Berikut di bawah ini bisa disimak kumpulan terbaru berita atau tulisan tentang seluk-beluk pemilihan legislatif dan pemilihan presiden 2009, yang diambil dari berbagai sumber, Di samping disajikan di berbagai milis, kumpulan berita ini juga bisa dibaca selanjutnya dalam website http://umarsaid.free.fr/ Harap para pembaca maklum hendaknya.

= = =

Rakyat Merdeka, 27 Mei 2009,

Bendung Kampanye Hitam, Tim SBY

Efektifkan Sayap Islam



Jakarta, RMonline. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono mulai mendapat serangan kampanye negatif.

Pasangan incumbent ini mulai disudutkan melalui layanan pesan singkat (SMS) maupun dalam bentuk lainnya.

Hal itu diungkapkan Ketua Tim Kampanye Nasional SBY-Boediono, Hatta Radjasa, usai memberikan pembekalan pada Majelis Dzikir SBY Nurussalam sebagai tim sukses SBY-Boediono di Hotel Sahid, Jakarta, Senin (25/5) malam.

“Kami menemukan adanya sinyalemen kampanye nagatif melalui SMS dan yang lainnya,” ujar Hatta kepada wartawan.

Hanya saja politisi PAN yang menjadi orang dekat SBY ini enggan membeberkan bentuk kampanye negatif itu. Ia hanya meminta Tim Sukses dan Tim Kampanye pasangan lainnya untuk berkampanye secara bermartabat, bermoral dan beretika.

Karenanya, Hatta mengaku akan menghubungi Tim Kampanye pasangan capres/cawapres lainnya untuk membuat kesepakatan agar kampanye Pilpres dapat dilakukan secara bermartabat.

Sebelumnya, Hatta juga memberikan pembekalan kepada jamaah Majelis Dzikir SBY Nurussalam. Di hadapan para jamaan dzikir, Hatta menegaskan bahwa sebagai salah satu sayap politik Majelis Dzikir SBY Nurussalam perlu memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat tentang berbagai hal positif yang dicapai selama pemerintahan SBY.

“Masyarakat perlu tahu bahwa ekonomi kita tumbuh, angka pengangguran turun dan angka kemiskinan juga turun. Itu bukan kata Ketua Tim Kampanye Nasional, tetapi kata Badan Pusat Statistik,” ujar Hatta yang disambut tepuk tangan paa jamaah dzikir.

Sedangkan Ketua Jamaah Majelis Dzikir SBY Nurussalam, Haris Thahir mengatakan, pihaknya telah menginstruksikan kepada seluruh pengurus dan anggota majelis dzikir untuk berjuang memenangkan SBY-Boediono.

“Memerintahkan kepada selurung penhurus dan kader majelis dzikir untuk merapatkan barisan mengawal perjuangan pasangan SBY-Boediono di Pilpres,” sebut Haris.

Menurutnya, di bawah kepemimpinan SBY kehidupan beragama semakin kondusif. “Toleransi kehidupan umat beragama di tanah air dan hubungan Indonesia dengan negar-negara Islam juga semakin berkembang,” ulasnya. [hta]

* * *

Komentar Media Indonesia 26 Mei 2009
Neolib dan Kerakyatan Ramai-Ramai ke Pasar

POLEMIK yang sekaligus menjadi platform pembeda di antara calon presiden yang bersaing dalam pemilu mendatang adalah neoliberalisme dan kerakyatan. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono, walaupun membantah berulang kali, tetap saja dicap kaum neolib.

Sebaliknya pasangan Jusuf Kalla-Wiranto dan pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo sama-sama mengklaim penganut sekaligus pembela paham ekonomi kerakyatan.
Tanpa penjelasan yang memadai tentang perbedaan di antara dua paham ekonomi itu, para calon presiden ramai-ramai terjun ke pasar. Di sana mereka ingin memperlihatkan bahwa mereka tidak menganut neolib.


Yang pertama dan yang paling rajin adalah Jusuf Kalla. Dia memulai dengan kunjungan ke Pasar Tanah Abang, Jakarta, kemudian ke Pasar Beringharjo di Yogyakarta. Ke mana-mana Jusuf Kalla pergi, pasar selalu menjadi tempat yang dikunjungi.
Tidak kalah dengan Jusuf Kalla, capres SBY mengunjungi Pasar Sukowati di Denpasar, Bali. Selain di pasar ada kerumunan manusia, mengunjungi pasar dilakukan SBY untuk menepis tuduhan terhadap dirinya sebagai orang neolib.


Megawati yang mampu menciptakan drama 'wong cilik' dengan memilih Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantar Gebang sebagai lokus deklarasi juga terjun ke pasar. Dalam rangka pembuatan iklan yang memperlihatkan keberpihakannya kepada ekonomi kerakyatan, Mega masuk Pasar Blok A di Jakarta Selatan.
Sama-sama mengunjungi pasar oleh kedua kubu yang sedang mencari poin perbedaan memperjelas bahwa mereka sesungguhnya tidak menghayati betul distingsi antara kerakyatan dan neolib.
Sesungguhnya tidak ada negara di dunia yang melaksanakan neoliberalisme maupun ekonomi kerakyatan secara murni. Neoliberalisme sebagai paham yang mendewakan pasar tanpa campur tangan negara terlalu banyak ternyata memerlukan banyak regulasi atau intervensi. Tidak mungkin sebuah perekonomian bebas dari intervensi negara.


Sebaliknya, paham ekonomi kerakyatan tidak bisa mengunci pintu rapat-rapat dari pengaruh dan mekanisme pasar. Baik karena pengaruh globalisasi maupun pengaruh kebutuhan pertumbuhan dan kesejahteraan itu sendiri. Semakin sebuah bangsa keluar dari kemiskinan karena perkembangan ekonomi yang membaik, dia mau tidak mau harus membuka diri untuk diekspos atau mengekspos mekanisme pasar.
Jadi, kita sesungguhnya tidak sedang beperkara dengan kaum neolib atau kaum kerakyatan. Kita semua, terutama dalam masa pencarian mandat baru kepemimpinan nasional di masa depan, sedang menggugat seluruh kemandekan dari proses pencarian kesejahteraan dan keadilan.
Karena itu, para capres jangan menyibukkan diri dengan cap neolib atau kerakyatan. Berilah kepada rakyat, dalam proses kampanye sekarang, harapan dan rasionalitas tentang kepastian akan kemakmuran dan kesejahteraan itu.


Perasaan hati kolektif bangsa ini yang paling menyakitkan adalah kelambanan negara merealisasikan kemakmuran dan keadilan itu. Padahal kita bernegara di atas tanah dan air yang kaya raya. Setiap kali kampanye pemilu datang, selalu hadir tokoh dan kaum yang menjanjikan kemampuan dan kemauan. Namun, selalu kandas di tengah jalan.
Jadi, janganlah mengacaukan diri sendiri dengan paham-paham yang tidak kita pahami secara mendalam. Neolib atau kerakyatan semua bermuara pada keadilan dan kesejahteraan rakyat.
Kalau sekarang para capres ramai-ramai ke pasar, anggaplah mereka sedang mencuri show komunikasi. Tidak ada penjelasan yang membuat kita paham tentang perbedaan di antara mereka.

* * *

Kompas, , 26 Mei 2009
Slank Tolak Ikut Kampanye Pilpres

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com -- Grup Band Slank kembali memegang komitmennya untuk tidak mendukung salah satu kandidat calon presiden, agar tidak membuat bingung dan mengecewakan para pendukungnya.

"Memang tawarannya besar. Bahkan banyak yang sampai mengancam agar Slank bersedia ikut meramaikan kampanye Pilpres. Namun kami tolak semuanya demi kebaikan para fans Slank," kata vokalis Slank Kaka dan penabuh drumnya Bimbim, di Kuala Lumpur, Senin.

Usai konser Rhythm of Unity di Bukit Jalil, Selangor, Kaka dan Bimbim mengatakan mereka lebih baik kabur ke Lombok dan bersembunyi di sana jika terus menerus dikejar untuk ikut serta dalam kampanye.

"Kebiasaan kami memang lebih baik menghindar dan bersembunyi daripada diteror terus untuk ikut partisipasi kampanye," katanya.

Sejak lama Slank memiliki pendirian untuk menolak permintaan manggung mendukung salah satu calon atau salah satu partai politik karena hal itu akan membuat pecah-belah penggemarnya. (ANT/EH)

* * *

Kompas, 26 Mei 2009

Apa Salahnya Sih Kuda Prabowo?

JAKARTA, KOMPAS.com — Belakangan ini calon wakil presiden Prabowo Subianto diragukan komitmennya dalam membangun ekonomi kerakyatan. Terutama setelah tim verifikasi Laporan Harta dan Kekayaan Penyelenggara Negara mendapati Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu memiliki 98 kuda berharga miliaran rupiah.

Kuda-kuda tersebut, yang tiga di antaranya bernilai sekitar Rp 9 miliar, kemudian menjadi sasaran empuk rival Prabowo, untuk mengkritisi mantan Komandan Jenderal pasukan elite di TNI, Kopassus, itu.

Puncaknya, kemarin, Juru Bicara Tim Nasional Kampanye SBY-Boediono, Rizal Mallarangeng, mengatakan, kepemilikan Prabowo terhadap kuda-kuda mewah tersebut merupakan indikasi bahwa mantan Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) itu tidak mendukung ekonomi kerakyatan.

Kubu Mega-Pro pun angkat bicara. Sekretaris Umum Tim Nasional Kampanye Mega-Pro, Fadli Zon, menilai tidak ada yang salah dengan kepemilikan kuda-kuda tersebut. Menurut dia, memiliki kuda mewah tidak ada kaitannya dengan tidak mendukung ekonomi kerakyatan.

"Kita tidak harus menjadi miskin agar dapat membangun ekonomi kerakyatan. Ini cara berpikir yang tidak logis," ujar Fadli Zon, Selasa (26/5) di Gerindra Media Center, Jakarta.

Menurut Fadli Zon, sebagian kuda-kuda Prabowo telah turut mengharumkan nama Indonesia pada ajang olahraga Sea Games 2007 di Bangkok, Thailand. Saat itu, untuk pertama kalinya, Indonesia menurunkan atletnya pada cabang olahraga polo.

"Tim itu dibawa langsung oleh Pak Prabowo. Tim itu juga bukan terdiri dari orang-orang aristrokrat, tapi anak-anak petani yang dididik oleh beliau," ujar Fadli.

Ia kemudian berharap agar perseteruan mengenai kuda-kuda Prabowo dapat segera diakhiri.



* * *



Detik News, 26 Mei 2009


Persaingan Para Purnawirawan Jenderal

Bisa Berbahaya



Jakarta - Sejumlah purnawirawan perwira tinggi TNI menjadi tim sukses para capres dan cawapres. Jika tidak bersaing secara sehat, persaingan antara para jenderal yang berlainan kubu ini dianggap berbahaya.



Para purnawirawan jenderal diminta tidak menarik anak buahnya yang masih aktif untuk ikut dalam pemenangan pilpres. Karena jika hal ini dilakukan, bisa menimbulkan konflik.



"Kekuatan TNI adalah jaringan, khususnya TNI AD yang memiliki komando teritorial. Bukan mencurigai, tapi jangan sampai incumbent mengunakan jaringan teritorial tersebut," ujar Pengamat Politik dan Militer LIPI, Ikrar Nusa Bhakti kepada detikcom, Senin (25/5/2009) malam.



Ikrar menjelaskan walau sudah pensiun, para jenderal ini dinilai masih memiliki anak buah yang loyal. "Prabowo juga mantan danjen Kopassus yang mungkin masih punya anak buah di lapangan," jelasnya.



Menurut Ikrar penggunaan TNI aktif maupun purnawirawan, bukanlah hal yang aneh dalam kampanye pilpres. Hal ini telah dilakukan dalam pilpres sebelumnya. "SBY pada 2004 melakukan hal ini," jelasnya.



