Oleh : Ign Mahendra K *

Perang melawan teror adalah terminologi yang menunjuk pada serangan ofensif militer Amerika Serikat paska-911. Tujuan dari perang tersebut adalah untuk menghancurkan kekuatan Al Qaeda yang dinyatakan bertanggung jawab atas Peristiwa 911. Demikian perang melawan teror dalam perjalanannya berkembang hingga Amerika Serikat dengan dukungan negara-negara Imperialis lainnya melakukan invasi ke Afganistan dan Irak termasuk juga meningkatkan permusuhan dengan beberapa negara lain seperti Iran, Kuba, Korea Utara dan Venezuela dengan landasan perang melawan teror.

Salah satu target dari perang melawan teror yang diungkapkan oleh Amerika Serikat adalah untuk menangkap hidup atau mati Osama bin Laden yang merupakan pendiri Al Qaeda dengan hadiah sebesar 25 juta USD. Setelah diburu bertahun-tahun oleh Amerika Serikat dengan segala cara pada tanggal 2 Mei 2011, Presiden AS, Barack Obama mengumumkan kematiannya. Osama bin Laden ditembak dan terbunuh di dalam sebuah rumah di Abbottabad, Pakistan oleh operasi rahasia yang dilakukan oleh CIA dan Navy SEALs, yang diperintah langsung oleh Barack Obama. Tidak lama setelah kematiannya, tubuh Osama bin Laden dikuburkan di laut dan pada tanggal 6 Mei 2011, Al Qaeda memberikan pernyataan mengakui kematian Osama dan bersumpah akan melakukan balas dendam.

Namun apakah kematian Osama bin Laden menandakan berakhirnya teror yang terjadi di berbagai belahan dunia? Apakah kematian tersebut juga berarti berakhirnya perang terhadap teror yang dilancarkan oleh Pemerintahan AS paska-911? Apakah kemudian arti dari kematian Osama bin Laden? Dan bagaimana nasib perang melawan teror?

Kematian Osama dirayakan di berbagai negara. Gedung Putih mendapatkan ucapan selamat dari berbagai negara. Berbagai media massa seantero dunia selama berhari-hari memberikan liputan yang luas mengenai berita kematian Osama bin Laden. Namun Al Qaeda bukanlah organisasi yang sentralis yang bergantung pada “sentral kekuasaan” yang diarahkan oleh satu orang atau satu badan organisasi. Osama bin Laden adalah simbol ideologis ketimbang seorang pemimpin yang mengarahkan operasi. Demikian juga berbagai macam kelompok di berbagai daerah menurut beberapa ahli sedikit sekali berkoordinasi ataupun memiliki hubungan. Al Qaeda sangat terdesentralisasi, kumpulan kelompok-kelompok longgar yang berada di daerah-daerah konflik. Dengan masing-masing memiliki pemimpin, program, strategi dan taktiknya sendiri.

Propaganda yang demikian luas dan intens telah berkontribusi pada meningkatnya citra kekuatan militer Amerika Serikat. Namun hal itu menutupi kenyataan menurunnya dominasi AS di tingkat internasional dan juga menutupi kepentingan mendasar dari perang melawan teror. Kepentingan mendasar dari perang melawan teror terlihat dari komponen yang menyusunnya, seperti yang diungkap James Petras dan Henry Veltmeyer dalam bukunya yaitu bagaimana menegakkan kembali subordinasi Eropa pada Washington; memastikan ulang kontrol AS di daerah Timur Tengah dan Teluk Persia; meluaskan penetrasi militer di Asia; meningkatkan perang militer di Kolombia dan proyek kekuasaan di seluruh Amerika Latin lainnya; membatasi dan menindas protes dan oposisi terhadap perusahaan transnasional dan institusi keuangan internasional seperti Bank Dunia, International Monetary Fund (IMF) dan World Trade Organization (WTO); melawankan hak-hak demokratik dengan kekuasaan kediktaktoran; serta penggunaan dana negara untuk senjata dan subsidi perusahaan trasnasional yang hampir bangkrut (penerbangan, perusahaan asuransi, agen turis) dan pengurangan pajak regresi untuk menahan resesi yang semakin dalam yang akan merusak dukungan publik bagi proyek pembangunan tatanan Imperial baru.

Menurunnya dominasi Amerika Serikat itu sendiri terlihat dari penurunan relatif dalam kekuasaan ekonomi dan politk AS sepanjang tahun 1990-an di area kunci dunia, terutama sekali di daerah Timur Tengah/Teluk Persia, Amerika Latin, Asia dan Eropa. Di sisi yang lain ekspansi luas kepentingan ekonomi AS pada Dunia Ketiga melalui perusahaan-perusahaan transnasional dan bank-bank, melemahnya secara bertahap rejim klien yang telah menyokong ekspansi tersebut. Institusi keuangan internasional (IFI) seperti Bank Dunia dan IMF melalui kebijakan penyesuaian mereka, doktrin pasar bebas dan arahan privatisasi, telah begitu menurunkan kesejahteraan ekonomi lokal sehingga negara klien dilemahkan dan penuh dengan korupsi, seiring elit sektor swasta dan politikus menjarah harta-harta negara.

