Oleh : Agus Priyanto*


Satu dasawarsa lebih pascareformasi 98, perdebatan kepemimpinan pemuda di kancah kekuasaan nasional mencuat. Sayangnya, perdebatan dan wacana ini memposisikan kaum muda seolah meminta-minta kekuasaan pada elite politik yang telah tua. Lalu ke mana diskursus dari wacana pemuda memimpin itu kini? Dan di mana pemuda kini berkiprah dalam perjuangan rakyat?

Peran pemuda, tidak bisa dipungkiri dalam sejarah perjuangan bangsa ini begitu besar. Pemuda yang dikategorikan adalah umur yang masih produktif dan memiliki kemampuan fisik yang cukup kuat serta agresif dalam bergerak. Pada pemahaman umum usia pemuda dibatasi hingga 40 tahun. Namun dalam segala hal, sesungguhnya tidak ada satu kelompok apalagi kelompok umur bisa bergerak sendiri apalagi melakukan perubahan yang mendasar dalam kehidupan rakyat.

Dalam sejarahnya, perpaduan antara pengalaman dan kekuatan yang masih produktif menjadi kekuatan besar melakukan perubahan. Ini bisa kita tilik dalam sejarah Sumpah Pemuda 1928, Kemerdekaan RI 1945, Peristiwa Malari serta Reformasi 1998. Tidak ada kaum muda yang bergerak sendiri, selalu ada korelasi atau hubungan erat antara tokoh yang berpengalaman (berumur tua) dengan kaum mudanya.

Pada periode gejolak politik dan momen besar tersebut pemuda mengambil perannya menjadi penggerak dan menjadi pemimpin dalam gerakan tersebut. Tetapi proses itu adalah tampilan puncaknya, karena ada proses sebelumnya yakni aspek melakukan pengorganisasian rakyat. Pengorganisasian tersebut adalah dengan tinggal bersama, belajar bersama dan berjuang bersama apa yang menjadi kebutuhan rakyat di tempat mereka tinggal. Yang pada ujungnya adalah menggerakkan pada tuntutan tertinggi di ranah politik kekuasaan. Periode tersebut bisa dipelajari dalam banyak literatur, tidak ada pemuda yang mampu menjadi tokoh dan menggerakkan massa luas tanpa keseriusan, ketelatenan serta kontinuitas di dalam kelompok rakyat sehingga dikenal dan didukung secara luas.

Dalam praktek sekarang, terutama pascareformasi (juga terjadi di setiap periode momentum perebutan kekuasaan) adalah lebih dominan pemuda masuk ke tampuk kekuasaan melalui jalur intelektual serta jalur formal kekuasaan partai politik. Kondisi ini menjauhkan apa yang dilakukan di lingkar kekuasaan dari kondisi umum yang dirasakan rakyat serta pemuda yang sudah masuk ke lingkar kekuasaan tidak memiliki posisi tawar politik yang kuat.

Seperti kita tahu, bahwa proses formal demokrasi lewat pemilu yang mampu menaikkan banyak kalangan pemuda ke lingkar kekuasaan tidaklah murni proses pengorganisasian dengan kesadaran dan keterlibatan aktif massa rakyat. Tetapi lebih banyak pemuda yang memiliki uang dan dekat dengan kekuasaan untuk digunakan sebagai jalan ke lingkar kekuasaan.

Problem besar rakyat setiap hari adalah akibat kerakusan kekuasaan yang mengabdi pada kapitalisme internasional. Sehingga kebijakan hukum, politik dan ekonomi melepas peran negara atas kepentingan rakyat. Dengan kebijakan tersebut sangatlah jelas betapa rakyat dalam tekanan yang berat. Bila kita pilah, maka ada banyak pemuda yang terlibat dalam kekuasaan dan abai terhadap kondisi rakyat.

Rakyat semakin tertekan, di satu sisi ditekan kebijakan politik secara nasional, di sisi lain kehidupan ekonomi untuk bertahan hidup harus terus dilakukan. Di lain hal, pengetahuan akan kebijakan hukum serta informasi dari situasi secara umum sangat sedikit atau bahkan hampir tidak ada.

Dalam situasi seperti itu, perlawanan atas kondisi seperti itu pasti akan terjadi. Problem yang muncul adalah perlawanan rakyat kurang terarah dan sifatnya lokal. Di sinilah sebenarnya peran pemuda untuk hadir dan berfungsi.

Pemuda-pemuda harus berada di tengah-tengah rakyat yang membutuhkan pasokan pengetahuan sehingga bisa mengarahkan perjuangan dengan tepat serta berguna. Dalam konteks seperti ini perjuangan berjangka panjang dan menjadi wadah pendidikan bagi rakyat untuk keluar dari kesulitannya terjadi. Ajang ini sekaligus menjadi ruang latihan memimpin sehingga lahir pemimpin-pemimpin rakyat yang setia pada kepentingan rakyat.


* Penulis adalah anggota Paguyuban Pemulung Semut Ireng Surakarta, sekaligus Anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Jawa Tengah.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

0 Comments:

Post a Comment