimana dengan sepak bola Indonesia?

Bila menilik situasi sekarang, Liga Premier Indonesia (LPI) memberi jawaban atas level profesional. Dan PSSI yang membuat kompetisi Liga Super Indonesia (LSI) belum mampu menjawab apa yang seharusnya dilakukan dalam memperlakukan kompetisi olahraga. Dalam situasi negara menerapkan neoliberalisme maka kompetisi seharusnya memberikan keuntungan finansial, bukan sebaliknya merugikan dan menggerogoti keuangan negara. Catatan yang ada menunjukkan PSSI masih harus menyedot anggaran APBN sekitar 80 miliar rupiah setahun dan masih mendapatkan suntikan dari sponsor. Belum lagi setiap klub sepak bola mendapatkan anggaran dari APBD dan juga sponsor.

Sementara LPI menawarkan kompetisi yang lepas dari dana-dana APBN dan APBD. Logika di sini LPI tepat, namun di hal lain masih harus dipertanyakan, yakni soal kualitas pemain secara umum yang masih sangat tidak dikenal insan sepak bola, kecuali Irfan Bachdim atau beberapa saja.

LPI ini meniru model kompetisi di Inggris. Dan sebenarnya PSSI juga mencoba hal yang sama dengan membuat PT BLI (Badan Liga Indonesia), tetapi PSSI tidak berani membangun BLI yang lepas dari anggaran negara. Bila menyadari ada kekeliruan yang dilakukan seharusnya PSSI mengambil langkah kompromi dengan LPI bukan konfrontatif, karena merugikan semua pihak dan menghambat kemajuan sepak bola Indonesia, apalagi ada ancaman bagi klub dan pemain yang tergabung dalam LPI.

Seperti diketahui secara umum, bahwa permusuhan yang terjadi antara PSSI yang menggelar LSI dengan BLI-nya dan LPI adalah semata pertarungan bisnis dan juga politik. PSSI didukung kuat oleh kerajaan bisnis grup Bakrie dengan partainya. Sedangkan LPI didukung penuh oleh Arifin Panigoro sertai jaringan partai politiknya. Tarik-menarik kepentingan bisnis bernilai besar ini mulai diungkap banyak kalangan, sayangnya tidak ada langkah konkrit upaya menyelamatkan sepak bola Indonesia. Pertarungan dua kubu kerajaan bisnis ini tentu berdampak negatif dan tidak mendidik, baik bagi masyarakat bola maupun politik masyarakat itu sendiri. Tentu, kita tidak mau masuk dalam dua kubu tersebut. Kita masuk dalam kubu yang ingin memajukan sepak bola Indonesia.

Seharusnya kompetisi profesional dilepas dari PSSI dan dibuat satu badan khusus, seperti konsorsium serta lepas dari anggaran negara maupun campur tangan PSSI. Kompromi antara BLI dengan LPI bisa dilakukan untuk menjadi penyelenggara berorientasi komersial. Dan PSSI mengambil peran pembinaan klub amatir hingga semi profesional.

Seperti Liga Utama Inggris adalah badan tersendiri dan bekerja secara profesional. Berkiprah dan berkompetisi layaknya dalam pertarungan dagang di dunia kapitalisme, siapa yang kuat dan bermodal besar akan menang. Prestasi bisa dinomorduakan. Tetapi dari proses ini negara mendapatkan keuntungan yang begitu besar. Dari mana pendapatan atau keuntungan negara? Kita bisa lihat di Inggris, Spanyol dan Italia pajak transfer pemain dan gaji pemain cukup besar berkisar antara 30-50% dari yang didapat pemain. Belum lagi pajak klub, penonton, iklan/sponsor dan sebagainya. Bisa dibayangkan pendapatan negara, mungkinkah ini tidak terbayang di para penggiat sepak bola level atas negeri ini?

Bila mau mengambil garis bisnis, maka model kompetisi di Eropa bisa diterapkan dengan pemisahan yang jelas dan pengaturan lembaga yang tepat. Jangan sampai olahraga hanya dipakai untuk kepentingan sesaat politisi yang juga berbisnis. Kondisi ini akan berdampak pada carut-marutnya prestasi sepakbola Indonesia. Bila terus-menerus dibiarkan, tentu tidak akan berkembang walau ada LSI maupun LPI. Begitulah wajah politik dan bisnis sepak bola Indonesia saat ini.


* Penulis adalah Suporter Timnas Indonesia dan anggota serikat buruh di Tangerang, sekaligus Anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Jabodetabek.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

 











Date Released: 29 July 2010
Quality: DVDRip
Info: www.imdb.com/title/tt1718757
Starring: Aurelie Moeremans, Rebecca Reijman, Agung Saga
Genre: Drama
----------------------------------------
Uploaded by TheHack3r.com Team

R E S E N S I

Elmo (Agung Saga) memilih meninggalkan rumah mewah orangtuanya setelah menyadari bahwa sang ayah adalah seorang koruptor. Untuk menyambung hidup, Elmo harus menjadi petarung aduan di jalan. Meski hidupnya liar, Elmo tetap tak mau berhenti sekolah. Sahabat Elmo, Neina (Rebecca Reijman) tahu benar alasan Elmo bertahan di dua dunia yang serba bertentangan itu adalah karena Aprilia (Aurelie Mouremans). Elmo dan Aprilia sejak lama saling tertarik tapi Elmo yang sudah bersumpah untuk meninggalkan dunia kemapanan yang dianggapnya penuh orang munafik itu berusaha keras untuk menyangkal rasa cintanya pada April hanya karena April adalah seorang pianis muda yang glamour dan juga putri tunggal pengusaha ternama, Baskara (Ahmad Albar).

Ketertarikan Aprilia pada Elmo semula hanya dipicu oleh masalah pribadinya yang masih sulit menerima kenyataan bahwa ayahnya adalah seorang gay, sementara Elmo berpenampilan sangat kontras dengan sang ayah. Dengan susah payah, Baskara berusaha menjadi ayah yang baik bagi April walau dengan jalan berliku.

Belakangan, Neina mendapat masalah dari rahasia besar yang selama ini ia sembunyikan dari Neneknya. Demi uang, Neina yang selalu mendapat peringkat atas di sekolahnya itu terpaksa mau pacaran dengan seorang om yang kaya dengan dicomblangi Susan (Shirley S). Untuk membantu Neina lepas dari jeratan Susan, Elmo terpaksa minta tolong pada Aprilia. Kejadian itu membuat April dan Elmo punya kesempatan bicara dari hati ke hati. Tapi April sangat kecewa karena Elmo menyerah untuk mendapatkan cintanya, hanya karena prinsipnya yang anti kemapanan.