Sementara itu surplus perdagangan yang diakumulasikan di Asia dan Eropa atas pengeluaran AS. Pada tahun 2000, AS mengalami defisit perdagangan sebesar $430 milyar. Sebanyak 350 juta konsumen Eropa Barat semakin meningkat membeli barang buatan Eropa – lebih dari dua pertiga perdagangan Uni Eropa (UE) ada di dalam UE sendiri. Di Amerika Latin, perusahaan transnasional Eropa, terutama Spanyol, mengalahkan pesaing dari AS dalam membeli perusahaan yang diprivatisasi. Perlawanan terus-menerus secara politik, terutama di Amerika Latin terhadap dominasi AS. Perlawanan tersebut antara lain oleh Presiden Venezuela Hugo Chavez, gerakan gerilya bersenjata di Kolumbia dan gerakan massa di Ekuador, Brazil dan pelbagai tempat lainnya. Juga terdapat pertumbuhan gerakan melawan globalisasi, terutama di seluruh Eropa Barat, Amerika Utara dan tempat lainnya. Serta meningkatnya krisis ekonomi di dalam negeri dan akhir dari gelembung spekulatif di bidang teknologi Informasi, bioteknologi, dan optik fiber.

Paska-911 ketika AS menginvasi Irak tahun 2003 sudah muncul berbagai kecurigaan tentang kepentingan mendasar dari invasi tersebut. Amerika Serikat dengan sekutunya menyatakan bahwa tujuan dari invasi tersebut adalah untuk melucuti Irak dari senjata pemusnah massal, membebaskan rakyat Irak dari tirani Saddam Hussein dan karena Irak melindungi Al Qaeda. Namun nyatanya hingga kini tidak ada satupun tuduhan tersebut yang terbukti nyata. Saat ini oposisi utama terhadap Imperialis AS di Irak adalah mayoritas Shiah, minoritas Sunni dan mantan-mantan anggota Partai Ba’ath. Tindakan teror Al Qaeda memainkan peran minor dan tidak berhubungan dengan tuntutan rakyat Irak agar AS mundur. Gerakan religius melawan pendudukan yang utama memiliki pemimpin, milisi dan basis komunitasnya sendiri; tidak ada yang menerima kepemimpinan atau bahkan berkolaborasi dengan Al Qaeda. Ditarik mundurnya pasukan AS dari Irak adalah karena tekanan rakyat, bukan hasil dari bom bunuh diri Al Qaeda. Dengan demikian kematian Osama bin Laden tidak berakibat apapun terhadap penarikan mundur pasukan AS ataupun para pengikutnya akan dapat mempengaruhi proses transisi yang terjadi.

Demikian juga di Afganistan, terbunuhnya Osama bin Laden akan berakibat kecil, karena kekuatan utama yang melancarkan perang adalah Taliban dan berbagai macam gerakan nasionalis independen lainnya. Taliban sepenuhnya mandiri dari Al Qaeda dalam asal-usul, struktur, kepemimpinan, taktik, strategi dan komposisi sosialnya. Taliban komposisinya kebanyakan “nasionalis” sementara Al Qaeda adalah “internasional” (Arab) dalam keanggotaan dan kepemimpinannya. Petras mengungkapkan bahwa Taliban mungkin telah mentoleransi atau bahkan dalam beberapa kondisi secara taktis bekerja sama dengan Al Qaeda, namun tidak ada bukti bahwa mereka menerima perintah dari Osama bin Laden.

Di Iran walaupun yang berkuasa di Iran adalah Rejim Islam namun Iran pada awal invasi ke Afganistan berkolaborasi dengan Amerika Serikat untuk mengejar dan memenjarakan para pendukung Al Qaeda. Demikian pula Al Qaeda memainkan peran kecil dalam gejolak yang merambat di seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara. Gerakan rakyat di Timur Tengah dan Afrika Utara didominasi oleh mahasiswa sekuler, serikat buruh, kelompok-kelompok sipil dan gerakan Islam moderat.

Demikan maka kematian Osama bin Laden tidak mengakhiri perang melawan teror. Karena pertama kepentingan mendasar perang tersebut adalah meningkatkan dominasi Amerika Serikat di tingkat internasional dan nasional, serta kedua karena Osama bin Laden dan Al Qaeda tidak berperan dominan dalam gejolak yang muncul di berbagai belahan dunia, terutama Timur Tengah.


* Penulis adalah Mahasiswa fellowship angkatan II, University of York - Inggris, sekaligus Anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Jawa Tengah.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

0 Comments:

Post a Comment