Kumpulan berita ini juga disajikan di website http://umarsaid.free.fr


Berita berita ini dikumpulkan dari berbagai sumber


= = =


Suara Pembaruan, 21 Agutus 2009


Mengurai Jaringan Noordin M Top

Tidak dipungkiri banyak jejak Noordin M Top dalam rentetan aksi terorisme di Indonesia. Sejak 2002, sang gembong terorisme merambah Indonesia. Setelah dianggap punah usai dibekuknya Amrozi Cs, jaringan Noordin justru bertumbuh kembang. Lewat aksi bom Mega Kuningan, terbukti jaringan lama masih berfungsi, plus dukungan sel baru.


Jaringan terorisme Indonesia, seperti Noordin, tumbuh subur akibat banyak golongan Islam yang masih mencita-citakan negara Islam Indonesia. Jika merajuk pada sejarah, habitat seperti itulah yang membuat bibit terorisme tumbuh. Situasi itulah yang menjelaskan alasan terorisme tidak hidup di Malaysia dan Singapura. Pemahaman konsep jihad dimanipulasi untuk ideologi memusuhi Barat.


Selain misi mendirikan negara Islam, Noordin yang memiliki kontak langsung dengan jaringan Al Qaeda, juga memiliki agenda memerangi negara Barat. Osama bin Laden yang memberikan fatwa "perang" telah menyebarluaskannya lewat wahana agama. Dengan demikian, aksi terorisme di Indonesia tidak diboncengi kepentingan politik di Indonesia. Seperti halnya Al Qaeda, jaringan Noordin bersifat bawah tanah dan sulit dilacak.

Menurut mantan Kepala Densus 88, Suryadharma Salim, kecuali Noordin M Top, tidak ada jaringan baru teroris Indonesia yang melakukan bom bunuh diri. "Kalaupun ada jaringan baru, jaringan itu adalah sel yang dibentuk Noordin M Top," tegasnya.


Menobatkan Diri

Al Qaeda memanfaatkan pecahan Jamaah Islamiah (JI) yang sudah terbagi dalam beberapa zona. Noordin bahkan menobatkan dirinya sebagai pemimpin tertinggi JI di Asia Timur. Noordin M Top tergolong sulit ditangkap karena dia berada di "habitat" yang tepat dan sangat terlindungi.

"Indonesia menjadi daerah trainer untuk melakukan operasi -operasi. Indonesia menjadi tempat pelatihan setelah kamp JI dibubarkan Al Qaeda dan dipaksa keluar dari Afganistan. Selanjutnya, mereka membangun kamp di Mindanao, Filipina, yang disebut kamp Abu Bakar," papar Suryadharma.

Eksekusi trio bomber Bom Bali I, Imam Samudra, Amrozi dan Mukhlas sama sekali tidak memutus jaringan Noordin. Selain giat memupuk jaringan baru, sang gembong didukung penuh sejumlah anggota yang mahir merekrut pengikut hingga pelaku bom bunuh diri. "Sejak tahun 2003 sampai Agustus 2009, Noordin berhasil merekrut sekitar 430 orang," ujar Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna.

Menurut mantan Kepala Badan Intelejen Negara (BIN), AM Hendropriyono, setelah para anggota ditangkapi, jaringan Noordin kembali melakukan konsolidasi.

Noordin Cs mengeksploitasi dan memanfaatkan remaja dan pemuda seperti Dani Dwi Permana (pelaku bom JW Marriott) sebagai pelaku bom bunuh diri.

Selain Noordin M Top, kata Hendropriyono, target perburuan gembong teroris yang harus ditangkap adalah Zulkarnaen dan Umar Patek. Dua orang itu memiliki karisma yang hampir sama dengan Noordin. Dalam tataran jenjang hierarki organisasi, mereka menduduki level pemimpin dan memiliki akses ke Al Qaeda.

Sempalan yang Merusak

Pada tahun 2004, Noordin memang banyak menjangkau para pemuda dari organisasi selain JI. Tetapi kalangan JI sendiri menyebut kelompok Noordin sebagai sempalan yang merusak. Bahkan ketika Noordin menobatkan diri sebagai pemimpin sayap militer JI dan pemimpin tertinggi Al Qaeda Asia Timur, organisasi JI mengalami perpecahan hebat.