Atas desakan Neina, Elmo akhirnya berani mengajak April memasuki dunianya dan bahkan bersahabat dengan Bocor (Rizky Adrianto), anak jalanan yang selama ini mengekor kemana pun Elmo pergi. Elmo sama sekali tak menyadari bahwa hubungannya dengan April sebenarnya membuat hati Neina hancur karena selama ini diam-diam Neina mencintai Elmo.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
R E V I E W [English]

Elmo (Grand Saga) chose to leave her parents' luxurious home after realizing that his father was a corruptor. To make ends meet, Elmo must be a fighter with complaints on the road. Although the wild life, Elmo still do not want to quit school. Friends of Elmo, Neina (Rebecca Reijman) knew exactly why Elmo survive in two worlds that completely contradicts it is because Aprilia (Aurelie Mouremans). Elmo and Aprilia has long been attracted to each other but Elmo who had vowed to leave the world would consider establishment full of hypocrites that try hard to deny his love in April only because April is a young pianist who is also the only daughter glamorous and prestigious businessmen, Baskara (Ahmad Albar .)

Aprilia's interest in Elmo was originally only triggered by personal problems that are still difficult to accept the fact that his father was gay, while Elmo dressed in stark contrast with his father. With some difficulty, Baskara trying to be a good father to April even though the winding roads.

Later, Neina get in trouble from the big secret that he has been hiding from her grandmother. For the sake of money, Neina who always gets top ranking in the school was forced to go out with a rich uncle with dicomblangi Susan (Shirley S). To help escape from bondage Neina Susan, Elmo had to ask for help in April. The incident was made in April and Elmo had a chance to speak from heart to heart. But April was very disappointed because Elmo surrender to gain her love, just because an anti-establishment principle.

At the urging Neina, Elmo finally dared to ask April to enter his world and even friendly with Leaks (Rizky Adrianto), street children who had been trailing everywhere Elmo go. Elmo did not realize that his relationship with April actually make Neina hearts broken because there has Neina secretly loves Elmo.

downloadLink 1 via FileServe [280MB-mkv] (join dengan hj-split):
D'Love_Part01 | D'Love_Part02 | D'Love_Part03 | D'Love_Part04
 downloadLink 2 via EnterUpload [280MB-mkv] (join dengan hj-split):
D'Love_Part01 | D'Love_Part02 | D'Love_Part03 | D'Love_Part04
downloadLink 3 via MediaFire [280MB-mkv] (join dengan hj-split):
D'Love_Part01 | D'Love_Part02 | D'Love_Part03 | D'Love_Part04
 PASSWORD For Open Mediafire Link : thehack3r.com
 downloadLink 4 via IDWS [280MB-mkv] (join dengan hj-split):
[Link Dibawah Ini Hanya Untuk IP Indonesia Saja]
D'Love_Part01 Setelah Download Rename Menjadi "DLove.DVDRip.2010.part4.rar"
D'Love_Part02 Setelah Download Rename Menjadi "DLove.DVDRip.2010.part2.rar"
D'Love_Part03 Setelah Download Rename Menjadi "DLove.DVDRip.2010.part3.rar"
D'Love_Part04 Setelah Download Rename Menjadi "DLove.DVDRip.2010.part4.rar"
Keterangan:
(join dengan hj-split LALU extract dengan WinRar)
Jika Play Dgn GOM / K-Lite Codec With MPC tidak bisa, Coba Play Dengan Real Player
Sumber: thehack3r

 










Date Released : 3 December 2009
Quality : DVDRip
Info : imdb.com/title/tt1555940
Starring : Ramon Y. Tungka, Raihaanun Soeriaatmadja and Gary M. Iskak
Genre : Comedy | Romance
----------------------------------------
Uploaded by TheHack3r


R E S E N S I

Bermula dari kehidupan seorang pemuda bernama Agus (Ramon Jusuf Tungka) yang hatinya hancur berantakan begitu kekasihnya, Nayla (Raihaanun Soeriaatmadja) memutuskan hubungan mereka saat Nayla melanjutkan studi ke Melbourne, Australia selama 1,5 tahun. Apalagi ketika mengetahui bahwa Nayla telah mempunyai pacar baru bernama Kevin (Gary Iskak), hati Agus semakin perih.

Melihat kenyataan tersebut Agus menjadi orang yang patah semangat. Kedua sahabatnya, Wawan (Omesh) dan Raya (Richa Novisha) menghibur Agus. Tanpa disengaja Wawan dan Agus yang mengelola warnet, menemukan jawaban untuk menyelesaikan persoalan patah hatinya. Adalah Heart-Break.com, sebuah intelijen yang menjual jasa profesional bagi tiap orang yang patah hati untuk merebut kembali pasangannya yang lari, selingkuh atau direbut orang lain.

Dengan sejuta cara, Mbak Elsa (Sophie Navita), pemilik yang juga program director Heart-Break.com, mencoba memenuhi permintaan Agus. Bahkan bersama Wawan, Agus harus mengikuti berbagai macam pelatihan dan gemblengan dari Laskar Anti Patah Hati serta menjalani operasi Rebut Hati demi mendapatkan simpati Nayla lagi.

Situasi kian seru ketika agen-agen Heart-Break.com menyusun strategi dan perencanaan unik untuk menjebak Kevin dan muncul orang-orang yang tanpa diduga seperti tukang pijit yang diperankan Lukman Sardi. Apalagi ulah Agus untuk merebut Nayla dari Kevin? Akankah semua usaha Agus berhasil atau sia-sia?.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
R E V I E W [English]

Starting from the life of a young man named Agus (Ramon Joseph Tungka) whose heart is so shattered his girlfriend, Nayla (Raihaanun Soeriaatmadja) terminate the relationship at Nayla studied at Melbourne, Australia for 1.5 years. Especially when knowing that Nayla has had a new boyfriend named Kevin (Gary Isaac), liver Agus increasingly sore.

Given the Agus to be a broken spirit. Both of his friend, Henry (Omesh) and Raya (Richa Novisha) Agus entertaining. Without deliberate Henry and Agus, who manages the cafe, find an answer to solve a broken heart. Is Heart-Break.com, an intelligence that sell professional services for each person a broken heart to win back her partner who fled, or taken other people cheating.

With a million ways, Miss Elsa (Sophie Navita), the owner who is also program director of Heart-Break.com, trying to meet the demand Agus. Even with Henry, Agus had attended various training and gemblengan of Laskar Anti Heart Grab Heart and undergo surgery to gain sympathy Nayla again.