Ikrar menambahkan para jenderal ini akan memanfaatkan jaringan organisasi kemasyarakatan (ormas) untuk menggalang dukungan massa. Walau tidak seefektif pada saat Orde Baru, mungkin saja para purnawirawan jenderal tersebut memanfaatkan cara-cara yang sama.



"Dahulu karang taruna, KNPI, AMPI itu diciptakan negara untuk menjaga kekuasaan Soeharto. Bisa saja metode-metode pada Orde Baru digunakan lagi," jelasnya.



++++



Detik News, 26 Mei 2009


Pilpres 2009, Adu Strategi Para

Pensiunan Jenderal



Jakarta - Para purnawirawan jenderal ramai-ramai menjadi tim sukses pasangan capres-cawapres. Para mantan jenderal ini akan adu strategi dan tenaga untuk memenangkan jagoan mereka dalam pilpres.



Sejumlah pensiunan perwira tinggi menemui JK, Senin (25/5/2009). Mereka membentuk tim sukses yang dinamakan Tim Garuda. Mantan Aspam KSAU Marsdya Purn Basri Sidehabi menjadi ketua Tim Garuda. Sementara sejumlah nama seperti mantan KSAL Laksamana Purn Bernard Kent Sondakh, Mantan KSAD Jenderal Purn Subagyo HS, Mantan Wakasad Letjen (Purn) Sumarsono, menjadi penasihat Tim Garuda. Ada juga Jenderal TNI (Purn) Fahrul Rozi, mantan Kapolri Jenderal Pol (Purn) Chaeruddin.



"Tim Garuda ini untuk mengimbangi kehandalan permainan politik para purnawirawan yang ada di kubu capres lainnya," ujar Jubir Tim Sukses JK-Wiranto Yuddy Chrisnandi kepada detikcom, Senin (25/5/2009).



Yuddy yakin, kubu lawan telah siap dengan strateginya masing-masing. Pihaknya pun tidak mau kecolongan. Mantan Jenderal harus dihadapi dengan mantan jenderal.



"Tapi kita akan melakukan kampanye dengan cara yang santun. Kita tidak akan melakukan black campaign," jelasnya.



Di Kubu SBY-Boediono ada sejumlah nama. Mantan KSAU Marsekal Purn Djoko Suyanto menjadi wakil ketua tim sukses pemenangan pasangan incumbent ini. Ada juga Mantan KSAU, Marsekal Purn Herman Prayitno dan Mantan Kapolri Jenderal Purn Sutanto.



Sementara di Kubu Megawati-Prabowo, tidak kalah kuat. Ada Mantan Dan Sesko TNI Mayjen Purn Theo Syafei, Mantan Danjen Kopassus Muchdi PR dan Letjen Purn M Jasin.



* * *





Kompas, 26 Mei 2009

Kabinet 2009-2014 Akan Kental

Balas Jasa Politik

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik LIPI, Syamsudin Harris, memprediksi, kabinet yang terbentuk pada pemerintahan berikutnya, periode 2009-2014 , akan kental dengan nuansa "balas jasa" politik.

Fenomena ini, menurut dia, sebenarnya sudah terjadi pada Kabinet Indonesia Bersatu, Kabinet Gotong Royong di era Megawati, dan Kabinet Kesatuan Nasional pada masa Abdurrahman Wahid.

Kabinet dengan latar "balas jasa", dikatakan Syamsudin, lebih bersifat politis. Salah satu faktornya karena presiden terpilih memiliki kekuatan dukungan parlemen yang minim.

"Kabinet 2009-2014 menurut saya akan jauh lebih bersifat politik. Bila SBY menang lagi, dia didukung koalisi partai-partai yang menuntut porsi di kabinet," ujar Syamsudin pada diskusi "Postur Kabinet Berdasarkan UU Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara" di Jakarta, Selasa (26/5).

Riak-riak tuntutan porsi di kabinet sudah mulai muncul dengan statement sejumlah parpol mengenai jatah yang akan didapatkan jika pasangan calon yang diusung meraih kemenangan. "Apakah presiden yang terpilih nanti bisa meminimalkan potensi pemenuhan 'balas jasa' politik? Kalau tidak, siap-siap saja agenda bangsa akan banyak yang terbengkalai. Apalagi, jika sinyalemen benar bahwa duduk di kabinet menjadi ATM (mesin penarik yang) bagi partai politik," ujar dia.

Seharusnya, dalam pandangan Syamsudin, pembentukan kabinet tidak sekadar mendasarkan pada sesuatu yang bersifat politis. Hal ini akan membuat banyak janji presiden kepada rakyat tidak akan terpenuhi dan upaya menciptakan pemerintahan yang bersih akan sulit tercapai. Ia juga memberikan masukan, ke depannya capres dan cawapres hendaknya berakar dari kekuatan politik yang seimbang. "Kalau imbang, maka negosiasi koalisi di kabinet akan lebih diminimalkan," kata Syamsudin.

* * *

Media Indonesia, 26 Mei 2009
Gus Sholah Yakin Nahdliyin Dukung JK-Win

SURABAYA--MI: Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Sholahuddin Wahid (Gus Sholah) yakin warga Nahdlatul Ulama (NU) akan mendukung pasangan Jusuf Kalla-Wiranto (JK-Win) pada putaran kedua Pilpres 2009.

"Dukungan warga NU akan terpecah pada putaran pertama, tapi jika ada putaran kedua dan JK-Win lolos, maka dukungan warga NU akan ke JK-Win, karena Pak Kalla adalah tokoh NU dan warga NU tentu ingin tokohnya menjadi pemimpin," katanya di Surabaya, Selasa (26/5).

Mantan Cawapres dalam Pilpres 2004 itu mengemukakan hal itu setelah berbicara dalam seminar bertajuk "Mempertegas Posisi Intelektual Muda Dalam Peta Politik Nasional Jelang Pilpres 2009" yang digelar Pesantren Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya. Adik kandung mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu mengakui, dukungan warga NU terhadap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat ini relatif tinggi, namun tingkat dukungan itu cenderung menurun.

"Setidaknya, begitulah menurut beberapa survei, apalagi beberapa tokoh NU dan Muslimat NU secara pribadi mengisyaratkan dukungan kepada JK-Win. Muslimat NU itu 'kan paling solid, terbukti saat Khofifah menjadi Calon Gubernur Jatim," katanya.

Karena itu, katanya, dukungan warga NU sangat signifikan dalam Pilpres 2009, apalagi jumlah pemilih saat ini diperkirakan 170 juta orang, sedangkan warga NU diperkirakan berjumlah 80 juta orang. "Karena jumlahnya banyak, kepentingan masyarakat NU otomatis menjadi kepentingan masyarakat Indonesia, namun bukan berarti NU ingin mendapatkan prioritas dari negara," katanya.

Pandangan itu berbeda dengan pendapat mantan Ketua PWNU Jawa Timur Dr KH Ali Maschan Moesa MSi yang juga menjadi pembicara dalam seminar di IAIN Sunan Ampel Surabaya itu. "Saya yakin suara warga NU akan tetap terpecah, termasuk di putaran kedua. Itu konsekuensi dari keinginan NU yang ingin menjauh dari politik, sehingga warga NU semakin dewasa dan petunjuk tokoh dalam politik praktis bukan patron lagi," kata Ali Maschan. (Ant/OL-06)

* * *

PERCAKAPAN 1:


T = Mas Leo,

Nama aku A, pria, 20 tahun, tinggal di Jakarta.

Aku bingung banget, kenapa ya aku gak bisa kontrol kemampuan aku. Kira-kira gimana ya Mas cara kendaliin kekuatan aku ini. Aku mau, kalo aku lagi butuh, kekuatan aku bisa aku pake. Dan kalo aku gak mao pake ya gak ada kejadian apa-apa. Jadi kan aku bisa hemat tenaga gak perlu tiap saat pake kelebihan aku. Kayak lihat penampakan juga, kan jadi bisa aku kontrol.

Yg bikin pusing banget, akhir-akhir ini aku ngerasa kayak gak bisa kenalin diri aku. Aku akhir-akhir ini juga dapat firasat kalo umur aku gak lama lagi. Sebenarnya aku punya teman yg punya bakat kayak aku. Tapi tiap aku tanya sama dia, jawabannya gak pernah jelas, terus dia langsung pergi pedahal pertanyaan aku belom dijawab.

Siapa tau Mas Leo ada solusi untuk masalah aku ini. Atau mungkin Mas Leo tau tempat orang-orang yg berbakat di Jakarta biasa kumpul-kumpul.

J = Thanks for sharing.

Apa yg anda alami sebenarnya bukan hal aneh. Saya banyak bertemu dengan teman-teman yg mengaku bisa melihat segala macam penampakan. Ada yg melihat orang yg diajaknya berbicara tiba-tiba bertanduk, pedahal itu manusia biasa. Mana ada manusia yg bertanduk, ya gak?

Kalau mengikuti bahasa ilmu jiwa modern, mungkin kita bisa bilang bahwa orang itu mengalami halusinasi. Tidak ada apa-apa kok bisa merasa melihat sesuatu. Dan yg melihat itu yakin hakkul yakin bahwa apa yg dilihatnya itu ada, pedahal secara fisik tidak ada.

Saya sendiri menggunakan pendekatan berbeda, jadi tidak langsung mencap seseorang sebagai berhalusinasi. Saya akan bilang bahwa orang itu, yg di sini bisa termasuk anda sendiri, melihat simbol-simbol yg muncul. Apabila sedang berbicara, dan tiba-tiba orang yg anda ajak berbicara itu menjadi bertanduk, maka anda bisa menafsirkan bahwa orang yg anda ajak berbicara itu sifatnya seperti hewan yg siap menanduk siapa saja.

Apa yg kita lihat secara batin (non fisik) memiliki arti simbolik, dan kita cukup mengambil arti simboliknya itu saja. Kita tidak perlu repot ketika melihat ada berbagai macam penampakan, sama saja ketika kita tidak repot waktu melewati permukiman yg berbeda-beda. Jenis kendaraan sudah berbeda ketika kita memasuki perumahan yg berbeda, jenis dan model rumah sudah berbeda, cara orang berpakaian dan berjalan sudah berbeda.

Kalau kita bisa mengontrol apa yg kita lihat secara fisik dan tidak terpengaruh, mengapa kita menjadi tidak bisa mengontrol apa yg kita lihat secara batin? Kita bisa kalau kita mau. Jadi, kalau nanti penampakan itu muncul kembali, anda tidak perlu terpengaruh. Anda artikan sajalah simbol-simbol yg muncul. Semuanya itu simbolik, tidak usah takut dan tidak usah merasa menjadi manusia aneh.

Semua manusia sedikit banyak bisa melihat segala macam penampakan non fisik. Cuma ada yg lebih sensitif, dan ada juga yg tidak terlalu sensitif. Sebagian besar dari kita malahan telah terbiasa untuk mengabaikan segala macam penampakan yg muncul karena kita tahu bahwa mereka adanya di dalam batin saja, di dalam pikiran kita saja, dan bukan di alam fisik.

Ada juga komunitas yg menamakan dirinya "anak-anak indigo" dan mengaku bisa melihat segala macam begituan. Tetapi menurut saya ini komunitas yg tidak sehat, dan isinya mostly anak-anak yg terlalu naluriah, egonya terlalu besar dan selalu mencurigai orang-orang lainnya, selain juga menganggap diri mereka memiliki kelebihan.

Kelebihan apa? Pedahal setahu saya, mereka yg mengaku bisa melihat segala macam begituan adalah orang yg merasa tersiksa. Tersiksa karena tidak bisa memperoleh pengertian bahwa yg dilihatnya itu cuma simbol belaka, dan tidak perlu terlalu diperhatikan.

Kalau diperhatikan terus, anda bisa saja mengalami firasat ini dan itu, seperti merasa akan cepat mati dan sebagainya. Anda akan bisa saja merasa seperti ada orang yg berbicara kepada anda, pedahal orangnya tidak ada, dsb. Dan lama-kelamaan anda akan tidak bisa mengenali diri anda sendiri, seperti yg telah anda akui sendiri kepada saya tadi.