Dalam melancarkan aksi bom Marriott I pada Agustus 2003, Noordin menggunakan kelompok kecil JI yang berbasis di Sumatera. Kelompok tersebut memiliki hubungan erat dengan Luqmanul Hakiem, yaitu sekolah JI di Malaysia, dan pondok pesantren al-Mukmin di Ngruki, Solo, Jawa Tengah.

Tetapi pada aksi bom Kedubes Australia pada September 2004, Noordin justru mengandalkan jaringan JI Jawa dan kelompok pemberontak lama bernama Darul Islam yang berbasis di Jawa Barat. Selanjutnya, untuk aksi bom Bali II Oktober 2005, Noordin mengandalkan orang-orang terdekat untuk merekrut dan melatih anggota baru. Meskipun perekrutan seolah dilakukan mendadak, Noordin tetap memiliki struktur sel yang sangat terorganisir. Mereka cukup terampil merancang operasi militer. Noordin pun memiliki kemampuan mengagumkan dalam merencanakan serangan.

Pada aksi bom Mega Kuningan, Noordin punya tim perekrut yang tak kalah tangguh. Salah satunya adalah Saefudin Zuhri bin Djaelani Irsyad, alias Saefudin Jaelani. Selama ini, Saefudin dikenal sebagai salah satu penceramah yang aktif dalam kegiatan masjid di Perum Telaga Kahuripan, Parung, Bogor. Saefudin, yang juga adik ipar Ibrohim (adik Sucihani, istri Ibrohim), tersangka yang ditembak mati Tim Densus 88 dalam penyergapan di Temanggung.

Noordin mengalami pukulan telak pada bulan November 2005 setelah sahabatnya yang juga ahli perakit bom Dr Azahari tewas ditembak dalam sebuah operasi pengepungan polisi di Jawa Timur. Delapan orang pengikut Noordin juga ditangkap di Semarang. Meskipun demikian, jaringan kelompok Noordin masih mampu bertahan dan malah terus bertumbuh kembang.

Bahkan dari sel baru tersebut, Noordin mendapatkan bantuan untuk bersembunyi, logistik peledak, dan anggota baru. Jaringan-jaringan Noordin terus mengalami mutasi seiring perjalanan waktu. Pola rekrutmen dan metode sebaran ideologinya ikut beradaptasi. Namun perubahan jaringan Noordin sekaligus memperlihatkan kesenjangan Noordin dari organisasi JI.

Dana Aksi Teror

Teka-teki keberadaan Noordin M Top tak kunjung terungkap. Publik pun masih bertanya-tanya, apa sesungguhnya yang mendorong Noordin melancarkan terorisme di Indonesia. Hingga kini, tetap ada orang yang meyakini bahwa Noordin adalah agen Pemerintah Malaysia yang dikirim untuk membikin kacau. Keyakinan itu sendiri belum kunjung terbuktikan.

Yang pasti, Noordin kabur ke Indonesia pada akhir 2001. "Ia ke Indonesia setelah Malaysia dan Singapura mengambil tindakan tegas terhadap sel-sel JI. Sulit bagi Noordin maupun teroris lainnya, yakni Dr Azahari yang sudah tewas dalam penyergapan di Batu, Malang, pada 2005, untuk kembali ke sana karena pasti akan ditangkap," ungkap Sidney Jones, penasihat senior International Crisis Group (ICG).

Sejak tiba di Indonesia di penghujung 2001, Noordin nyaris sepenuhnya berada di bawah perlindungan para anggota JI. Mereka yakin, menyerahkan Noordin ke polisi adalah tindakan salah, kendati mereka sendiri juga tidak setuju dengan tindakan-tindakan dia. Abu Dujana, seorang anggota JI, pernah mengatakan, serangan Marriott I sebenarnya tidak disetujui petinggi JI, tetapi tetap dibiarkan saja terjadi.