The situation more exciting when the agents Break.com Heart-planning strategies and unique to trap Kevin and the people who appear without warning as a masseuse played by Lukman Sardi. Moreover, the act of Agus to take Nayla from Kevin? Will all business Agus successful or futile?.

downloadLink 1 via FileServe [317MB-mkv] (join dengan hj-split):
Heart-Break.com_Part01 | Heart-Break.com_Part02 | Heart-Break.com_Part03
 downloadLink 2 via MediaFire [317MB-mkv] (join dengan hj-split):
Heart-Break.com_Part01 | Heart-Break.com_Part02 | Heart-Break.com_Part03
 PASSWORD For Open Mediafire Link : thehack3r.com
Keterangan:
(join dengan hj-split LALU extract dengan WinRar)
Jika Play Dgn GOM / K-Lite Codec With MPC tidak bisa, Coba Play Dengan Real Player
Sumber: thehack3r

 


Date Released: 30 September 2010
Quality: DVDRip
Info: www.imdb.com/title/tt1748088
Starring: Masayu Anastasia, Wahyu Rudi Astadi and Candil
Genre: Comedy | Musical | War
----------------------------------------
Uploaded by TheHack3r.com


R E S E N S I [Indonesian]

Setelah kemerdekaan tercapai, Belanda enggan mengakui kedaulatan negara Indonesia dengan mencoba menduduki kembali Ibukota Jakarta. Akhirnya, pusat pemerintahan kita dialihkan ke Jogjakarta untuk meneruskan cita-cita memiliki pemerintahan sendiri. Di Jogjakarta, Belanda juga terus mengejar tentara-tentara Indonesia.

Salah satunya adakan pasukan gerilya Kapten Hadi Sugito (Gading Marten) yang bergerilya di kawasan Panjen. Karena kehabisan bala tentara mereka merekrut kembali pemuda Panjen. Sri Mulyani (Tika Panggabean) gadis desa Maguwo yang lugu dan suka tidur, Udjo (Udjo Project Pop) keturunan ningrat yang manja, Tumino (Gugum Project Pop) peternak bebek dan Ahok (Oddie Project Pop) seorang pedagang kecil keturunan Tionghoa, mereka bergabung dalam pasukan gerilya pimpinan Kapten Hadi Sugito setelah menjadi korban Agresi Milliter Belanda II bulan Desember 1948.

Kekocakan film ini terasa kental sejak awal berkat ulah Sri yang susah dibangunkan saat tidur. Selain itu, lirik-lirik lagu yang lucu menambah kesegaran saat menonton film ini. Dalam pasukan gerilya yang bermarkas di desa Panjen itu Sri, Udjo, Tumino dan Ahok bertemu dengan Toar (Yosi Project Pop) gerilyawan asal Manado yang matanya rabun dan Kopral Jono (Dwi Sasono), playboy kelas teri yang pangkatnya sudah sering diturunkan oleh Kapten Hadi. Mereka ternyata ditakdirkan untuk berjuang bersama-sama sejak Letnan Kuyt yang memimpin sebuah regu pasukan KNIL menyerbu Panjen dan menawan Wiwid (Shanty) pacar Udjo, dan Yayuk (Masayu Anastasia) pacar Kopral Jono.

Kejadian tersebut membuat keenam gerilyawan itu bertekad untuk membebaskan Wiwid, Yayuk, dan ayah Sri yang ditawan, walau tidak mendapat restu dari pimpinan mereka. Maka, hanya dengan berbekal semangat dan informasi dari seorang prajurit KNIL yang sedang menderita gegar otak bernama Once (Oon Project Pop) mereka pun berangkat menuju markas Letnan Kuyt.

Setelah tiba di tujuan, kenekadan keenam gerilyawan itu ternyata tidak mampu menandingi Letnan Kuyt dan pasukannya. Belum-belum mereka sudah terpojok dan malah ikut tertawan bersama Wiwid dan Yayuk cs. Untungnya, segera datang bantuan dari Panjen yang dipimpin tangan kanan Kapten Hadi bernama Letnan Bowo (Teuku Rifnu Wikana). Keenam gerilyawan dan para tawanan lain pun berhasil dibebaskan oleh Letnan Bowo dan pasukan Laskar Panjennya.

Kapten Hadi marah besar atas ulah Kopral Jono dan teman-temannya itu. Mereka dianggap tidak disiplin dan membahayakan rencana penyerbuan besar-besaran atas Jogja yang tengah disiapkan oleh pimpinan tinggi TNI. Akibatnya, Sri, Udjo, Tumino, Ahok, Toar dan Kopral Jono dipecat dari ketentaraan secara tidak hormat. Bahkan Once yang telah membelot menjadi prajurit republik pun ditahan oleh Kapten Hadi.

Meskipun sudah dipecat semangat berjuang mereka tetap berkobar. Kesempatan untuk membuktikan diri datang tak lama kemudian melalui peristiwa serangan besar ke Jogja tanggal 1 Maret 1949 yang dipimpin Letkol Soeharto. Walau sudah bukan prajurit resmi lagi, Kopral Jono dan anak buahnya diam-diam bergerak membantu pasukan TNI untuk menghadang pasukan bantuan KNIL yang sedang menuju Jogja. Seperti sebelumnya, mereka berangkat tanpa perencanaan yang matang dan kemampuan yang memadai. Namun, kali ini para pejuang itu sadar bahwa demi keberhasilan misi tersebut mereka harus siap berjuang mati-matian, untuk menghambat laju pasukan bantuan KNIL yang memiliki kekuatan berlipat-berlipat besarnya itu.

Meskipun unsur komedi mendominasi film ini, namun Monty Tiwa mampu membangun pesan heroik dan semangat berkorban demi nusa bangsa. Slow motion dan pilihan lagu-lagu nasionalis mengubah suasana menjadi haru. Dilihat dari bentuk komedi film ini cukup berhasil. Sayang, dari segi setting, Monty kurang memperhatikan latar belakang adegan. Lingkungan yang dibangun tetap kekinian.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
R E V I E W [English]

After independence was achieved, the Dutch are reluctant to recognize Indonesian sovereignty by trying to re-occupy the capital Jakarta. Finally, we transferred the central government to Jogjakarta to continue the ideals of self-government. In Jogjakarta, the Netherlands also continued to pursue Indonesian soldiers.