Cara yg sehat adalah dengan mengakui kepada diri anda sendiri bahwa yg anda lihat itu adanya di dalam pikiran anda sendiri. Bukan anda memiliki kelebihan melihat makhluk ghoib, tetapi anda terlalu sensitif sehingga menganggap serius hal-hal yg tidak ada secara fisik dan adanya cuma di dalam pikiran anda sendiri saja.

Kalau anda tidak bisa menerima saran dari saya dan terus mempersoalkan "kelebihan" anda itu, maka mungkin anda harus pergi ke dokter ahli jiwa (psikiater). Psikiater akan bisa memberikan anda obat-obat penenang, selain konseling juga. Tetapi kalau anda bisa tenang dan menerima arti simbolik dari segala apa yg muncul itu, maka anda tidak perlu ke psikiater. Anda tetap dapat menjadi orang normal.


+

PERCAKAPAN 2: DO I ANSWER YOUR QUESTION?


T = Beberapa hari lalu saya mengalamai hal yang luar biasa, dimana putra saya satu-satunya yang sedang berlibur di rumah hampir meninggal karena keracunan.. Dia selamat, baru kembali dari rumah sakit kemaren.

Anehnya, ada hal yang semuanya tampaknya terjadi secara kebetulan. Misalnya kenapa saya bisa tiba-tiba bangun jam 4 pagi dan mendapati anak saya kaku di tempat tidur dengan mulut berbusa-busa dan sulit bernafas? Kenapa saya mampu menggendong dia ke mobil yang berjarak 50 meter dari kamarnya dan membawanya ke rumah sakit? Mengapa saat sampai di rumah sakit yang biasanya hiruk pikuk selama 24 jam, anehnya pada saat itu kosong melompong, sehingga semua dokter yang berjibun itu dengan cepat bisa menanganinya? Mengapa paman yang salah satu direktur rumah sakit kok tidak biasanya berada di rumah sakit?

Anak saya mengatakan, sewaktu sekarat, dia melihat semua kejadian dari mulai dia lahir, masa anak-anak dan sampai dengan saat kejadian saya membersihkan rongga mulut dan pernafasannya? Bahkan dia melihat dirinya sudah meninggal namun berhasil merasa mengkontrol saya melakukan apa yang dia inginkan? Seperti menggendong badannya yang berat sekali padahal saya baru saja di operasi dan masih lemah sekali. Selama proses sekarat yang kejang-kejang dan tidak sadarkan diri, dia merasa, dunia ini dia bisa dia lihat dan kontrol sesuai dengan maunya? Bahkan melihat saya meninggal namun bisa dia hidupkan kembali?

Anehnya, mengapa perasaan saya biasa-biasa saja menghadapi semua hal ini? Tidak ada rasa panik atau takut atau stress? Mohon bantu saya mengartikan phenomena ini Mas.

J = Thanks for sharing.

Apa yg anda alami seperti "pengulangan" dari apa yg anda telah lihat sebelumnya bukan?

Seringkali kita tidur dan ketika kita bangun kita merasa seperti tinggal menjalankan saja apa yg telah kita putuskan sebelumnya, tidak ada rasa kaget-kaget lagi, walaupun secara fisik bisa saja kejadiannya mengagetkan.

Saya sendiri percaya bahwa apa yg saya temui secara fisk setiap hari telah saya temui semalam sebelumnya di dalam tidur saya, sehingga saya tinggal menjalaninya saja. Semuanya sambung menyambung menjadi satu, tanpa perlu ada kepanikan.

Kalau kita bisa ikhlas dan pasrah, maka akan seperti itulah urutannya, yaitu kita telah menjumpai segalanya di dalam tidur kita yg sebenarnya tidak tidur melainkan komunikasi dengan berbagai aspek dari kesadaran kita sendiri, yg akhirnya akan kita temui secara fisik setelah kita bangun.

Tentu saja waktu cuma illusi. Dalam alam keabadian, waktu yg kita kenal secara fisik cuma illusi saja. Waktu yg real itu cuma T = 1, detik ini, saat ini. Past, present, and future are all happening at once, now. Cuma karena kita memiliki tubuh fisik, maka kita masih mengalami masa lalu, masa kini dan masa datang. Kita masih mengalami waktu seperti berjalan.

Ketika kita masuk ke dalam kesadaran kita yg tetap ada, yg abadi, maka kita akan kembali ke T=1, dan bisa melihat past, present and future secara bersamaan. Semuanya sudah terjadi.

Karena kita tahu segalanya sudah terjadi, dan ternyata kita aman-aman saja, maka kita akan ikhlas dan pasrah saja. Ikhlas dan pasrah walaupun kita harus memilih salah satu alternatif yg akan diwujudkan secara fisik, misalnya alternatif X.

Di dalam alam keabadian, ada berbagai macam alternatif tak terhingga, yg masih juga bisa kita pilih kalau kita mau. Ada alternatif Y, alternatif Z, dan seterusnya.

Kalau kita bisa menyatukan kesadaran kita dengan kesadaran yg abadi itu dengan cara tenang saja dan tidak panik, maka kita akan bisa merubah realitas fisik kita. Banyak pilihan yg bisa kita ambil. Yg tadinya tidak mungkin akhirnya menjadi mungkin.

Tapi yg abadi itu tetap saja, kita sebagai kita, God as God.

We are God experiencing many kinds of adventures, makanya kita tidak menghakimi orang lain. Kita cuma memilih apa yg kita mau lakukan dalam hidup ini.

Do I answer your question?


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia <http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia>.



Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!

diposting oleh :
leonardo_rimba@yahoo.com

SADAR

Simpul Untuk Keadilan dan Demokrasi
Edisi: 207 Tahun V - 2009
Sumber: www.prakarsa-rakyat.org

RAHASIA DERITA DARI PADANG GOLF


Oleh Musrianto*

Hampir sebulan ini, selain berita pemilu dan pilpres, berita media didominasi oleh ditahannya ketua KPK karena kasus pembunuhan Direktur PT RNI dengan melibatkan caddy Padang Golf Modern Land, Rani Juliani. Tapi tulisan ini tidak akan membahas soal pembunuhan, pemilu atau kasus perselingkuhannya, tetapi akan mencoba melihat bagaimana perusahaan padang golf memposisikan caddy sebagai komoditas dan di-PHK sepihak ketika melakukan sesuatu yang bukan merupakan kesalahan.

Seperti kita tangkap dalam berita, dua orang caddy Padang Golf Modern Land di-PHK karena memberikan keterangan tentang pekerjaan caddy kepada media televisi. PHK yang sangat tidak manusiawi dengan tanpa pesangon dan tanpa prosedur berlaku, serta alasan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Bila kita mau telusuri lebih dalam ter-PHK-nya kedua caddy tersebut karena imbas dari rentetan kasus terbunuhnya Nasruddin. Pembunuhan yang menyeret Ketua KPK, Antasari Azhar dengan motif kasus korupsi dan perempuan yang kebetulan adalah pekerja caddy. Jadi bisa menjadi benar kata pepatah, “Dua gajah bertarung, pelanduk mati di tengah.”

Jelas sebuah kesalahan besar dari pihak manajemen PT Modern Land mem-PHK caddy karena alasan di atas. Terlebih lagi, pengabdian para caddy yang sudah mencurahkan tenaga, waktu dan pikirannya untuk memperbesar pelanggan padang golf dan mendapatkan keuntungan, namun dengan mudah dicampakkan.

Mengapa caddy di padang golf dipandang sebagai perempuan yang bisa “dipakai” oleh pemain golf? Seberapa penting peran caddy dalam bisnis golf?

Golf adalah olahraga kaum elit, karena untuk melakukannya membutuhkan biaya yang sangat besar. Seorang akan bermain golf membutuhkan sekitar 30 juta rupiah untuk membeli peralatannya, baik stick, tas, sepatu. Belum lagi lapangan golf membutuhkan minimal enam hektar tanah, kepadatan tanah, dan kelembutan runput. Dalam permainan golf, caddy menjadi sangat penting untuk kelancaran permainan. Baik dalam permainan individu, grup persahabatan dan juga pertandingan turnamen. Caddy tidak selalu perempuan. Dalam pertandingan turnamen, caddy lebih banyak diambil para lelaki dan dalam permainan individu atau persahabatan grup seringkali caddy perempuan yang dikerjakan.

Dalam lapangan golf, 76% deal bisnis dilakukan oleh eksekutif muda. Maka wajar bila permainan individu dan persahabatan lebih sering memakai caddy perempuan. Dalam permainan ini, caddy tidak sekedar bekerja sebagai pekerja lapangan golf tetapi juga menjadi alat penarik tersendiri dalam lobby-lobby bisnis. Dari sini, sebenarnya situasi yang memaksa caddy perempuan mendapat “cap” perempuan yang bisa “melayani” pemain golf.

Cara kerja caddy, sebenarnya lebih berat dari apa yang dipandang orang selama ini. Dia sama seperti orang bekerja di sebuah perusahaan. Pekerjaan caddy adalah menaruh bola, memberikan pertimbangan akan keadaan tanah-angin-posisi pukul kepada pemain, membawa alat-alat golf yang berat minimalnya 20 kg dan memungut bola serta memperbaiki rumput yang rusak bila terkena pukulan. Semua pekerjaan itu dilakukan dalam rentang waktu minimal empat jam. Bila dihitung-hitung minimal jalan kaki dalam satu permainan adalah tujuh kilometer dan itu harus membawa peralatan yang begitu berat. Bila menilik jenis pekerjaannya, maka posisi caddy menjadi sangat penting dalam golf, baik dalam segi olahraga maupun bisnisnya.

Pekerjaan yang begitu berat dan penting sebagai caddy dalam lapangan golf, ternyata tidak seimbang dengan pendapatannya. Sejak awal, caddy sudah harus memiliki modal yakni menarik, sabar, telaten dan single bagi poerempuan. Sistem kerja caddy adalah kontrak dengan waktu tiga bulan dan biasanya diperpanjang enam bulan berikutnya. Bila seorang caddy perempuan menikah dia harus keluar atau di-PHK bila ketahuan. Dalam hal ini, caddy berfungsi sebagai “iklan” pengusaha golf untuk menarik pelanggan dan juga sekaligus pelayan dari pelanggan tersebut. Sehingga selain kebutuhan sehari-hari, seorang caddy perempuan harus juga mengeluarkan biaya untuk mempercantik tubuhnya. Kalau tidak, resiko tidak diberi pekerjaan menghampirinya.

Selain penuh ketidakpastian masa kerjanya, caddy juga dibayar sangat sedikit oleh perusahaan yakni rata-rata Rp. 44.000 per sekali mendampingi pemain, plus Rp. 4.500 untuk tabungan THR. Biasanya dalam sehari hanya sekali bertugas atau seringkali bahkan tidak mendapat jatah tugas sehingga menganggur dan tidak mendapatkan upah. Bahkan, maksimal dalam satu bulan seorang caddy hanya mendapat 19 kali. Upah sebagai caddy inipun sebenarnya adalah dibayar oleh pelanggan padang golf tersebut, yakni termasuk dalam caddy fee. Pemasukan upah caddy yang besar adalah tips dari pemain yang berkisar dari Rp. 50.000 sampai dengan Rp. 200.000.

Kondisi tersebut diperparah lagi dengan tidak ada jaminan sosial. Bila ada kecelakaan maka biaya pengobatan ditanggung sendiri, seperti kecelakaan kena bola, jatuh di lapangan. Akibat model kerja seperti di ataslah, maka membangun kondisi untuk saling bersaing di antara caddy untuk mendapatkan pendapatan. Persaingan sesama caddy inilah yang memperlemah kondisi dan peningkatan kesejahteraan para caddy.

Caddy adalah pekerja, maka untuk peningkatan perbaikan kondisi kerja dan kesejahteraan adalah menuntut kepada pemberi kerja, yakni pengusaha padang golf. Cara pandang ini yang masih sangat minim dimiliki oleh pekerja di dalam lapangan golf, karena selain caddy ada petugas security dan petugas kebersihan yang menggerakkan usaha ini. Selain untuk perbaikan kondisi kerja dan kesejahteraan, juga untuk melakukan advokasi bila ada kasus seperti ketika dua orang caddy di-PHK. Momentum di-PHKnya dua orang caddy menjadi momen yang tepat membangun kesadaran bahwa pekerja golf menghadapi situasi sulit dan dibutuhkan peningkatan kesadaran.