Menurut Sidney, Noordin sebetulnya mau meniru Al Qaeda, kendati tidak diketahui persis apakah dia betul-betul ada hubungan dengan Al Qaeda ataukah tidak. "Pada bom Marriott I tahun 2003, memang betul Noordin mendapat dana dari Al Qaeda. Tetapi, pendanaan dirancang oleh Hambali, anggota JI yang kini di Guantanamo, melalui kontak-kontak JI di Pakistan," katanya.

Dijelaskan, ketika itu, dana sebesar US$ 50.000 ditransfer dari Pakistan melalui Hambali, kemudian ke Gun Gun, dan akhirnya sampai ke tangan orang di Thailand. Sebanyak US$ 30.000 dari uang itu kemudian dibawa secara tunai ke Indonesia oleh seorang kurir Malaysia. Dari dana tersebut, sebanyak US$ 15.000 di antaranya dipakai untuk membiayai operasi teror.

"Noordin hanya penerima. Semua pembiayaan, yang berasal dari Al Qaeda, diatur oleh Hambali. Uang dikirim melalui Hambali di Pakistan, kepada adiknya, kepada temannya di Thailand, dan sebagainya, jadi ada semacam silsilah sehingga uang bisa ditransfer ke Indonesia," papar Sidney.

Belum diketahui, siapa yang membiayai bom Mega Kuningan. Tetapi, pengeboman tersebut jelas butuh dana yang lebih besar ketimbang bom Marriott I tahun 2003. Ada kemungkinan para pelaku pengeboman menggalang dana yang dibutuhkan melalui perampokan.

Data ICG mengungkap, pada 12 Mei 2009, sebuah bank dirampok di Kutablang, Bireuen, Aceh, oleh seorang pengedar mariyuana bernama Safrizal yang menjadi radikali ketika mendekam di penjara di Medan, Sumatra Utara. Teman-teman satu selnya adalah orang-orang JI yang bertanggung jawab atas perampokan di Medan sebelum bom Marriott I pada 2003. Insiden ini setidaknya memperlihatkan, kriminalitas yang tampaknya biasa-biasa saja ternyata bisa juga punya implikasi-implikasi yang lebih membahayakan.

Tetapi, kalaupun ada aliran dana asing pada bom Mega Kuningan, Al Qaeda tampaknya yang jadi sumber dana itu. "Dan saya kira kita harus yakin mungkin saja masih ada jaringan di Pakistan," kata Sidney.

Bom Mega Kuningan juga menjadi bukti kemampuan kelompok Noordin untuk terus melakukan teror. Tetapi, Sidney tetap yakin lingkaran pendukung Noordin sudah berkurang. Kekuatan pendukung Noordin pun tampaknya hanya berkisar puluhan bukan ratusan, dan tidak terstruktur secara jelas. "Salah kalau orang memandang pengeboman itu sebagai indikasi kebangkitan kembali kelompok Noordin. Saya menilai, ruang pendukung dan ruang gerak Noordin tetap lebih sempit, kendati ia sampai sekarang belum berhasil ditangkap," ujar Sidney. [YRS/U-5/E-9]

* * *

Warga Saudi itu Pantau Pengeboman dari Kamar 1621 Marriott

Jum'at, 21 Agustus 2009

TEMPO Interaktif, Jakarta - Ali Muhammad bin Abdullah, warga Riyadh, Arab Saudi, yang diperiksa polisi sejak Jumat pekan lalu, diduga kuat menginap di Kamar 1621 Hotel JW Marriott menjelang peledakan pada 17 Juli lalu.

Kamar 1621 adalah satu dari empat kamar di hotel itu yang diketahui berhubungan telepon dengan kamar 1808, tempat menginap pelaku bom bunuh diri, Dani Dwi Permana. Kamar itu disewa atas nama sebuah perusahaan asal Yaman. “Ya, memang begitu,” kata seorang perwira menengah polisi kepada Tempo.

Ali, yang selama ini tinggal di RT 16 RW 06 Desa Cirendang, Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, diduga menjadi penghubung kucuran dana dari luar negeri untuk aksi terorisme. Sehari setelah ia ditangkap, Detasemen Khusus 88 Antiteror mencokok Iwan Herdiansyah, warga Dusun Kliwon, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan, dengan tuduhan sama.