One of them held a guerrilla army Capt. Hadi Sugito (Gading Marten) a guerrilla in the region Panjen. Since running out to recruit their armies back Panjen youth. Sri Mulyani (Tika Panggabean) Maguwo an innocent village girl and like to sleep, Udjo (Udjo Project Pop), a spoiled patrician lineage, Tumino (Gugum Project Pop) duck breeders and Ahok (Oddie Project Pop), a small trader of Chinese descent, they join the Captain-led guerrilla forces Hadi Sugito after becoming victims of aggression Milliter Dutch II in December 1948.

Hilarity of this movie feels strong from the start thanks to a hard act Sri awakened during sleep. Also, the lyrics of the song that funny add freshness while watching this movie. In the guerrilla forces based in the village of Sri Panjen it, Udjo, Tumino and Ahok met with Toar (Yosi Project Pop) guerrillas from Manado myopic eyes and Cpl Jono (Dwi Sasono), playboy petty that rank have often taken down by Captain Hadi. They were destined to fight together ever since Lieutenant Kuyt, who led a team of Colonial Army troops stormed and captured Panjen Wiwid (Shanty) Udjo boyfriend, and Yayuk (Masayu Anastasia) Corporal boyfriend Jono.

These events create the six militants were determined to liberate Wiwid, Yayuk, and Sri father who is captured, though not received the blessing of their leadership. So, armed only with passion and information from a Colonial Army soldier who was suffering from concussion of the brain called Once (Oon Project Pop) they were off to the headquarters of Lieutenant Kuyt.

After arriving at the destination, kenekadan six guerrillas were not able to counter Lieutenant Kuyt and his army. Not-yet they are cornered and captured instead join together and Yayuk Wiwid cs. Fortunately, help is coming from the right-hand Panjen led by Captain Hadi named Lieutenant Bowo (Teuku Rifnu Wikana). The six insurgents and other prisoners were successfully released by Lieutenant Bowo and Army troops Panjennya.

Captain Hadi furious over tantrum Cpl Jono and his friends were. They are not considered discipline and jeopardize plans for a massive invasion Jogja being prepared by the high leadership of the TNI. As a result, Sri, Udjo, Tumino, Ahok, Toar and Cpl Jono dismissed from the army is not respectful. Even Once a soldier has defected to the republic was arrested by Capt. Hadi.

Although already fired their fighting spirit still raged. Opportunity to prove himself came shortly afterwards through the events of the attack to Yogyakarta on March 1, 1949, led by Lieutenant Colonel Suharto. While it is no longer an official soldier, Cpl Jono and his men quietly moved assist military troops to block the relief troops who were heading Jogja Colonial Army. As before, they left without careful planning and adequate capabilities. However, this time the fighters were aware that the success of their mission must be ready to struggle, to inhibit the rate of troops who have the power Colonial Army assistance doubled-doubled the amount of it.

Although the comedy element dominates this film, but Monty Tiwa able to build the message and spirit of heroic sacrifice for the homeland of the nation. Slow motion and choice of songs to change the atmosphere of nationalist emotion. Judging from the shape of this film comedy quite successfully. Unfortunately, in terms of setting, Monty less attention to the background scene. Built environment remain contemporary.


downloadLink 1 via FileServe [388MB-mkv] (join dengan hj-split):
LaskarPemimpi_Part01 | LaskarPemimpi_Part02
 downloadLink 2 via MediaFire [388MB-mkv] (join dengan hj-split):
LaskarPemimpi_Part01LaskarPemimpi_Part02
 PASSWORD For Open Mediafire Link : thehack3r.com
Keterangan:
(join dengan hj-split LALU extract dengan WinRar)
Jika Play Dgn GOM / K-Lite Codec With MPC tidak bisa, Coba Play Dengan Real Player
Sumber: thehack3r

 










Date Released: 15 July 2010
Quality: DVDRip
Info: www.imdb.com/title/tt1718798
Starring: Fanny Fabriana, Edo Borne and Kimi Jayanti
Genre: Comedy | Drama | Romance
----------------------------------------


R E S E N S I [Indonesian]

Semua bergumul di facebook.
Harapan, pelarian, kerinduan, balas dendam.
Adakah facebook menjadi jalan konkrit ketika sebenarnya ada sesuatu yang riil yang bisa diandalkan dalam hubungan antar manusia
yakni sentuhan nyata dan perasaan….

Luna gelisah. Bimbang. Ia sudah harus menikah atas permintaan ibunya. Celakanya ia dirundung keraguan yang hebat pada kekasih yang sudah tiga tahun pacaran dengannya. Sang kekasih, Reno, makin memperlihatkan perbedaan sikap yang sangat mengganggu Luna. Reno, mahasiswa yang slebor, semau gue, eksentrik dan terkesan sarkartis. Sementara Luna dengan keanggunan dan kesantunannya seperti bumi dan langit dengan Reno. Luna yang sudah lulus dan punya karier bagus, mulai menimbang-nimbang, sepertinya dia tak berjodoh dengan Reno.

Dalam kebimbangannya, Luna bertemu Via, teman SMP yang juga punya problem sama dengan Luna. Bedanya, Via yang atraktif dan cuek merasa bosan dengan kekasihnya, Hedi, yang konservatif, pendiam dan seperti tidak punya ‘jiwa’. Secara spontan Via mengajak Luna melakukan sebuah ide gila: ia mengajak Luna untuk saling menggoda kekasih masing-masing lewat facebook. Luna mengakrabi Hedi, dan Via ‘pedekate’ dengan Reno.

Kisah Luna & Reno diwarnai dua kisah lain. Doni, kakak Reno, seorang gay yang belum berani mengungkapkan jati dirinya ke permukaan. Ia jatuh cinta pada Erik, rekan kerjanya. Tapi Erik menunjukkan sikap angkuh dan antipati pada Doni. Di facebook, Doni membuat account samaran dengan nama ‘Mr. Banana’. Ia berhubungan sangat dekat dengan pemilik account yang menamakan diri ‘Monkey’. Keduanya sangat mesra di facebook. Keduanya tak malu-malu menampakkan diri sebagai gay. Doni yang sudah depresi tak mendapatkan cinta Erik akhirnya mengakui blak-blakan pada ‘Monkey’ jati dirinya.