Serikat pekerja/serikat buruh di dalam lapangan golf sudah secepatnya harus dibentuk dan dibangun, untuk menjawab problem kondisi kerjanya. Selain itu, kondisi kerja yang sangat menyedihkan menjadi tanggung jawab Disnaker yang seharusnya memaksa pengusaha padang golf untuk menerapkan sistem kerja tetap dan memberikan kesejahteraan bagi pekerjanya.

* Penulis adalah Ketua Gabungan Serikat Buruh Mandiri, sekaligus anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Jabodetabek.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

SADAR

Simpul Untuk Keadilan dan Demokrasi
Edisi: 206 Tahun V - 2009
Sumber: www.prakarsa-rakyat.org

INSPIRASI MEI, BULAN PERLAWANAN RAKYAT

Oleh Alfa Gumilang *


Menelusuri sejarah lalu di bulan Mei, maka akan kita temukan sebuah pengalaman luar biasa yang merupakan sebuah torehan sejarah, hasil dari gerak berlawannya rakyat. Mengilhami dari apa yang telah terjadi di masa lalu tersebut, bukan sebuah kesalahan dan seremonial belaka jika kita mengingat dan memperingatinya pada saat sekarang ini.

May Day

Bukan sekedar peringatan dan perayaan atas kemenangan leluhur pejuang kelas buruh yang berhasil memperjuangkan 8 jam kerja pada tahun 1886 di Haymarket, Chicago, Amerika Serikat. Lebih dari itu, pada tanggal 1 Mei 1918, itulah saat pertama kali Hari Buruh Sedunia diperingati oleh rakyat Hindia Belanda/Indonesia, dan itulah saat pertama kali hari buruh diperingati di Asia. Berawal dari sebuah usaha meredam banyaknya gerak perlawanan rakyat pada masa penjajahan kolonial, yang kemudian direspon oleh pemerintahan kolonial Belanda dengan membuat sebuah “dewan rakyat” yang anggotanya diangkat oleh pemerintah Belanda. Menanggap keberadaan dewan rakyat ini tidak serta-merta mewakili kepentingan rakyat, berbagai organisasi yang ada pada saat itu seperti Sarekat Islam, Budi Utomo, Insulinde, Pasundan dan Perkumpulan Sosial Demokratis Hindia, membentuk Konsentrasi Radikal pada tahun 1918. Dan untuk melanjutkan bentuk perlawanan politiknya, berbagai macam serikat buruh yang ada pada waktu itu, di antaranya Perserikatan Guru Hindia Belanda, Perserikatan Pegadaian Pribumi, Serikat Buruh Pekerjaan Umum, Serikat Buruh Pabrik Gula, Serikat Buruh Percetakan, Sarekat Postel, Serikat Pegawai Kehutanan, dan Serikat Buruh Kereta Api (VSTP). melakukan mogok nasional pada tanggal 1 Mei 1918.

Satu Mei 2009, saat dimana penjajahan telah menemukan bentuk barunya dan penghisapan terhadap rakyat pekerja juga tak juga terhenti, berbagai serikat buruh mengulang kembali peringatan Hari Buruh Sedunia. Namun nuansa berbeda dapat kita imajinasikan dalam perbandingannya di peringatan hari buruh 91 tahun lalu. Fragmentasi terlihat semakin mengerucut, antara mereka yang berjuang untuk kelasnya dan mendorong gerakan ini kepada arah yang politis, dengan mereka yang hanya terus berkutat pada kesadaran normatif dan terjebak pada momen pemilihan umum. Untuk ke-4 kalinya, Aliansi Buruh Menggugat (ABM) melakukan aksi di depan Istana Presiden yang merupakan simbol kekuasaan pemerintah Indonesia. Tak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan 91 tahun lalu, saat ini pun ABM menyatakan bahwa keinginan buruh untuk mendapatkan hak dasarnya dan mempropagandakan kekuasaan kelas pekerja sebagai solusi atas kondisi sosial-ekonomi-politik saat ini.

Hari Pendidikan Nasional

Yogyakarta, 2 Mei 1889. Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Dan semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Setelah pulang dari pengasingan selama 5 tahun di negeri Belanda akibat kritik dan protesnya terhadap penjajahan belanda, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, National Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Dengan slogannya yang tidak asing, tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan). Dan atas jasa-jasanya, pada tanggal kelahiranya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Seratus dua puluh tahun kemudian, 2 Mei 2009, tak lagi terasa hingar-bingar kesadaran untuk mengingat perjuangan mendapatkan pendidikan dan kemerdekaan. Negeri ini kembali mengulang suramnya pendidikan, saat hal tersebut hanya dapat diakses oleh mereka yang memiliki uang. Sementara bagi para rakyat pekerja yang secara ekonomi tak mengalami perubahan yang berarti, tak akan pernah mendapatkan pendidikan. Komersialisasi dan kapitalisasi dalam dunia pendidikan telah menggerogoti pondasi negeri ini, sementara kesadaran mereka yang muda dalam melihat pendidikan nasional tak dapat dibandingkan dengan Ki Hajar Dewantara. Hanya mereka yang datang ke depan Istana Negara, mereka yang berteriak-teriak menolak komersialisasi pendidikan lah yang dapat meneruskan apa yang telah dahulu dimulai oleh Ki Hajar Dewantara.

Kematian Marsinah

9 Mei 1993, seorang buruh perempuan asal Nganjuk Jawa Timur, bernama Marsinah ditemukan meninggal dengan luka-luka di tubuhnya. Dan menurut Dokter yang melakukan visum terhadap tubuh Marsinah, Marsinah diperkirakan meninggal satu hari sebelumnya, atau tepatnya 8 Mei 1993. Meninggalnya Marsinah ditengarai karena keterlibatanya bersama 12 orang temannya sesama buruh PT. Catur Putra Perkasa yang menuntut kepada perusahaan untuk menaikkan upah buruh dari Rp. 1.700 menjadi Rp. 2.250 dan tunjangan tetap Rp. 550 per hari, serta kebebasan berserikat bagi buruh.

Dan tepat pada tanggal 8 Mei 2009, ABM melakukan aksi peringatan 16 tahun meningalnya Marsinah di Bundaran HI. Dimana dalam aksi massa tersebut, mereka menggunakan topeng Marsinah dan membentangkan spanduk bertulisakan “Negara Harus Bertanggung Jawab Atas Kematian Marsinah dan Jadikan Marsinah Sebagai Pahlawan Nasional.” Aksi tersebut ditujukan untuk mengingatkan kepada publik akan kematian Marsinah yang sampai saat ini belum juga diselesaikan oleh negara. Dan memperjuangkan Marsinah sebagai pahlawan nasional adalah sebuah bentuk perjuangan kontra hegemoni, sehingga masyarakat secara umum dapat membandingkan dan melihat orang-orang yang mati karena memperjuangkan kepentingan masyarakat luas. Aksi damai tersebut kemudian disambung dengan mengadakan sebuah panggung budaya di pelataran LBH Jakarta.

Tragedi Trisakti dan Peristiwa Kerusuhan Massal di Jakarta

Ini adalah sebuah rentetan peristiwa besar yang terjadi di Jakarta menjelang jatuhnya Soeharto. 12 Mei 1998, ribuan mahasiswa Universitas Trisakti melakukan unjuk rasa untuk menuntut mundurnya Soeharto dari kekuasaan. Mereka bermaksud mendatangi gedung MPR/DPR, namun niat tersebut dihalangi oleh aparat keamanan yang menghadang tak jauh dari kampus Trisakti. Kemudian terjadi bentrokan antara aparat keamanan dengan mahasiswa, bahkan berujung dengan penembakan terhadap mahasiswa Trisakti yang berakibat meninggalnya 4 mahasiswa Trisakti. Pagi hari di tanggal 13-14 Mei 1998, saat kondisi di ibu kota semakin memanas terkait dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan banyaknya demonstrasi mahasiswa menuntut turunnya Soeharto, sekelompok orang tak dikenal melakukan provokasi kepada masyarakat untuk melakukan penjarahan dan pembakaran berbagai tempat perbelanjaan. Bahkan di beberapa tempat kejadian, masih banyak orang-orang yang ada di dalam tempat perbelanjaan tersebut ketika terjadi pembakaran sehingga banyak jatuh korban. Tak hanya itu, kemudian juga muncul satu sentimen rasial anti China yang dilempar ke masyarakat yang berlanjut dengan banyak ditemukannya kasus pemerkosaan terhadap perempuan etnis China. Anehnya pada saat kejadian tersebut berlangsung, hanya ada sedikit aparat kepolisian yang berada di sekitar lokasi dan tak mampu berbuat apa-apa. Hal ini sengaja dilakukan untuk mengaburkan konflik yang ada sebelumnya antara masyarakat dengan negara di bawah pemerintahan diktator Soeharto.

12-13-14 Mei 2009. Berbagai unjuk rasa muncul di Jakarta. 12 Mei 2009 ribuan mahasiswa Trisakti mendatangi Istana Negara untuk menuntut penuntasan kasus tragedi Trisakti. 13-14 Mei 2009, sekelompok masyarakat yang merupakan korban dan keluarga korban kerusuhan di Jakarta, juga melakukan aksi menuntut hal yang sama. Aksi tersebut dilakukan di dua lokasi yaitu aksi ziarah ke makam para korban kerusuahan dan aksi tabur bunga di depan “Mall Jogja” di daerah Klender yang pada tahun 1998 terbakar dan merenggut banyak korban.

Lengsernya Soeharto

Pada 21 Mei 1998, rentetan aksi unjuk rasa yang berlangsung sebelumya, menemui titik puncaknya. Ratusan ribu mahasiswa dari berbagai kampus di Jakarta mendatangi gedung DPR/MPR dan berhasil menduduki gedung rakyat tesebut untuk menuntut turunya Soeharto. Aksi tersebut juga diikuti di berbagai daerah di Indonesia. Kejengahan rakyat atas semakin mahalnya kebutuhan bahan pokok akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia, serta maraknya praktek KKN yang melanda pemerintahan dan birokrasi negera, membuat jutaan rakyat Indonesia mendukung penuh apa yang menjadi tuntutan dari mahasiswa untuk melakukan reformasi total di negeri ini.

Ratusan kendaraan bermotor roda dua dan pengendara berbaju merah melakukan sebuah aksi konvoi dengan tema Napak Tilas Turunnya Soeharto. Melewati beberapa jalur dan tempat dimana masyarakat berkumpul dan melakukan aksi di tahun 1998, ABM membagikan selebaran dan orasi politik dalam aksi peringatan tersebut. Aksi tersebut kembali lagi untuk mengingatkan kepada rakyat Indonesia atas sebuah keberhasilan yang terjadi di tahun 1998, dimana rakyat Indonesia mampu menggulingkan kediktaktoran pemerintahan Soeharto.

* Penulis adalah anggota kesekretariatan Aliansi Buruh Menggugat, sekaligus anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Jabodetabek.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

PERCAKAPAN 1: PENGALAMAN PAS NGUMPUL SAMA PA' CHODJIM


T = Share di note dunk Om, pengalaman pas ngumpul sama Pa' Chodjim !

J = Pengalaman apa yah, saya kan duduk persis di belakang Achmad Chodjim yg ngasih ceramah tentang sembilan ajaran Syekh Siti Jenar. Ada sekitar 40 orang teman yg berkumpul saat itu, semuanya duduk lesehan dengan rapi, sempit-sempitan. Ada juga yg tidak kebagian tempat di dalam dan terpaksa duduk di teras.

Uraian yg diberikan sangat detil, teratur, sistematis. Achmad Chodjim mengerti Bahasa Jawa dan Bahasa Arab, dan referensinya sangat banyak. Penjelasannya sangat masuk akal, terbuka dan sama sekali tidak dogmatis. Gayanya memang konservatif, tapi gaya bisa deceptive juga.