Sumber Tempo lainnya menuturkan, polisi memiliki bukti bahwa Noor Din Mohd. Top menginap di safe house di Pela Mampang, Jakarta Selatan, pada 5 April lalu. Pada 7 sampai 10 April, rombongan dari Timur Tengah menginap di Marriott. Lalu, pada 28-30 Mei, mereka menginap di Ritz-Carlton. Menjelang peledakan, mereka--termasuk Ali--menginap lagi di Marriott kamar 1621. “Ali dan teman-temannya check out pada 17 Juli sebelum bom meledak,” ujarnya.

Rombongan itu lalu menginap di Hotel Novotel, Bogor. “Mereka bertemu dengan Syaifudin Zuhri.” Syaifudin, kakak ipar Ibrohim, adalah buruan polisi karena perannya sebagai perekrut pelaku bom bunuh diri. Ibrohim alias Boim, penata bunga di Marriott, tewas dalam penyerbuan oleh polisi di Dusun Beji, Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, 7-8 Agustus lalu. Ia berperan mengatur masuknya bom ke Marriott dan Ritz.

Sumber tersebut menyebutkan, pada April-Juni 2008 diduga sejumlah orang dari Yaman sudah berada di Novotel. Ali-lah yang memfasilitasi mereka di Novotel pada Juli. “Ada kaitannya dengan organisasi Ashor al-Muslimin yang berbasis di Irak yang pernah menyandera wartawan Metro TV. Ada juga kaitan dengan pesantren besar di Sabah, Malaysia,” ujarnya.

Informasi mengenai peran Ali di Jakarta-Bogor pada kurun waktu itu klop dengan kepergiannya dari Cirendang, Kuningan, ke Jakarta, pada Maret hingga Juni. Alasan Ali ke Jakarta waktu itu, “Untuk memperpanjang visa,'' ujar Yanto, warga Cirendang (Koran Tempo, 19 Agustus).

Dari hasil pemeriksaan Iwan dan Ali, polisi menemukan keterlibatan Bagus Budi Pranoto alias Urwah dalam kasus Marriott-Ritz. Urwah pernah dipenjara 3,5 tahun karena menyembunyikan Noor Din dan Dr Azahari di Jawa Timur dalam kasus pengeboman Marriott pada 2003. Pria asal Kudus, Jawa Tengah, itu pun ikut menyembunyikan Ali Imron setelah kasus Bom Bali I. Nama Urwah diumumkan sebagai buron bersama Syaifudin Zuhri, Mohamad Syahrir alias Aing, serta Ario Sudarso alias Suparjo Dwi Anggoro alias Aji alias Dayat alias Mistam Husamudin.

Keterlibatan Urwah, menurut sumber Tempo, semakin menguatkan dugaan polisi bahwa Noor Din melarikan diri ke Jawa Timur, kemudian ke Kalimantan Timur. Urwah sangat paham jaringan dan jalur-jalur di Jawa Timur dan Kalimantan Timur. “Di mana ada Urwah, di situ ada tempat persembunyian Noor Din,” katanya.

Kini, polisi sedang memburu Noor Din di perbatasan Kalimantan Timur-Malaysia. Kepolisian Resor Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, memperketat pengawasan pergerakan melalui pelabuhan pemerintah dan pelabuhan swasta di daerah yang berbatasan langsung dengan Malaysia itu. Dari Nunukan menuju Tawao, Sabah, Malaysia Timur hanya diperlukan waktu 40 menit menggunakan perahu. Polisi memeriksa setiap orang yang akan ke Tawao, Malaysia, untuk memastikan orang itu bukan Noor Din.

Kepala Polres Nunukan Ajun Komisaris Purwo Cahyoko mengaku, dibantu Densus 88, terus menyisir daerah perbatasan. "Kami masih terus cari di semua pelabuhan di Nunukan dan Sebatik,”ujarnya kemarin.