Kisah kedua, Marlene, kakak Luna, istri baik hati, penurut, tapi kesepian dan kenyang diacuhkan suaminya, Aryo. Suatu hari Luna memperkenalkan Marlene pada facebook, sebuah ‘kendaraan’ yang akhirnya membawa Marlene pada dunia yang mengejutkannya. Dunia yang membawa kehangatan lewat komunikasi intensif dengan seorang cowok muda. Si cowok yang bernama Jodi itu, dengan telak berhasil menerbangkan Marlene lewat komunikasi erotis yang sangat menggoda. Marlene terkesima dan terbius dengan sentuhan baru itu. Ia tak pernah tahu, sesungguhnya Jodi adalah wujud lain dari seorang psikopat yang tak percaya diri

Bagaimana kisah selanjutnya? Film yang diputar serentak di bioskop tanggal 15 Juli 2010 yang lalu ini memang patut untuk disimak. Selain menampilkan bintang-bintang yang berkualitas, cerita yang dibangun juga sangat menarik, apalagi di besut oleh sutradara Awi Suryadi yang banyak melahirkan film-film bermutu seperti Asmara Dua Diana, Selendang Rocker, Gua Kapok Jatuh Cinta, Cintaku Selamanya, Claudia/Jasmine dan Sumpah Pocong di Sekolah.

----------------------------------------------------------------------
R E V I E W [English]

All wrestled on facebook.
Hope, escape, longing, revenge.
Is there a facebook become concrete roads when in fact there is something real that can be relied upon in human relationships
ie, real touch and feel ....

Luna restless. Undecided. He had to be married at the request of his mother. Unfortunately he was embroiled in a great doubt on the lover who has three years of courtship with him. The lover, Reno, the difference in attitude shows a very disturbing Luna. Reno, students who are unconventional, one likes me, eccentric and impressed sarkartis. While Luna with elegance and kesantunannya such as earth and sky with Reno. Luna who had graduated and had a good career, began to weigh, like she was paired with Reno.

In the uncertainty, Luna met Via, a friend who also had a junior high school the same problem with Luna. The difference, Via an attractive and cool feel bored with his girlfriend, Hedi, a conservative, quiet and the like do not have a 'soul'. Via spontaneously invites Luna to do a crazy idea: he invites Luna to tease each other their respective lovers through facebook. Luna mengakrabi Hedi, and Via 'pedekate' with Reno.

The story of Luna & Reno characterized two other stories. Doni, Reno's brother, a gay man who has not dared to reveal his true identity to the surface. He falls in love with Erik, her coworkers. But Erik's arrogant attitude and antipathy on Doni. On facebook, Doni create fictitious accounts with the name of 'Mr. Banana '. He relates very closely with the owner of the account that called itself the 'Monkey'. Both were very intimate on facebook. Both are not shy to show themselves as gay. Doni who have depression do not get love Erik finally admitted bluntly to 'Monkey' true identity.

The second story, Marlene, Luna's brother, wife kind, obedient, but lonely and ignored her husband's full, Aryo. One day Marlene Luna introduced on facebook, a 'vehicle' that eventually took Marlene to the world by surprise. World that brings warmth through intensive communication with a young guy. The guy who named Jodi, by a landslide Marlene successfully flew through a very tempting erotic communication. Marlene stunned and stupefied by the new touch. He never knew, in fact Jodi is another manifestation of a psychopath that insecure

How the rest of the story? Films shown simultaneously in theaters July 15, 2010, which then is worth to be listened to. In addition to featuring the stars of quality, well constructed story is very interesting, especially in Besut by director Awi Suryadi that many birth-grade films like Asmara Two Diana, Shawl Rocker, Cave Kapok Fall In Love, Love Forever, Claudia / Jasmine and Oaths Pocong in school.

downloadLink 1 via FileServe [317MB-mkv] (join dengan hj-split):
I Know What You Did On Facebook_Part01 | I Know What You Did On Facebook_Part02
 downloadLink 2 via MediaFire [317MB-mkv] (join dengan hj-split):
I Know What You Did On Facebook_Part01 | I Know What You Did On Facebook_Part02
 PASSWORD For Open Mediafire Link : thehack3r.com
Keterangan:
(join dengan hj-split LALU extract dengan WinRar)
Jika Play Dgn GOM / K-Lite Codec With MPC tidak bisa, Coba Play Dengan Real Player
Sumber: thehack3r

Oleh : Oki Hajiansyah Wahab *

“Mas, apakah undang-undang dasar kita sudah berubah ya? Kenapa orang seperti kami sekarang tidak bisa memilih, dulu waktu Pemilu 2004 bisa lho mas milih, TPS-nya ada di sini juga.” Pertanyaan tersebut dilontarkan Sikan (42) seorang petani Moro-Moro dalam sebuah diskusi sederhana beberapa waktu lalu. Pertanyaan penuh makna ini juga yang mengilhami penulis untuk menuliskannya dalam artikel ini.

Pengalaman berbagai konflik agraria seringkali berakhir dengan berbagai kisah terabaikannya hak-hak warga negara. Konflik agraria yang terus terjadi di berbagai tempat mengakibatkan posisi kaum tani Indonesa makin terjepit. Dari tahun ke tahun, ketimpangan struktur agraria akibat monopoli atas sumber-sumber agraria menyebabkan kemerosotan dan keterbelakangan kehidupan kaum tani di semua aspek, mulai sosial-ekonomi, politik maupun budaya.

Kaum tani di Moro-Moro, Register 45, Sungai Buaya, Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung adalah salah satu bagian kaum tani yang merasakan beratnya menghadapi tekanan negara dan berbagai perilaku diskriminasi lainnya. Selama 14 tahun terakhir (sejak 1997) mereka diabaikan hak-hak politik dan ekosob-nya sebagai warga negara akibat konflik agraria yang menyelimutinya. Tinggal di kawasan hutan Register 45 menyebabkan predikat “masyarakat ilegal” harus mereka terima. Konsekuensinya hak –hak konstitusional mereka sebagai warga negara secara sengaja dihilangkan.

Tidak memiliki KTP, dokumen kependudukan, kehilangan hak-hak politik, akses pendidikan dan kesehatan dasar yang memadai seperti layaknya warga negara lainnya adalah konsekuensi yang harus dihadapi ketika pilihan untuk berdiam di kawasan register dilakoni. Aroma konstitusi yang di dalamnya terdapat berbagai pasal yang melindungi hak-hak asasi warga negara tidak pernah sampai apalagi dirasakan oleh 3359 jiwa (hasil SP 2010) kaum tani di Moro-Moro. Kebalikannya, tindakan-tindakan “anti konstitusi” justru menjadi hal yang biasa diterima.

Berbagai pakar hukum telah menyatakan bahwa salah satu elemen dasar dari negara hukum adalah perlindungan terhadap hak-hak dasar/hak-hak asasi manusia. Dalam konstitusi kita hak-hak asasi manusia juga telah diadopsi menjadi hak-hak konstitusional. Dengan demikian memperbincangkan kerangka normatif dan konsepsi hak-hak konstitusional sesungguhnya tidaklah jauh berbeda dengan bicara hak asasi manusia. Meluasnya jaminan hak-hak asasi manusia melalui pasal-pasal di dalam UUD 1945 tentunnya merupakan sebuah kemajuan dalam membangun pondasi hukum bernegara.