Saya melihat essensi dan bukan gaya, so secara essensial saya merasa bahwa uraian dari Achmad Chodjim itu tidak berbeda dari pengertian saya selama ini bahwa agama-agama tidak lain dan tidak bukan cuma metode belaka. Metode itu alat, sarana, untuk mencapai keseimbangan dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.

Tentu saja kita di sini melihat Syekh Siti Jenar seperti ditafsirkan oleh Achmad Chodjim. Bisa juga disebut sebagai Syekh Achmad Chodjim yg sedang berbicara tentang seorang warga nusantara masa lalu yg bernama Siti Jenar. What's the difference ?

Yg sangat menarik adalah penjelasan gamblang dari Mbah Chodjim bahwa agama adalah alat dari penguasa sejak jaman dahulu kala. Itu benar. Bukan hanya di Jawa, melainkan di semua tempat di muka bumi ini. Dan para penguasa itu menggunakan para ulama untuk memaksakan berjalannya sistem feodalisme di masa lalu. Sampai saat ini bahkan masih ada penguasa yg menggunakan agama dan para ulamanya sebagai alat kekuasaan.

Ada simbiosis mutualisma antara penguasa dan ulama.

Ketika itu terjadi, maka yg rugi adalah masyarakat umum seperti kita semua yg akan menjadi sapi perah belaka, pedahal jelas kita bukan sapi melainkan manusia. Kita manusia yg bisa berpiikir dan menentukan sendiri apa yg kita inginkan dalam hidup.

Penguasa membutuhkan tenaga dan uang dari kita demi kelanggengan kekuasaan mereka. Dan ulama membutuhkan tenaga dan uang dari kita juga untuk melanggengkan kedudukan mereka sebagai ulama. Cocok bukan? Dan ber-simbiosis mutualisma lah mereka.

Tetapi sejak abad pencerahan di Eropa, mulailah ditelanjangi segala kebobrokan dalam simbiosis mutualisma antara penguasa dan ulama. Abad pencerahan di Eropa itu sejaman dengan masa hidup Syekh Siti Jenar di Jawa. Apa yg dicapai di Eropa ternyata bisa dicapai juga oleh manusia nusantara. Banyak manusia yg dipenggal dan dibakar hidup-hidup oleh gereja di Eropa. Kesalahannya kurang lebih sama dengan Syech Siti Jenar, yaitu mereka mencoba menggunakan otak mereka untuk berpikir.

Kalau kita menggunakan otak untuk berpikir, maka simbiosis mutualisma antara penguasa dan ulama akan ambruk. Di Eropa Barat sekarang ini sudah tidak ada lagi penipuan massal atas nama agama. Tetapi di Indonesia masih ada, at least masih diupayakan oleh sebagian ulama. Untungnya banyak dari kita sudah sadar bahwa kita memiliki HAM.

Dan HAM yg dimiliki oleh kita tidak lebih dan tidak kurang daripada HAM yg dimiliki oleh penguasa politik dan ulama. Kalau penguasa dan ulama bisa berbicara, kita juga bisa berbicara. Bicara saja!

Penjelasan tentang paralelisme antara sejarah Eropa Barat dan Syekh Siti Jenar di beberapa alinea di atas bukan dari Achmad Chodjim melainkan dari saya pribadi. Intinya adalah saya melihat dalam penjelasan Achmad Chodjim sesuatu yg paralel dengan pengertian saya selama ini, yaitu bahwa kita manusia di mana-mana memang tidak ada bedanya.

Ada paralelisme dalam pola berpikir manusia di Eropa Barat dan di Jawa 500 tahun lalu. Eropa Barat mengalami Abad Pencerahan, dan kita di Jawa memiliki Syekh Siti Jenar yg walaupun didzolimi oleh para ulama yg berkoalisi dengan penguasa, tetap saja memiliki ribuan pengikut di seluruh nusantara sampai saat ini.

Segala macam simbol yg digunakan oleh agama itu memiliki essensi yg jauh sekali dari pengertian yg mau dipaksakan oleh para ulama, terutama ulama yg berkoalisi dengan penguasa. Kita tahu bahwa sampai sekarang masih ada ulama di Indonesia yg jualan Tuhan agar bisa memperoleh kekuasaan politik. Setelah memperoleh kekuasaan politik, mereka akan membuat segala macam syariat agar menjadi hukum positif dengan alasan Allah yg suruh. Allah yg mana?

Pembodohan massal, pembodohan massal, said Jibril to me secara incognito.

Tuhan itu cuma konsep saja, said Jibril dengan terbuka tanpa malu-malu. Biarpun mungkin ada ulama yg ikut membaca note ini, Jibril tidak malu-malu untuk bilang bahwa Tuhan cuma konsep saja.

Nabi-nabi itu juga manusia biasa saja, tidak ada bedanya dengan anda dan saya.

Dan bahkan diriku sendiri juga cuma simbol belaka, tambah Jibril. Setelah itu Jibril pergi, terbang ke atas langit karena Jibril kan punya sayap.

Penjelasan dari Achmad Chodjim sangat praktis, dan makalahnya yg dibawakan dalam acara kemarin bisa juga di-download sekarang di bagian files di milis spiritual indonesia.

Makalah ini sudah saya mintakan ijinnya untuk di upload dan di share, judulnya "Masih Relevankah Ajaran Syekh Siti Jenar Dewasa Ini?" Klik saja <http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia>. Lalu klik "files", dan pilih file yg bernama "Syekh Siti Jenar", atau yg bernama "Shekh".

Kalau anda bukan member milis sehingga tidak bisa akses file itu, mungkin anda juga bisa klik link berikut:< http://groups.yahoo.com/group/Spiritual-Indonesia/message/70723>. File termaksud ada di bagian bawah dengan nama "shekh".

T = Om, ada cara biar OOBE lagi ga' om? Kalau OOBE, butuh banyak energi ga' om? Kalau iya, energi apa gituh?

J = Ada berbagai teknik OOBE seperti membayangkan kesadaran kita ke luar dari dalam tubuh, dsb. Butuh banyak energi juga kalau mau dilatih dengan teknik-teknik itu, tapi untuk apa, what's the use gitu lho. Energi yg dibutuhkan adalah rasa ingin tahu, penasaran, pantang menyerah, dan niat ingin menjadi orang sakti mandraguna.

T = By the way, karena Om apa adanya dan udah tampil di publik, Om pernah diteror ga' sama orang-orang fanatik? Seperti yang terjadi sama Lia Eden, Ahmadiyah, dan para pengikutnya gituh?

J = Gak pernah. Saya ini orangnya biasa-biasa saja, kalau ketemu orang juga biasa-biasa saja. Dan orang-orang fanatik itu tidak ada urusannya sama saya. Mereka mau fanatik kek, mao gak fanatik kek, is not my business gitu lho. Saya memang berbicara apa adanya saja, tapi itu juga kalau ditanya. Kalau tidak ada yg bertanya, saya akan diam saja.

Kalau bertemu dengan orang fanatik yg mencoba berdakwah di depan saya, tentu saja akan saya tinggal dengan alasan saya tidak tertarik. Tapi sampai selama ini tidak ada tuh, tidak ada yg berani mempertontonkan kefanatikannya langsung di hadapan saya. Mungkin juga karena saya tidak tertarik untuk berdakwah kepada mereka. Saya tidak merasa memiliki panggilan untuk meluruskan orang fanatik agar kembali ke jalan yg benar.

Melalui emails terkadang ada juga orang yg berusaha menjual Allah dan segala asma-nya kepada saya, biasanya lengkap dengan maki-makian. Emails seperti itu saya koleksi sebagai kenang-kenangan, and that's the reason I know that those fanatics are people with small hearts. Mereka itu manusia yg kerdil secara spiritual. Rajin memaki orang yg tidak sependapat, tetapi tidak berani kalau berhadapan.


+

PERCAKAPAN 2: SAYA INI SEBENARNYA MANUSIA BAGAIMANA YA?


T = Yth Mas Leo,

Mas, saya minta tolong diterawang, pikiran dan perasaan yang ada di dalam diri saya selalu terlibat dalam perdebatan, tindakan yang saya ambil yang berdasarkan perasaan lebih sering kelirunya. Menurut hasil penerawangan Mas Leo, saya ini sebenarnya manusia bagaimana ya?

J = Anda sedang belajar untuk tidak terlalu memperdulikan perasaan anda karena anda tahu bahwa perasaan anda sering keliru. Coba saja untuk tidak terlalu memperdulikan perasaan anda. Be a new person gitu lho, yg tetap saja berjalan walaupun perasaannya tidak keruan.

Akhirnya anda akan terpaksa merubah cara berpikir anda selama ini.

Caranya itu ada dua, merubah cara berpikir anda dahulu lalu mulai berjalan, atau berjalan dahulu dan merubah cara berpikir anda belakangan. Menurut saya, lebih mudah untuk berjalan lebih dahulu dengan mengabaikan perasaan anda. Setelah anda bisa berjalan, walaupun rasanya tidak keruan, akhirnya anda akan lebih mudah untuk merubah cara berpikir anda.

Akhirnya akan bisa berjalan mulus tanpa disiksa oleh perasaan lagi.

T = Di dalam diri manusia selain: 1) perasaan/feeling yang letaknya di hati dan 2) pikiran/akal yang letaknya di otak, di diri manusia itu ada apa lagi selain dua itu? Saya masih bingung.

J = Kesadaran manusia memiliki beberapa komponen. Sigmund Freud bilang ada yg namanya Ego, Id, dan Superego. Ego itu konsep diri kita, Id itu naluri kita, dan Superego merupakan konsep tentang Tuhan, tradisi, ajaran leluhur, blah blah blah... yg kerjanya untuk mengimbangi ego kita selain untuk menteror kita agar tetap menjadi manusia terbelakang.

Manusia yg dewasa adalah yg berhasil untuk menerima segala perubahan yg tidak terelakkan. Kalau konsep Tuhan dari masa lalu ternyata terbukti cuma merupakan rekaan belaka, maka akhirnya ego di dirinya bisa menerima fakta itu. Walaupun mulanya tidak mau terima dan sempat memaki-maki orang lain yg menunjukkan fakta itu, akhirnya si Ego bisa menerima segalanya dan berubah.

Kata kunci di sini adalah transformasi diri, berubah. Kalau anda mau menerima bahwa manusia itu tidak sempurna, maka separuh jalan sudah terlewati. Tidak ada manusia yg sempurna, semua manusia masih harus membentuk dirinya sendiri dengan meng-inkorporasikan fakta-fakta baru.

Tuhan tidak menciptakan manusia secara sempurna. Nabi-nabi bukanlah manusia sempurna, bahkan Tuhan sendiri tidak sempurna karena itu cuma konsep doang. Kalau sudah sempurna maka kita tidak akan perlu membicarakannya lagi bukan?

T = Sewaktu dulu kuliah tingkat 1, sekitaran tahun 1993, saya pernah bermimpi shalat dua rakaat berdua bersama mantan Presiden Soeharto. Kami berdua shalat menggunakan pakaian ihram. Almarhum Pak Harto sebagai imam, saya di belakangnya sebagai makmum. Lalu Presiden Soekarno memperhatikan kami berdua shalat, tapi Pak Karno hanya terlihat dari pinggang ke atas aja. Pak Karno menggunakan jas, tidak pakai baju ihram.

J = Ini simbol saja, artinya anda berusaha untuk menjalani keislaman anda walaupun anda juga sebenarnya telah sadar bahwa keislaman itu juga cuma metode belaka. Tanpa ada orang lain yg memberitahu, secara intuitif anda telah tahu sendiri. Anda tahu bahwa ada orang-orang yg dicaci maki sebagai pembunuh ternyata tetap shalat, dan spiritualitasnya ternyata boleh dibilang lebih tinggi daripada anda. Orang ini disimbolkan oleh mantan Presiden Soeharto.