* * *
Jawa Barat dan Banten Jadi Tempat Perekrutan Teroris

Kamis, 20 Agustus 2009

TEMPO Interaktif, BANDUNG - Setidaknya ada tiga daerah yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten menjadi lokasi penggalangan kader-kader teroris. Informasi ini disampaikan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan usai mengikuti rapat koordinasi dengan aparat TNI dan Polri di Jawa Barat di Bandung, Kamis (20/8).

“Ini informasi dari intelijen, artinya daerah yang subur perekrutan, dalam arti rekrutmen yang mereka (teroris) lakukan,” kata Heryawan. Ia juga menyebutkan, pola rekruitmen teroris itu banyak. Diantaranya, basis pengalangan yang umumnya di pegunungan, sudah merambah perkotaan. Ia menunjuk temuan polisi soal base kamp teroris pengebom Ritz Carlton dan Marriot di Jakarta di perumahan, tengah kota Jakarta. Dia minta hal ini menjadi salah satu yang perlu diwaspadai bersama.

Pemerintah Jawa Barat sengaja menggelar rapat koordinasi antara aparat pemerintah sipil, TNI dan Polri mulai dari tingkat provinsi hingga pemerintah desa di Gedung Sasana Budaya Ganesha, Bandung. Rapat itu untuk menyatukan langkah soal kewaspadaan dini menghadapi teroris. Menteri Dalam Negeri Mardiyanto membukanya.

Heryawan dalam forum itu juga meminta aparat pemerintah sipil, TNI, dan Polri agar berhati-hati dalam pelaksanaan peningkatan kewaspadaan dini di masyarakat. “Jangan sampai ada stigmatisasi berlebihan,” katanya.

Menurutnya, jaringan teroris menggunakan semua kemungkinan yang bisa mereka lakukan. Dia mencontohkan, baru kali ini terjadi, remaja masjid direkrut oleh jaringan teroris. Tapi dia meminta, agar jangan gara-gara itu ada stigmatisasi berlebihan pada aktivis masjid.

Heryawan meminta, situasi kewaspadaan dini yang diterapkan agar tidak menghadirkan stigmatisasi terhadap agama tertentu. “Jangan sampai orang bersorban langsung dicurigai,” katanya.

Sehari sebelumnya, penegasan serupa disampaikanPangdam III Siliwangi Mayjen Rasyid Qurnuen Aquari. Dalam penegasannya, Rasyid minta Babinsa berperan aktif mencari informasi akurat dan benar untuk mempermudah koordinasi TNI dan Polri dengan aparat daerah.

Rasyid bahkan minta desk antiterornya mengawasi tiga wilayah di Jawa Barat yaitu: Bogor, Kuningan dan perbatasan Banten. ”Diawasi karena ada sejarah di daerah itu dan kita tidak bisa melupakannya” ujarnya.

* * *

Syaifudin, Syahrir, dan Ibrohim Ternyata Satu Keluarga

Kamis, 20 Agustus 2009

DEPOK, KOMPAS.com Dua dari empat buron polisi yang diduga terkait jaringan teroris ternyata kakak beradik. Mereka adalah Muhammad Syahrir (Aing) dan Syaifudin bin Djaelani atau Syaifudin Zuhri alias Udin alias Sole.

Satu lagi anggota keluarga besar Djaelani Irsjad juga diduga terlibat jaringan teroris, bahkan tewas dalam penggerebekan di Temanggung. Dia adalah Ibrohim, suami Sucihani yang merupakan anak keenam dari delapan anak Djaelani.

Informasi yang dihimpun Kompas.com dari warga di Jalan Giring-giring II RT 09 RW 10 Sukmajaya, Depok II Tengah, Jawa Barat, Kamis (20/8), menyebutkan, Djaelani Irsjad tinggal di Perumnas Depok sejak 1979, ketika perumahan yang dibangun pemerintah itu masih sepi.

Di mata bekas tetangganya, keluarga Djaelani Irsyad dikenal sebagai keluarga yang taat beragama. Setidaknya itu penuturan Sutarmanto (59), Ketua RT 09, saat ditemui di rumahnya yang hanya beberapa langkah dari rumah bekas keluarga Djaelani di Depok, Rabu (19/8). "Djaelani itu di sini sesepuh. Di masjid pun sesekali menjadi imam," ujar Sutarmanto.