Konstitusi kita secara tegas menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum yang salah satu elemen dasarnya adalah pemenuhan akan hak-hak dasar manusia/hak-hak asasi manusia. UU Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM tidak dapat dihilangkan atau dinyatakan tidak berlaku oleh negara. Hak untuk memilih selanjutnya juga diatur dalam Pasal 43 ayat 1 UU HAM yang mengatakan “Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu juga menyatakan bahwa warga negara yang sudah berusia 17 tahun atau sudah/pernah kawin punya hak memilih. Pasal-pasal ini sepengetahuan penulis belum mengalami perubahan.

Kasus hilangnya hak politik warga negara dalam berbagai proses Pemilu yang ada di Indonesia sejak tahun 2006 (Pilkada, Pilgub, Pileg dan Pilpres) seperti yang dialami oleh Rakyat Moro-Moro tentunya mencederai rasa keadilan, kepastian hukum, serta prinsip-prinsip negara hukum seperti yang tertulis dalam konstitusi. Ironisnya hal ini bukan hanya sekali terjadi , tapi berkali-kali Rakyat Moro-Moro kehilangan haknya sebagai warga negara.

Pemerintah dan KPU tentunya bukan tidak mengetahui persoalan ini karena kasus penghilangan hak politik ribuan warga negara seperti yang dialami masyarakat telah terjadi berulang kali. Saling lempar tanggung jawab antara Pemkab dan KPU terjadi sejak tahun 2006. Sejak tahun 2006 KPU selalu beralasan mereka hanya menerima daftar pemilih dari Pemkab setempat, syarat untuk dapat memilih adalah terdaftar dalam data kependudukan. Sementara Pemkab beralasan meski mengakui warga Moro-Moro sebagai warga negara, tapi mereka belum diakui sebagai warga Kabupaten Mesuji karena bertempat tinggal di wilayah hutan yang dilarang.

Jika terus begitu maka hal ini tidak akan pernah memberikan kepastian hukum terhadap bisa atau tidaknya Rakyat Moro-Moro menggunakan hak konstitusionalnya. Sampai dengan hari ini KPU dan Pemkab sendiri tidak pernah berani mengumumkan secara terbuka pelarangan/penghilangan hak konstitusional Rakyat Moro-Moro dan dasar hukum apa yang digunakan untuk melegalisasi sikap tersebut.

Berbagai inisiatif warga untuk mendaftarkan diri sebagai pemilih tidak pernah mendapatkan kepastian hukum. Hal ini berbeda dengan kelaziman yang berlaku di berbagai tempat dalam soal pendataan pemilih di Indonesia. Padahal mereka, pemerintah dan KPU, pasti mengetahui bahwa hak politik adalah salah satu hak yang diakui dan dilindungi oleh Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia lewat UU Nomor 12/2005. Dengan demikian sejatinya hak asasi manusia termasuk di dalamnya adalah hak politik, ada karena semata-mata diberikan oleh negara, karena itu sifatnya terlekat (entitelment) bukan hanya semata-mata berdasarkan pemberian hukum positif (given).

Tindakan penghilangan hak politik warga negara dengan alasan karena bertempat tinggal di wilayah hutan ini mengesankan tindakan diskriminatif jika terlalu dini untuk mengkategorikannya sebagai tindakan anti konstitusi. Pemerintah boleh saja berpandangan bahwa keberadaan orang-orang di berbagai register melanggar undang-undang, tapi apakah karena ”dianggap” melanggar hukum hak-haknya sebagai warga negara harus dihilangkan? Sebagai analogi seseorang yang secara jelas telah dinyatakan bersalah dan mendapatkan putusan pengadilan-pun tetap bisa menggunakan hak politiknya.

Lewat analogi ini terlihat bahwa di satu sisi pemerintah tetap berusaha melindungi dan memberikan hak politik warga negara yang berstatus terpidana tapi di sisi lain menghilangkan hak politik warga negara yang “baru dianggap” melanggar undang-undang. Di sinilah yang dimaksud dengan tindakan diskriminatif terjadi. Analogi lainnya adalah pemerintah menjamin hak politik para buruh migran kita yang berada di luar wilayah Indonesia, tapi menghilangkan hak politik warga negara yang berada di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Negara, melalui penyelenggara pemilu sejatinya harus mampu menjamin terpenuhinya hak memilih warga karena, meminjam pendapat MK, hak untuk memilih (the right to vote) adalah hak asasi manusia yang tidak boleh dikurangi karena soal-soal teknis administratif. Dalam kasus Moro-Moro terdapat cara pandang yang salah dimana selain perilaku diskriminatif, juga muncul sikap “mencurigai” usaha-usaha warga negara untuk memperjuangkan hak politiknya sebagai warga negara.

Dalam kasus Moro-Moro, negara seakan-akan tidak lagi mampu melindungi hak warga negara. Pemerintah dan KPU justru terkesan ragu-ragu kalau tidak bisa dibilang takut untuk menegakkan konstitusi. Pertanyaan akademisnya kemudian adalah apakah konstitusi kita sudah berubah? Apakah kebijakan Pemkab dan peraturan KPU bisa mengalahkan amanat Konstitusi? Apakah perlakuan pemerintah dan KPU terhadap Rakyat Moro-Moro bisa dikategorikan sebagai tindakan inkonstitusional?

UUD 1945 secara tegas melarang berbagai tindakan diskriminasi sebagaimana tercermin pada Pasal 27 ayat (1), Pasal 28 D ayat (1), Pasal 28 I ayat (2). Berbagai peraturan di bawahnya seperti Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM juga tidak membenarkan diskriminasi berdasarkan perbedaan agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik.

Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya. Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945 menegaskan, bahwasannya setiap orang berhak atas pengakuan jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Ditegaskan pula dalam Pasal 28 I ayat (2) yang menyatakan bahwasannya setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

Jika melihat Pasal 28 I ayat (4) UUD 1945 jelas menunjukkan tanggung jawab negara dalam penghormatan, perlindungan dan pemenuhan HAM. Sedangkan Pasal 28 I ayat (5) menegaskan penegakan dan perlindungan hak asasi manusia yang sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam prakteknya mungkin ada benarnya pendapat Prof Jimly Asshidiqie yang mengatakan bahwa dalam praktiknya penegakan HAM sangat dipengaruhi oleh corak praktik politik yang berlaku pada suatu negara. Jika politiknya demokratis, maka upaya penegakan HAM menjadi lebih prospektif. Begitu pula sebaliknya, jika politiknya otoritarian, maka alih-alih menegakkan HAM, justru biasanya terjadi adalah merebaknya praktik kejahatan HAM. Namun, dalam keadaan demokratis pun, jika para penegak hukum tidak memiliki kemauan kuat untuk menerapkan law enforcement dan justice enforcement, kejahatan HAM dapat saja tetap terjadi.