Lalu anda melihat mantan Presiden Soekarno yg ternyata tidak ikut sembahyang tapi cuma melihat saja. Soekarno adalah lambang dari orang yg pernah didzolimi oleh Soeharto, tetapi di mimpi itu orang yg didzolimi bahkan tidak ikut sembahyang melainkan hanya melihat saja. Ini juga simbolik yg mungkin bisa juga diartikan bahwa Soekarno memiliki spiritualitas lebih tinggi dibandingkan dengan Soeharto.

T = Beberapa hari sebelum mimpi tersebut, saya bermimpi taubat dan bermimpi kedatangan ibu kandung saya dan bapak tiri saya, mereka berdua pada kurus.

J = Ada kemungkinan bahwa kedua orang tua anda ini adalah mereka yg melakukan suatu laku keagamaan tertentu. Alam bawah sadar anda memperlihatkan bahwa walaupun mereka menjalani laku keagamaan, ternyata spiritual mereka tetap saja kurus. Bukan ada penghakiman di sini, melainkan cuma diperlihatkan suatu simbol bahwa laku keagamaan secara fisik bukan berarti otomatis akan menghasilkan spiritualitas yg dewasa dan bermanfaat, bahkan bagi orangnya sendiri.

T = Oh yah pak, saya juga pernah dua kali bermimpi melihat nabi Muhammad SAW di tengah lautan manusia.

J = Artinya, anda tahu secara intuitif bahwa ada orang yg memiliki spiritualitas tinggi dan tidak bisa dikenali secara fisik oleh manusia lainnya. Orangnya ada di tengah lautan manusia. Anda tahu bahwa orang itu ada, tetapi tidak ada yg mengenalinya. Tetapi ternyata orang itu tidak ada bedanya dengan anda dan manusia lainnya, sama-sama berada di tengah lautan manusia. Walaupun anda tahu bahwa itu nabi, ternyata posisinya sama saja seperti anda dan manusia-manusia lainnya.


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia <http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia>



It's only me, sitting behind Achmad Chodjim dalam acara silaturahmi, Kamis, 21 Mei 2009.

diposting oleh:
leonardo_rimba@yahoo.com

Berikut di bawah ini bisa disimak kumpulan terbaru berita atau tulisan tentang seluk-beluk pemilihan legislatif dan pemilihan presiden 2009, yang diambil dari berbagai sumber, Di samping disajikan di berbagai milis, kumpulan berita ini juga bisa dibaca selanjutnya dalam website http://umarsaid.free.fr/ Harap para pembaca maklum hendakn

*****

Kompas, 24 Mei 2009

"Karawang Bekasi" dari WS Rendra untuk Mega-Pro

JAKARTA, KOMPAS.com — Penyair kondang WS Rendra dijadwalkan akan membacakan puisi "Karawang Bekasi" karya Chairil Anwar tahun 1948, yang bernapaskan perjuangan, pada deklarasi pasangan capres Megawati-Prabowo, yang berlangsung di TPST Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. Hal itu disampaikan Koordinator Acara, Aria Bima, Minggu (24/5).

"Rendra akan membacakan puisi Karawang Bekasi, juga puisi lain," kata Aria.

Pembacaan puisi ini akan diikuti dengan penyerahan bendera Merah Putih oleh satu pasang anggota veteran kepada capres dan cawapres. Para pemulung, petani, buruh, dan nelayan yang diundang hadir pada deklarasi ini juga diberikan kesempatan untuk memberikan harapan.

Mega dan Prabowo akan menyampaikan orasi masing-masing sekitar 10 menit. Deklarasi akan dimulai pukul 15.00. Sebuah bendera raksasa berukuran 70 x 100 meter akan dijadikan salah satu elemen yang mencolok pada deklarasi ini.

Sebanyak 11.000 kentongan juga disiapkan untuk dipukul oleh para petugas berpakaian hansip dan massa yang hadir. Pemukulan ribuan kentongan ini dijadikan sebagai simbol dimulainya perjuangan rakyat.

Hingga pukul 12.00, acara dimulai dengan hiburan rakyat yang diisi oleh sejumlah artis Ibu Kota, di antaranya Jaja Miharja, Didin-Miing Bagito, dan Franky Sahilatua.

*****

Kompas, 24 Mei 2009

Amien Rais Tetap Dukung SBY Sebagai Capres

CILACAP,KOMPAS.com-Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) Partai Amanat Nasional, Amien Rais menyatakan, hingga saat ini masih tetap mendukung Susilo Bambang Yudhono (SBY) sebagai calon presiden dalam Pemilu Presiden 8 Juli mendatang.

"Hingga saat ini, saya tetap akan mencentang SBY tetapi tidak mencoblos Boediono," kata dia dalam acara Tasyakuran Pemilu 2009 DPD PAN Cilacap, di Cilacap, Jateng, Sabtu (23/5) malam.

Menurut dia, PAN masih konsisten dengan keputusan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) DPP PAN di Yogyakarta untuk berkoalisi dengan Partai Demokrat dan memberi dukungan kepada SBY sebagai calon presiden. Namun PAN kecewa lantaran calon wakil presiden yang dipilih SBY adalah Boediono, bukan Hatta Radjasa seperti yang direkomendasikan oleh PAN.

Amien Rais mengaku, hingga saat ini belum mengetahui secara pasti motif SBY memilih Boediono yang dianggap menganut "neoliberalism". "Saya belum tahu pasti mengapa SBY memilih Boediono. Tetapi Pak SBY pernah menyampaikan alasannya memilih Boediono karena dia seorang profesional sehingga diharapkan tidak menimbulkan keirian," katanya.

Meski demikian, dia mengatakan, jika PAN meninggalkan Partai Demokrat yang mengusung pasangan SBY-Boediono, apakah ada pasangan lain yang memiliki kedekatan program dengan PAN.

Menurut dia, secara kelembagaan PAN tetap memberi dukungan kepada SBY tetapi sebagai partai yang moderen, PAN mempersilakan kadernya untuk memilih pasangan calon presiden dan wakil presiden sesuai pilihannya masing-masing. "Kita tidak akan memaksa, silakan kader-kader PAN memilih capres-cawapres sesuai pilihannya masing-masing," kata dia menegaskan.

Saat ditemui seusai acara, Amien Rais mengatakan, sesuai hasil rakernas di Yogyakarta, PAN tetap memilih SBY. "Tidak usah dikatakan SBY-Boediono," katanya. Namun keputusan tersebut, kata dia, tidak mutlak harus diikuti oleh seluruh kader PAN yang tersebar di seluruh tanah air. "Para anggota yang memiliki pilihan lain, diperbolehkan dan diberi keleluasaan," katanya.

Disinggung mengenai pengurus partai yang memberi dukungan kepada calon lain, menurut dia, hal itu perlu ditegur. Dia mengakui adanya dua tokoh PAN, Alvin Lie dan Drajad Wibowo yang memberi dukungan kepada calon lain (Jusuf Kalla-Wiranto, red.). "Tetapi kedua tokoh itupun sudah mulai menjarangkan penampilannya karena menghargai keputusan rakernas," katanya

*****

Jawa Pos 23 Mei 2009

Mega Berani Target Pertumbuhan Ekonomi 10 Persen

Lebih Optimistis Dibanding JK dan SBY

JAKARTA - Megawati Soekarnoputri tak mau kalah oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla. Capres Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)-Gerindra itu mematok target pertumbuhan dua digit pada 2013 atau lebih tinggi daripada capres lain.

''Saya sudah tanya ke Mas Bowo (Prabowo Subianto). Dia bilang dua digit. Kami menyebutnya itu bukan target, kalau semua program bisa kami laksanakan. Dan, kami yakin dua digit bukan hal yang mustahil,'' ujar Mega -sapaan Megawati- setelah dialog bertema Pilihan Presiden Bersama Kalangan Pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Hotel Shangri-La, Jakarta, kemarin.

Selama dialog, Mega tampak santai. Meski datang bersama cawapresnya, Prabowo, Mega tampil sendirian menjawab pertanyaan pengusaha. Mega juga memanfaatkan acara itu untuk menjelaskan konsep ekonomi kerakyatan. Konsep itu adalah keinginan mengangkat potensi rakyat kecil sehingga kehidupannya menjadi lebih baik. "Saya melihat kadang-kadang saya sebagai ibu rumah tangga suka kesel. Kenapa sekrup sekecil ini buatan Tiongkok, bukan Indonesia. Kita harusnya malu, kita punya anak-anak yang menang di olimpiade fisika," lanjutnya.

Dia juga menyorot tindakan represif aparat pemda yang main paksa dalam menggusur PKL (pedagang kali lima) di beberapa tempat, termasuk di Surabaya. Dia mengaku kurang sreg dengan tindakan seperti itu. "Kok nggak bisa seperti di Singapura, dibuatkan tempat yang rapi dan baik bagi PKL. Toh perputaran bisnis mereka cepat,'' kata Mega.

Seusai acara, Prabowo menambahkan, apabila kelak terpilih, dirinya tidak akan membuat target 100 hari pertama pemerintahan. Sebab, pemerintah bekerja selama lima tahun. Target 100 hari itu sekadar pencitraan.

Soal target pertumbuhan ekonomi dua digit, Prabowo optimistis terwujud. ''Minimal 10 persen, saya perkirakan itu tercapai setelah empat tahun (2013). Tim ekonomi sudah kita siapkan,'' tutur ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu.

Di tempat sama, Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Erwin Aksa meragukan target pertumbuhan ekonomi dua digit yang diusung Mega-Prabowo. Menurut dia, target tersebut amat sulit tercapai dalam waktu dekat. ''Yang penting adalah implementasinya ke depan bagaimana? Kalau efisiensi bisa dilakukan, subsidi bisa dikurangi, kemudian dialihkan ke hal produktif, hal itu bisa saja tercapai," katanya.

Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Sutrisno Iwantono menambahkan, tema ekonomi kerakyatan yang diusung capres-cawapres belum rinci. ''Bagi saya, ekonomi kerakyatan itu riilnya mengangkat kesejahteraan pengusaha UMKM dan petani. Karena itu, diperlukan program konkret untuk UKM dan kaum tani," ujarnya.

Sementara itu, dari kediaman Mega dilaporkan, tim sukses terus berkoordinasi menyiapkan deklarasi pencapresan di Bantar Gebang pada 24 Mei mendatang. Salah satunya, menyiapkan isu penyusunan APBN tandingan yang lebih memihak kepada petani, nelayan, dan buruh.

''Soal ekonomi kerakyatan adalah gabungan dari program PDIP dan Gerindra. Kami ini kan koalisi prinsip, bukan bagi-bagi kekuasaan. Karena itu, kami akan membuat APBN yang berpihak kepada petani, nelayan, buruh, dan rakyat kecil lain,'' kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon saat ditemui sebelum rapat kemarin.

Beberapa pejabat teras kedua partai itu turut hadir. Dari PDIP, antara lain, Sekjen Pramono Anung, Wakil Sekretaris I Tim Kampanye Nasional Hasto Kristianto, Ketua DPP Puan Maharani. Sedangkan dari Gerindra ada Ketua Dewan Pembina Prabowo Subianto, Halida Hatta, dan Moerdiono. Ketua Umum Partai Buruh Sosial Demokrat Mochtar Pakpahan juga ikut hadir.

Komitmen APBN yang pro wong cilik juga disuarakan Hasto Kristianto. Dia menegaskan, ekonomi kerakyatan tidak sekadar jargon. Tapi, program-program yang dibuat harus mampu mewujudkan perubahan bagi rakyat banyak. ''APBN kami akan sangat berbeda dengan yang dibuat SBY-JK selama ini. Kami lebih pro rakyat,'' katanya.

Hasto menambahkan, tagline yang diusung pada deklarasi di Bantar Gebang, Bekasi, Minggu (24/5) itu adalah Mega-Prabowo Pro Rakyat. Substansi deklarasi dan kampanye itu, kata dia, adalah kebangkitan ekonomi kerakyatan. ''Akan ada 8 ribu hingga 10 ribu orang yang hadir,'' katanya.

Rapat kemarin langsung dipimpin oleh Megawati dan Prabowo. Rapat tersebut fokus pada strategi pencitraan dan pemenangan duet itu, termasuk pembentukan struktur di bawah.