Djaelani punya delapan anak. Secara berurutan, kedelapan anaknya itu adalah Dermo Prihatno (DP), Anugerah (An), Muhammad Syahrir (Aing), Sabil Kurniawan (Abing), Syaifudin Zuhri (Udin), Sucihani (istri Ibrohim, korban tewas dalam penggerebekan di Temanggung yang juga disebut-sebut sebagai calon pelaku bom bunuh diri dalam aksi pengeboman berikutnya), Subhi (Cu'i), dan Eri. Putranya yang ketiga, Mohamad Syahrir alias (Aing), dan kelima, Syaifudin Zuhri alias Udin alias Sole, menjadi DPO.

"Dibilang fanatik sebetulnya juga tidak. Biasa saja. Cuma sesekali terlihat ada pengajian di rumahnya. Biasanya pintu rumah ditutup rapat-rapat, gorden juga ditutup, jadi kami tidak tahu persis kegiatan di dalamnya, apakah seperti pengajian pada umumnya atau bukan, kami tidak tahu," ujar pensiunan polisi ini.

Djaelani berdomisili di Depok sejak tahun 1979. Saat itu, Perumahan Nasional (Perumnas) Depok rata-rata baru ditempati. Menurut Sutarman, delapan putra-putri Djaelani ketika itu masih kecil dan remaja. Djaelani sendiri waktu itu menjadi ketua RT pertama di wilayah tersebut.

"Perangainya sangat halus karena memang ia sendiri seorang guru. Meskipun jarang keluar rumah, orangnya suka menegur orang lain. Anak-anaknya juga ramah. Mereka bergaul sebagaimana anak-anak lain sebayanya di sini," ujarnya.

Pindah ke Kuningan

Tahun 1996, Djaelani menjual rumahnya yang terletak di Jalan Giring-giring No 104 itu. Dia lalu memboyong anak-anaknya pindah ke Kuningan, Jawa Barat. Di Kuningan jugalah, Ibrohim yang bekerja sebagai florist di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton meninggalkan Sucihani dan anak-anaknya. Ibrohim sendiri selama di Jakarta pernah tinggal di Cililitan, Mampang, dan Karet Kuningan.

Rumah bercat kuning yang pernah dimiliki Djaelani itu sekarang ditinggali sebuah keluarga. Sutarmanto mengatakan, keluarga empunya tersebut adalah pemilik ketiga sejak Djaelani menjualnya.

"Tidak ada, di sini sudah tidak ada lagi keluarga ataupun sanak saudaranya," ucap Sutarmanto.

Terakhir, kata Sutarmanto, hanya Sucihani dan suaminya, Ibrohim, yang sempat kembali ke kawasan tersebut sekitar tahun 2003. Namun, keberadaan pasangan yang dikaruniai dua anak ini pun hanya bertahan selama enam bulan.

"Tidak tahu persis di mana. Bahkan, mereka pindah ke sini pun kami tidak tahu. Tahu-tahu, lho kok sudah mengontrak di sebelah," ujar Sutarmanto seraya menunjuk dinding rumah sebelahnya yang bernomor 179.

Belum jelas perannya

Hingga Kamis petang ini, polisi belum juga menyebutkan peran masing-masing orang yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) itu. Dari empat orang, yang sudah agak jelas perannya adalah Syaifudin yang sejak awal disebut sebagai perekrut calon pelaku bom bunuh diri.

Syaifudin pernah mengontrak rumah di Telaga Kahuripan Bogor dan dikenal dekat Dani Dwi Permana, pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott. Diduga kuat, Syaifudin jugalah yang merekrut Nana Ikhwan Maulana, pelaku bom bunuh diri di Hotel Ritz-Carlton.

Sementara itu, Syahrir, Bagus Budi Pranoto alias Urwah yang asal Kudus, dan Ario Sudarso yang disebut beralamat di Kendal dan Tegal, sampai saat ini belum diketahui persis perannya dalam peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton. Hanya disebutkan bahwa Bagus pernah dihukum karena terlibat peledakan bom di Kedutaan Besar Australia yang habis masa hukumannya pada tahun 1997.