Penulis ingin mengutip pernyataan almarhum Gus Dur bahwa ideologi yang luhur dan mulia, ternyata tidak diwujudkan dalam perilaku pemerintahan yang sesuai dengan tujuan dan semangat Undang-Undang Dasar, yaitu berlangsungnya pemerintahan yang memiliki

kewenangan terbatas dalam mengatur kehidupan masyarakat. Negara lalu tampak sebagai kekuasaan pihak yang memerintah, bukannya sebagai pelaksanaan sistem pemerintahan yang bercirikan kedaulatan hukum.

Perjuangan Rakyat Moro-Moro untuk mendapatkan hak politiknya sesungguhnya dapat merupakan perjuangan menegakkan konstitusi. Perjuangan menegakkan amanat “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” Juga perjuangan menegakkan Pasal 5 ayat (1) UU HAM mengatakan “Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan martabat kemanusiaannya di depan hukum.”

Memang belum tentu juga dengan mengikuti Pemilu akan dapat mengubah nasib Rakyat Moro-Moro menjadi lebih baik, tapi juga tidak bijak juga menghilangkan mimpi mereka untuk melihat masa depan yang lebih baik. Dalam situasi demikian, nilai-nilai konstitusionalisme perlu terus menerus didorong untuk secara berani dan tegas menjamin serta melindungi hak-hak konstitusional warga negarannya. Akhirnya Thomas Jefferson pernah berkata, "If we cannot secure all our rights, let us secure what we can."


* Penulis adalah Penstudi Hukum, tinggal di Bandar Lampung.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

Oleh : Sudiarto*

Setidaknya tiga peristiwa besar terjadi di ibukota Jakarta sepanjang tahun lalu, yang mengguncangkan sendi-sendi perpolitikan lokal. Pertama, peristiwa rusuh Koja pada 14 April 2010. Peristiwa bermula dari upaya petugas Satpol PP untuk membongkar makam “Mbah Priok” di lahan milik PT Pelindo II. Massa yang marah kemudian melawan petugas, bentrokan pun pecah sepanjang hari hingga malam, akibatnya tiga orang tewas di antaranya dua petugas Satpol PP sendiri, ratusan orang luka-luka, dan sejumlah mobil milik Satpol PP dan kepolisian hangus terbakar.

Konflik yang bermula dari sengketa hak waris antara keturunan “Mbah Priok” dengan PT Pelindo II yang ingin membersihkan kawasan pelabuhan agar sesuai dengan standar internasional berkembang menjadi konflik sosial, yang akhirnya menyeret pada bentrokan dan dugaan adanya pelanggaran HAM yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sentimen anti-Satpol PP pun meruyak, mengingat selama ini Satpol PP selalu diidentikkan dengan kekerasan terhadap rakyat miskin. Demonstrasi mengecam kekerasan Satpol PP dalam kasus rusuh Koja digelar berbagai elemen, dari LSM hingga massa partai politik.

Pemprov DKI dengan cepat merespon gejolak tersebut. Dibentuk tim investigasi yang diketuai Jusuf Kalla selaku Ketua PMI, untuk membendung tuduhan pelanggaran HAM yang dilontarkan Komnas HAM. Santunan pun diberikan kepada semua korban baik di pihak Satpol PP maupun warga. Gubernur Fauzi Bowo tampaknya tahu betul bahwa aksi kekerasan di wilayahnya berpotensi mengancam dirinya menuju pertarungan Pilkada pada 2012 mendatang.

Tetapi, Fauzi Bowo, yang akrab dipanggil Foke, kemudian menjadi bulan-bulanan di berbagai media massa dan situs jejaring sosial, ketika hujan melumpuhkan Jakarta pada akhir Oktober 2010 lalu. Foke yang pada Pilkada 2007 lalu menggunakan slogan “Serahkan pada Ahlinya” tak berkutik menjadi bahan caci-maki kalangan kelas menengah ibukota yang seharian terjebak dalam kemacetan parah akibat air menggenang di berbagai ruas jalan. Gara-gara itu, muncul pula slogan tandingan, “Jakarta Berkumis,” akronim dari berdebar kalau gerimis. Kumis merujuk pula pada iklan kampanye Foke pada Pilkada 2007, “coblos kumisnya.”

Foke sendiri berlatar belakang arsitektur dan perencanaan kota, yang pernah menempuh kuliah di Universitas Indonesia dan mendapat gelar ingenieur dari universitas di Jerman. Foke lebih banyak melewatkan kariernya di lingkungan Pemprov DKI, hingga menjadi Sekwilda, dan kemudian mendampingi Sutiyoso pada pencalonan gubernur dan wakil gubernur Jakarta pada Pemilu 2002. Setelah Sutiyoso tidak lagi bisa maju karena sudah dua kali periode, Foke menggantikannya sebagai calon gubernur pada pilkada langsung yang pertama kali digelar di ibukota pada 2007. Foke harus bersaing ketat dengan Adang Daradjatun yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Tiga tahun masa jabatan Foke tampaknya tidak menunjukkan kinerjanya sebagai ahli perencanaan kota. Berbagai proyek yang digagas gubernur sebelumnya, Sutiyoso, terhenti. Sejumlah koridor busway sampai sekarang tidak beroperasi karena kegagalan konsorsium untuk menyediakan bus sesuai spesifikasi yang diminta Pemprov DKI. Proyek Banjir Kanal Timur (BKT) belum selesai dibangun. Begitu pula proyek monorel yang masih menyisakan tiang-tiang di pusat kota, sedang rencana proyek kereta subway baru masuk pada tahap desain.