Puan Maharani mengatakan, tim terbagi dalam tim lapangan dan tim pendalaman pemikiran. ''Kami akan langsung terjun ke lapangan soal ekonomi kerakyatan. Tim merupakan gabungan PDIP dan Gerindra,'' katanya.

Namun, rapat kemarin belum membicarakan kabinet dan bagi-bagi jatah kursi. "Yang terpenting adalah bagaimana merangkul rakyat."(wir/iw/aga/agm)

*****

Kompas, 23 Mei 2009

Deklarasi Mega-Pro, Perhelatan "Merakyat" dengan Biaya "Tak Merakyat"

BEKASI, KOMPAS.com — Berbeda dengan rival terberatnya pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, yang melakukan perhelatan pendeklarasian di dalam gedung ber-AC, dan bergaya keamerika-amerikaan, pasangan capres-cawapres Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto memilih TPA Bantar Gebang sebagai tempat pendeklarasiannya.

Pasangan tersebut, kata tim suksesnya, ingin merakyat ketika mendeklarasikan pengukuhan mereka. "Di zaman serba sulit, Ibu Mega ingin acara deklarasi dilaksanakan secara sederhana," ujar Ketua Panitia Pendeklarasian Mochtar Mohamad, Sabtu (23/5) di TPA Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Namun, apakah acara pendeklarasian tersebut sudah dilaksanakan secara sederhana? Jika dana menjadi tolak ukur kesederhanaan, acara pendeklarasian pasangan yang diusung PDI-P, Gerindra, dan sejumlah parpol yang tidak lolos parliamentary threshold, tidak dapat digolongkan sederhana.

Pantauan Kompas.com di lokasi, Sabtu (23/5) sore, terpasang megah empat panggung raksasa. Panggung utama, yang akan ditempati Mega-Pro, berukuran 20 meter x 12 meter. Ketiga panggung raksasa lainnya adalah panggung VIP, yang akan ditempati oleh tamu penting, berukuran 10 meter x 12 meter; panggung musik hiburan, tempat para kelompok musik menggoyang 35.000 orang, berukuran 8 meter x 6 meter; dan panggung paduan suara yang menampung 100-an orang, berukuran 10 meter x 12 meter.

Bagaimana dengan daya listrik yang digunakan? Koordinator panggung Wahyu Djarojad mengatakan, daya listrik berkisar pada angka 60.000 watt. Di depan panggung utama terhampar tiga tenda raksasa, yang masing-masing berukuran 50 meter x 50 meter, 3 meter x 30 meter, dan 3 meter x 30 meter.

Mochtar mengaku, biaya panggung, sound system, kursi, dan tenda menelan biaya kurang lebih Rp 100 juta. Angka ini, tentunya, belum ditambah dengan biaya pengurukan lahan seluas sekitar dua hektar dengan pasir dan bebatuan, biaya pemotongan kerbau bule yang mencapai Rp 30 juta, biaya pemasangan konblok berukuran 1,5 meter x 200 meter, upah 100 buruh yang bekerja selama enam hari penuh.

Belum lagi, biaya logistik seperti 5.000 kentungan yang akan dibunyikan saat pendeklarasian Mega-Pro, bendera raksasa berukuran 70 meter x 100 meter, konsumsi dan biaya mobilisasi 35.000 orang, mulai dari pengamen, pemulung, petani, buruh, pedagang pasar, panti asuhan, dan lainnya.

Hal ini juga belum termasuk biaya pengisi acara, seperti Pato dan Debo dari Idola Cilik, dan lainnya. Arya Bima, koordinator acara pendeklarasian, mengatakan, biaya deklarasi tersebut menghabiskan biaya sekitar Rp 412 juta. Mudah diduga, panggung dan tenda besar digunakan untuk mengakomodasi puluhan ribu massa yang sengaja diundang/didatangkan dari berbagai tempat.

Semoga, pesan-pesan ekonomi kerakyatan yang disampaikan oleh kedua tokoh wong cilik tersebut benar-benar melekat di hati para wong cilik tersebut. Jika tidak, dikhawatirkan dana tersebut, terlepas dari mana pun sumbernya, akan menjadi sia-sia.

Pengalaman Pemilu Legislatif 2009 lalu membuktikan, sebagian massa yang bersedia datang tidak peduli dengan retorika para juru kampanye. Pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam 45 Bekasi, Harun Al Rasyid, sesuai yang dilansir Kompas, menilai kegiatan ini sebagai upaya membangun citra capres dan cawapres yang prorakyat kecil dan perekonomian kerakyatan.

*****

Kompas, 23 Mei 2009

Soal Kisruh Pemilu, Mega Kritik Pemerintah

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengkritik pemerintah yang melempar tanggung jawab terhadap permasalahan yang muncul saat pemilu legislatif lalu.

"Presiden yang habertanggung jawab dalam pelaksanaan pemilu dan KPU hanya penyelenggara," katanya dalam pidato pada Rakernas Gerindra di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Sabtu (23/5).

Dalam pidato yang disampaikan dengan santai dan canda, Mega menceritakan bagaimana terjadinya pencalonan Mega-Pro sebagai capres dan cawapres. "Proses pertemuan saya dan Prabowo sepertinya banyak yang menghalangi. Mendekati satu hari batas waktu pencalonan akhirnya jadi juga," ucapnya.

Mega juga memberikan sedikit resep bagaimana mempertahankan partai politik. Menurutnya, ketika parpol sudah tidak mempunyai ideologi maka di situlah awal kehancuran partai. "PDI Perjuangan telah mengalami pasang surut. Saya pernah dibawa ke polisi, kejaksaan, dan dengan keyakinan itu bisa dilalui," katanya.

Pada Rakernas itu Mega berharap semua pengurus kedua partai serta partai-partai pendukung dapat hadir dalam deklarasi besok. "Kita tunjukkan kepada rakyat kalau kita ada," ucap Mega.

*****

Kompas, 21 Mei 2009

SBY-Berboedi Targetkan 75 Persen Suara di Jatim

SURABAYA, KOMPAS - Pasangan calon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono menargetkan perolehan 75 persen suara pemilih di Jawa Timur. Bila jumlah pemilih di Jatim lebih dari 29 juta, target pemenangan SBY Berboedi di Jatim setidaknya 21,75 juta suara sah.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah Indonesia Bisa Jawa Timur Bagus Haryosuseno seusai deklarasi dan pelantikan DPD IB Jatim mengatakan, karena SBY dan Boediono berasal dari Jatim, ditargetkan pasangan ini bisa mendapatkan 75 persen suara pemilih di Jatim.

Selain itu, tim Indonesia Bisa juga membidik masyarakat yang golput pada Pemilu Legislatif 2009 baik karena enggan atau tidak terdaftar. "Dengan 160 ribu relawan di Jatim, kami akan sosialisasikan keberhasilan kerja SBY dan mendorong masyarakat untuk mengecek pendaftaran warga sebagai pemilih," tutur Bagus.

Optimisme sama juga disampaikan Ketua Dewan Pembina DPD Indonesia Bisa Jatim Imam Utomo yang Gubernur Jatim 1999-2008. "Peluang SBY bagus. Selama pemerintahan SBY juga banyak kemajuan. Karena sistem di Indonesia presidensiil, yang terutama adalah (kerja) Presiden," kata Imam ketika ditanya mengenai klaim serupa dari Wakil Presiden Jusuf Kalla yang kini juga mencalonkan diri sebagai Presiden.

Para pendukung SBY-Berboedi sangat percaya diri. Sebab, menurut Bagus, Indonesia Jatim terdiri atas 50 lembaga swadaya masyarakat seperti Lumbung Informasi Rakyat, Forum SBY, dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia.

Di Indonesia Bisa Jatim, terdapat pula pejabat maupun mantan pejabat di Jatim. Selain Imam Utomo, Gubernur Jatim Soekarwo dan Wakil Wali Kota Surabaya Arif Affandi, serta Ketua DPRD Jatim 2004-2009 yang juga Wakil Ketua Partai Kebangkitan Nasional Ulama Fathorrasjid menjadi anggota Dewan Pembina.

Pelantikan DPD Indonesia Bisa Rabu (20/5) di Hotel Shangri-la Surabaya dilakukan Ketua Umum Indonesia Bisa Prof Subur Budi Santoso dan Sekjen Indonesia Bisa Bambang Gambiro yang juga Dewan Pertimbangan Presiden.


diposting oleh:
kawan2 jaringan perguruan rakyat merdeka

"How Would Your Guitar Soloing Improve If You Discovered Exactly How To Play Guitar Scales Over The Entire Fretboard In A Fluid, Musical And Effortless Way?"



"Guitar Scale Mastery"

From: Craig Bassett
(Professional guitarist, guitar tutor and author)

Sumber:
http://www.guitarscalemastery.com/letter/

By Staff FFI

Penelitian membuktikan bahwa musik, terutama musik klasik sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan EQ (Emotional Quotien). Seorang anak yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan emosional dan intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Yang dimaksud musik di sini adalah musik yang memiliki irama teratur dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada miring. Tingkat kedisiplinan anak yang sering mendengarkan musik juga lebih baik dibanding dengan anak yang jarang mendengarkan musik.


Grace Sudargo, seorang musisi dan pendidik mengatakan, Dasar-dasar musik klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan besar dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia.

Penelitian menunjukkan, musik klasik yang mengandung komposisi nada berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang hingga 80 % dengan musik.

Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat, ritme, dan harmony, demikian kata Ev. Andreas Christanday dalam suatu ceramah musik. Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi roh. Contoh paling nyata bahwa beat sangat mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Kita masih ingat dengan head banger, suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama music rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah. Jika hati kita sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah, yang memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan kita akan lebih enak dan enteng. Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu indah untuk membantu penyembuhan para pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa manusia. Sedangkan harmony sangat mempengaruhi roh. Jika kita menonton film horor, selalu terdengar harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk kita berdiri. Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang membawa roh manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi, manusia mendengar harmony dari suara-suara alam disekelilingnya. Musik yang baik bagi kehidupan manusia adalah musik yang seimbang antara beat, ritme, dan harmony, ujar Ev. Andreas Christanday.

Seorang ahli biofisika telah melakukan suatu percobaan tentang pengaruh musik bagi kehidupan makhluk hidup. Dua tanaman dari jenis dan umur yang sama diletakkan pada tempat yang berbeda. Yang satu diletakkan dekat dengan pengeras suara (speaker) yang menyajikan lagu-lagu slow rock dan heavy rock, sedangkan tanaman yang lain diletakkan dekat dengan speaker yang memperdengarkan lagu-lagu yang indah dan berirama teratur. Dalam beberapa hari terjadi perbedaan yang sangat mencolok. Tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu rock menjadi layu dan mati, sedangkan tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu indah tumbuh segar dan berbunga. Suatu bukti nyata bahwa musik sangat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup.

Alam semesta tercipta dengan musik alam yang sangat indah. Gemuruh ombak di laut, deru angin di gunung, dan rintik hujan merupakan musik alam yang sangat indah. Dan sudah terbukti, bagaimana pengaruh musik alam itu bagi kehidupan manusia.

Wulaningrum Wibisono, S.Psi mengatakan, Jikalau Anda merasakan hari ini begitu berat, coba periksa lagi hidup Anda pada hari ini. Jangan-jangan Anda belum mendengarkan musik dan bernyanyi.



Staff FFI

SUMBER: http://www.iqeq.web.id/anak/anak02.shtml

SADAR

Simpul Untuk Keadilan dan Demokrasi
Edisi: 205 Tahun V - 2009
Sumber: www.prakarsa-rakyat.org

REVITALISASI INGATAN ATAS BUDAYA KEKERASAN DI INDONESIA UNTUK REKONSILIASI ANAK BANGSA


Oleh Sapto Raharjanto *

Bila ingin melihat sejarah Indonesia abad ke-20 dan awal abad ke 21 dengan jernih, niscaya kita akan menemukan betapa banyaknya darah yang telah tumpah di bumi pertiwi. Bahkan ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa Indonesia is a violent country. Yang menyedihkan, sebagian tragedi tersebut disebabkan atau dilakukan oleh pihak yang paling berkuasa, negara. Para ahli lalu menyebut fenomena ini sebagai kekerasan oleh Negara. Menurut Andrianus Meliala, kekerasan oleh negara bisa diasosiasikan dengan kekerasan politik, teror politik, kebrutalan rezim, penindasan oleh penguasa, kejahatan oleh negara dan pelanggaran HAM berat. Bentuk-bentuknya antara lain, beating, (arbritrarily) killing, illegal detention, robbing, (systematic) raping, assaults on civilian, forced relocation, torturing, indiscriminate use of weapon, isolation, stigmatization, blocking acces, dan election fraud.

Di Indonesia, catatan sejarah mengindikasikan bahwa negara maupun istitusi sipil, seperti laskar paramiliter telah berulangkali menjadi pemicu bahkan pelaku kekerasan terhadap warga negara dalam catatan sejarah, pemberontakan dan gerakan separatis seperti Darul Islam dan PRRI/Permesta pada masa Soekarno diselesaikan bukan lewat jalur diplomasi, melainkan operasi militer yang memilukan hati.

Bagi Indonesia, tahun 1965 merupakan suatu tahun yang luar biasa penting. Sebab saat itu adalah tahun terjadinya peristiwa 1 Oktober 1965, yang memutar balik proses sejarah perkembangan negara ini. Sejarah Indonesia sendiri pada masa Orde Baru Soeharto adalah merupakan penjaga kekuasaan bagi rezim yang berkuasa, dalam hal ini termasuk ketika rezim Orde Baru memaknai tafsir mengenai peristiwa tragedi nasional 1 Oktober 1965. Kemudian berujung kepada kesimpulan bahwa PKI menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atau dalang atas semua kejadian berdarah. Peristiwa ini menjadi tragedi pembunuhan massal yang diperkirakan menghilangkan nyawa setengah hingga satu juta nyawa orang Indonesia oleh orang Indonesia sendiri.

Tragedi 65 adalah merupakan titik tolak dari krisis kebangsaan di Indonesia, dikarenakan ketika membicarakan mengenai tragedi 65 kita tidak hanya membicarakan mengenai pembunuhan 7 jenderal di Lubang Buaya. Ataupun adanya sebuah gerakan yang pada akhirnya mengarah kepada pergantian kekuasaan di Indonesia. Tetapi ketika kita membicarakan permasalahan tragedi 65 maka di Indonesia dimulailah sebuah masa yang penuh dengan ketakutan. Budaya teror dan kekerasan menjadi sebuah hal yang lumrah bagi penguasa untuk melanggengkan kekuasaan dan hegemoninya jauh lebih terstruktur dari era Soekarno.

Dalam praktek politiknya pemerintahan Orde Baru menerapkan tiga hal: Pertama, melakukan proses ideologisasi, yaitu menerapkan tunggal negara. Pada fase ini berkembang jargon-jargon yang sifatnya top-down, seperti ide pembangunanisme. Kedua, kalaupun terdapat protes dari adanya ideologisasi tersebut, masih menyisakan ketidaksepakatan di tingkat massa rakyat, yang berlaku kemudian adalah proses stigmatisasi dengan mengembangkan jargon politik: anti pembangunan, anti ideologi negara (Pancasila) dan berpaham komunis dan lain sebagainya. Sedangkan yang ketiga adalah bila terdapat perlawanan yang keras, seperti demonstrasi maka pemerintah dengan segera menggunakan pendekatan keamanan.

Adanya praktik tindak kekerasan dan budaya teror yang diwariskan baik pada masa Soekarno maupun Soeharto terus berlangsung pada era reformasi yang dianggap jauh lebih demokratis. Tercatat peristiwa Madiun (1948), DI/TII (1960), PRRI/Permesta (1960), Peristiwa Aksi Sepihak (1964), Peristiwa G-30-S (1965), Pembunuhan Massal pasca G-30-S (1965-1966), Pemenjaraan, Penyiksaan, Pembuangan massal pasca G-30-S (1966-1980), Pemenjaraan, Penyiksaan Kyai (1971), Peristiwa Tanjung Priok (1984), Peristiwa Talangsari (1989), Peristiwa Kudatuli (1996), Peristiwa Mei, Trisakti, Semanggi, Dukun Santet (1998), DOM Aceh (1980-2000), Tragedi Monas (2008).

Yang juga patut menjadi perhatian, selain kasus-kasus yang bersifat massal, ada lagi perkara kekerasan yang bersifat pribadi-pribadi terhadap orang-orang yang dianggap membahayakan. Kekerasan yang terjadi bukan dikaitkan pada tanggal atau tempat terjadinya, melainkan identitas si korban. Si korban dianggap sebagai representasi yang memiliki banyak perbedaan bahkan berlawanan dengan visi Negara. Bisa jadi negara maupun pendukung-pendukungnya terusik dengan perlawanan ini sehingga berusaha mencari jalan untuk menghentikannya. Caranya tentu beragam, mulai dari yang halus sampai yang kasar, tercatat nama Tan Malaka, Marsinah, Fuad Muhammad Syafrudin (Udin), Wiji Thukul, Baharudin Lopa dan Munir.

Akhirnya sebuah kata-kata bijak yang diungkapkan oleh Amstutz, “Ingatan bagi korban kekerasan masa lalu bukan hanya sekedar rekaman sebuah peristiwa, melainkan juga bentuk penagihan atas masa lalu yang pernah dideritanya, sangat diperlukan untuk mendudukkan persoalan pada tempatnya untuk memulai hidup baru yang terbebas dari dendam sejarah. Ingatan perlu disampaikan kepada generasi selanjutnya agar mereka dapat belajar untuk memahami derita orang lain, berlapang dada memaafkan masa lalu, dan berupaya memutus spiral kekerasan dengan menciptakan peradaban yang anti kekerasan.

* Penulis adalah Anggota Regio Jawa Timur Masyarakat Santri Untuk Advokasi Rakyat Indonesia (Syarikat Indonesia).

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

Pernyataan Sikap Bersama; Gerakan Anti Pembungkaman Demokrasi

PERNYATAAN SIKAP BERSAMA

TIDAK ADA DEMOKRASI, TANPA KEBEBASAN BEREKSPRESI

Kebebasan berekspresi termasuk kebebasan berpendapat merupakan salah satu hak paling mendasar dalam kehidupan bernegara. Jaminan atas hak ini secara tegas dinyatakan dalam UUD'45 Pasal 28 dan 28 E Ayat (2) dan (3) UUD 1945 “setiap warga negara Indonesia berhak mengeluarkan pendapat, ide dan gagasan, karena pada dasarnya kebebasan berpendapat adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap individu.” Dalam Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia, Pasal 19 menyatakan: “Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hak ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan dan untuk mencari, dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dengan tidak memandang batas-batas wilayah”.

Secara kasat mata, saat ini kualitas demokrasi Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan terutama bila diukur dari jaminan atas kebebasan berekspresi dan berpendapat bagi setiap warga negara. Dalam kurun beberapa tahun belakangan, tercatat berbagai gerakan penyampaian pendapat dari warga Negara mengalami tekanan, baik bersifat pembubaran, pelarangan bahkan kriminalisasi dengan menggunakan hukum pidana. Pemidanaan tersebut memanfaatkan berbagai pasal-pasal haatzaai artikelen dan lese majesty serta pasal-pasal “karet” lainnya yang masih berlaku dalam hukum positif Indonesia. Tindakan-tindakan tersebut secara massif dilakukan dalam upaya membungkam kritik yang dilakukan oleh warga negara.

Sejak tahun 2008, terjadi pembubaran secara massif atas kegiatan berekspresi dan berpendapat. Berdasarkan data WALHI akibat tindakan itu terdapat 39 orang warganegara baik aktivis demokrasi, pejuang lingkungan, Pembela hak asasi manusia, aktivis mahasiswa dikriminalisasi; ditangkap bahkan diadili.

Pembubaran kegiatan penyampaian pendapat oleh Aparatur Negara dilakukan dengan modus; menggunakan mekanisme perijinan untuk mempersulit warga negara untuk berkumpul dan mengeluarkan pikiran dan pendapatnya. Pada prakteknya seringkali Polri memperalat UU no. 9 tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum, dengan menempatkan Surat Tanda terima Pemberitahuan (STTP) seolah-olah adalah surat ijin. Bahkan tidak jarang POLRI menggunakan Juklap No 2 Tahun 1995 tentang Persyaratan Penerbitan Izin dan Pemberitahuan Kegiatan Masyarakat dan Juklaknis (petunjuk pelaksanaan teknis) Kapolri mengenai izin keramaian, yang justru bertentangan prinsip utama dari UU No. 9 tahun 1998 yang tidak membolehkan istilah ijin dalam mengatur hak warga negara untuk menyampaikan pendapat. Dan selanjutnya praktek itu “melegetimasi” POLRI untuk melarang dan memberangus hak atas kebebasan bereskspresi dan berpendapat bagi warga negara Indonesia. Tidak hanya pembubaran acara bahkan kerap berujung dengan pemidanaan di pengadilan.

Pembubaran, Penangkapan dan pengadilan terhadap beberapa orang organisasi rakyat, aktivis lingkungan dan demokrasi diantaranya: Pembubaran Kongres GOLPUT disertai dengan penangkapan Sri Bintang Pamungkas di Jogjakarta, pembubaran kegiatan Aliansi Masyarakat Manado untuk menentang deklarasi WOC dan CTI dan penangkapan terhadap Direktur Eksekutif Nasional WALHI, Berry Nahdian Furqan dan Kepala Departemen Penguatan Regional, Erwin Usman. Disusul dengan penangkapan 7 orang aktivis WALHI di Kalimantan Tengah dan 6 orang aktifis WALHI di Bengkulu, penangkapan petani di Riau dan Jambi adalah contoh nyata dari praktek-praktek pemberangusan kebebasan berekspresi dan berpendapat dengan modus yang telah dipaparkan diatas.

Atas dasar hal tersebut, maka kami Gerakan Anti Pembungkaman Demokrasi yang terdiri atas berbagai organisasi masyarakat sipil yang peduli atas demokrasi, hak asasi manusia di Indonesia menyatakan:

  1. Protes keras terhadap segala bentuk ancaman terhadap kebebasan berekspresi dan berpendapat sebagai hak konstitusional dan hak asasi manusia sebagaimana yang diatur dan dijamin dalam UUD'45 dan berbagai hukum HAM internasional dan nasional
  2. Mendorong setiap aparatur negara untuk menjalankan amanat konstitusi bagi terwujudnya demokratisasi di Indonesia.
  3. Meminta KOMNAS HAM agar segera menggunakan segala kewenangannya untuk menyelamatkan hak setiap warga negara atas kebebasan berekspresi termasuk kebebasan untuk menyampaikan pendapat tanpa gangguan baik melalui tindakan, pembiaran oleh negara dan atau melalui hukum

Demikian Pernyataan sikap ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 22 Mei 2009

Gerakan Anti Pembungkaman Demokrasi

WALHI,HRWG, IHCS, SPI, LBH Masyarakat, KontraS, IHI, INFID, KAU, LBH Jakarta, FPPI, PBHI, JATAM, Kiara,, Imparsial, LBH Pers, Sawit Watch, KPSHK, PBHI Jakarta, Perkumpulan Praxis, KPA, SHI.


diposting oleh:

Andi K. Yuwono
Executive Secretary (Acting)
Praxis Association
Jl. Salemba Tengah No. 39-BB
Jakarta 10440 - INDONESIA
Tel. ++62 21 3156907, 3156908, 3911927
Fax. ++62 21 3900810, 3156909
Mobile: 0811182301

Yahoo Messenger: andi_yuwono
Email: andi-yuwono@praxis.or.id
Http://www.prakarsa-rakyat.org
Http://www.praxis.or.id
Http://andi-yuwono.blogspot.com


"It is better to die on your feet than live on your knees".

-- Emiliano Zapata --

;;