Jakarta sebagai ibukota, berkembang dari pelabuhan Sunda Kelapa, semula merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Tarumanagara. Raja terbesarnya, Purnawarman, sebagaimana dikutip dalam prasasti Tugu yang ditemukan di kecamatan Tarumajaya, Bekasi, berhasil membangun dua kanal yaitu Sungai Chandrabhaga dan Sungai Gomati. Dalam prasasti disebutkan bahwa Kali Gomati sepanjang 12 kilometer dikerjakan dalam waktu hanya 21 hari. Sunda Kelapa menjadi pelabuhan penting Kerajaan Sunda untuk mengekspor komoditas utama lada, melalui sungai yang berhulu di dekat ibukota Sunda di Bogor. Portugis juga pernah membangun bandar di Jakarta, tapi kemudian dihalau oleh Fatahillah dari Kerajaan Demak. Belanda kemudian mengukuhkan diri dengan membangun kota Batavia, tanpa mampu diusir oleh laskar-laskar Mataram pimpinan Sultan Agung.

Sebagai benteng VOC, Batavia hanya merupakan persinggahan saja untuk mengawasi pusat rempah-rempah di Maluku. Setelah kebangkrutan VOC, Hindia-Belanda membangun pusat administrasinya bukan di Jakarta melainkan di Bogor, waktu itu disebut sebagai Buitenzorg. Istana Negara yang sekarang menjadi kantor kepresidenan awalnya hanyalah rumah peristirahatan milik J.A. van Braam, pengusaha Belanda, tetapi sering disewa oleh pemerintah selama tinggal di Batavia untuk keperluan rapat-rapat Dewan Hindia. Ketika berkembang perkebunan tebu di Jawa Tengah dan Jawa Timur, kota Surabaya yang menjadi pelabuhan utama dan pusat angkatan laut Belanda. Menjelang kedatangan pasukan Jepang, Belanda berniat memindahkan ibukota ke Bandung. Setelah sempat berkantor di Yogyakarta, pemerintahan Republik Indonesia kemudian memindahkan ibukota ke Jakarta. Status Jakarta sebagai daerah tingkat satu baru ditetapkan pada tahun 1959, sebelumnya hanya merupakan kota di bawah Provinsi Jawa Barat.

Berkembang mula-mula dari kawasan seputar Pasar Ikan dan Kota Tua, Belanda meluaskan pembangunan ke selatan yang lebih sejuk untuk mencegah epidemi malaria. Setelah membangun Koningsplein (sekarang Lapangan Merdeka, Monas), Belanda kemudian membangun kota taman Menteng. Pembangunan terus bergerak ke selatan, kawasan terakhir yang dibangun Belanda adalah Kebayoran yang dibangun pada 1948. Sejak awal menyadari potensi banjir yang mengancam Jakarta, Belanda membangun Banjir Kanal Barat dimulai dari Manggarai hingga Muara Angke.

Setelah menjadi ibukota RI, penduduk Jakarta berlipat dua karena kebutuhan tenaga kerja untuk pemerintahan. Berbagai permukiman baru kelas menengah berkembang seperti di Cempaka Putih, Rawamangun dan Pejompongan. Instansi pemerintah dan BUMN juga membangun perumahan-perumahan di Jakarta untuk para karyawannya. Permukiman besar pertama yang dibangun oleh pengembang swasta di Jakarta yaitu Pondok Indah pada akhir dasawarsa 1970-an. Meskipun berusaha ditekan, arus urbanisasi terus mengalir ke Jakarta. Industri pun pada awalnya banyak yang berlokasi di Jakarta, terutama di kawasan Kapuk dan Cakung, sebelum kemudian bergeser ke arah Tangerang, dan sekarang ke arah timur sepanjang koridor jalan tol Jakarta-Cikampek.

Dengan pesatnya pembangunan, sementara bentang alam Jakarta merupakan dataran rendah yang menjadi daerah aliran sungai-sungai dari kawasan Bogor dan Cianjur, ancaman banjir tak urung menghantui Jakarta setiap musim hujan. Demikian pula alih fungsi situ menjadi kawasan komersial, serta hancurnya hutan mangrove di kawasan Kapuk oleh pengembangan perumahan dan jalan tol, mengancam ekosistem Jakarta. Ditambah rusaknya kawasan hulu, yang ditengarai akibat ulah kalangan elite Jakarta sendiri yang membangun villa-villa di kawasan Puncak dan Gunung Gede. Persoalan lain adalah ruwetnya sarana transportasi di Jakarta. Kemacetan tiap hari terjadi, tidak hanya pada jam-jam sibuk saja, dan akan lebih parah jika turun hujan.

Gejolak terakhir yang harus dihadapi oleh gubernur Foke yaitu aksi besar-besaran oleh hampir 50 ribu buruh di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cakung pada 25 November 2010 lalu, menuntut kenaikan upah minimum provinsi (UMP) menjadi sebesar Rp 1.401.829,00 per bulan. Melalui Peraturan Gubernur No 196/2010, Foke hanya menetapkan UMP sebesar Rp Rp 1.290.000,00 per bulan.

Maka lengkap sudah, oposisi terhadap kebijakan Foke ditentang dari berbagai sektor masyarakat, dari rakyat miskin perkotaan yang menentang keberadaan Satpol PP, kelas menengah yang didera kemacetan dan ancaman banjir, dan kaum buruh yang menuntut perbaikan kesejahteraan. Persoalannya, apakah gejolak sosial perkotaan ini akan mengubah wajah ibukota, ataukah hanya akan menjadi permainan politik bagi lapisan elite untuk sekadar menggantikan Foke dengan yang lain. Sejumlah tokoh lokal Jakarta sudah ancang-ancang untuk maju pada Pilkada 2012 dengan mengeksploitasi kegagalan Foke menyelesaikan persoalan-persoalan Jakarta. Menjadi tantangan buat gerakan sosial dan akademisi di Jakarta, baik yang bergerak di isu lingkungan, kemiskinan, perencanaan kota dan perburuhan, tidak saja untuk memberikan tawaran program alternatif untuk rakyat Jakarta, juga solusi politik yang tepat.

Sebagai catatan, penduduk Jakarta yang relatif paling melek politik, mempunyai preferensi pemilih yang cepat berubah. Di masa Orde Baru, “partai pemerintah” Golkar baru bisa menguasai Jakarta pada Pemilu 1987 setelah selama beberapa kali pemilu dikuasai oleh partai Islam PPP. Pada masa reformasi, PDI Perjuangan memenangkan pemilu 1999 di DKI Jakarta, tetapi segera digantikan oleh PKS pada Pemilu 2004, dan Demokrat pada Pemilu 2009. Pemilihan langsung kepala daerah pertama pada 2007 menyedot perhatian media, bagaimana PKS yang mewacanakan pembenahan ibukota dihadang oleh koalisi 20 partai politik.


* Penulis adalah anggota Perkumpulan Budaya Bumi Bagus, sekaligus Anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Jabodetabek.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

;;