Syahrir alias Aing diketahui pernah tinggal di Kompleks Garuda, Teluknaga, Tangerang, Banten, tetapi ternyata ia dan keluarganya sudah pindah sejak tahun 2004.

* * *
Dana Bom JW Marriott dan Ritz-Carlton dari Dalam Negeri?

Kamis, 20 Agustus 2009

DEPOK, KOMPAS.com — Aparat kepolisian saat ini tengah menyelidiki asal-muasal dana yang diperoleh oleh para teroris dalam melakukan aksi di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, beberapa waktu lalu.

Kepala Desk Antiteror Polhukam Ansyaad Mbai menilai, dana untuk aksi peledakan di dua hotel tersebut kemungkinan berasal dari dalam negeri. Pasalnya, dana yang dibutuhkan untuk aksi di Mega Kuningan itu menurutnya tidak terlalu besar.

"Pendanaan itu bisa saja dari dalam negeri karena pendanaannya tidak terlalu besar untuk yang terakhir (peledakan Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton)," ujarnya kepada wartawan seusai peluncuran bukuDeradikalisasi Terorisme di Gedung FISIP Universitas Indonesia, Depok, Kamis (20/8).

Berapa kira-kira dana yang dikeluarkan oleh teroris untuk melakukan aksi peledakan di dua hotel tersebut? Arsyad menjawab, "Tinggal kalian hitung saja berapa banyak biaya yang mereka keluarkan selama tinggal di sana (di kamar 1808 Hotel JW Marriot) dan berapa biaya merakit bom," tuturnya.

* * *
Deradikalisasi Terorisme, Program Pemberantasan Terorisme

Kamis, 20 Agustus 2009

DEPOK, KOMPAS.com — Penanganan masalah terorisme begitu kompleks sehingga memerlukan keterlibatan dan peran serta dari berbagai disiplin ilmu. Serentetan aksi teror yang marak terjadi dalam satu dasawarsa terakhir telah memacu Dr Petrus Reinhard Golose, salah seorang dosen luar biasa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, untuk menulis suatu program tentang deradikalisasi terorisme.

Program deradikalisasi terorisme sendiri merupakan salah satu program yang dinilai dapat membantu upaya pemberantasan terorisme. "Sebab, bagaikan membersihkan rumput ilalang walau sudah ditebas dan dibakar akan tumbuh kembali dengan cepat, pemberantasan terorisme harus dilakukan sampai ke akar-akarnya dan harus pastikan tidak ada yang tertinggal," ujar Petrus dalam sambutannya di acara peluncuran bukuDeradikalisasi Terorisme di Gedung F FISIP Universitas Indonesia, Depok, Kamis (20/8).

Dalam program deradikalisasi, menurutnya, terdapat tiga kunci yang amat penting, yakni humanis, soul approach, dan menyentuh akar rumput. Humanis berarti upaya pemberantasan terorisme haruslah sesuai dengan upaya penegakan hak asasi manusia.

Selain itu, pemberantasan terorisme, menurutnya, harus mampu menciptakan kesejahteraan, kesetaraan, dan keadilan bagi seluruh masyarakat, bagi para tersangka, ataupun terpidana terorisme. "Soul approachartinya pemberantasan terorisme dilakukan melalui suatu komunikasi yang baik dan mendidik antara aparat penegak hukum dan para tersangka ataupun narapidana terorisme, bukan dengan cara-cara kekerasan dan intimidasi," tuturnya.

Sementara itu, kunci terakhir, menyentuh akar rumput, adalah suatu program yang tidak hanya ditujukan kepada para tersangka ataupun terpidana terorisme, tetapi program ini juga, menurutnya, diarahkan kepada simpatisan dan anggota masyarakat yang telah terekspos paham-paham radikal. "Serta menanamkan multikulturalisme kepada masyarakat luas," katanya.

Di dalam buku yang memiliki tebal 143 halaman itu dijabarkan tentang permasalahan terorisme di Indonesia dan luar negeri.

* * *
Noor Din Diduga Lari ke Perbatasan

Kamis, 20 Agustus 2009

TEMPO Interaktif, Jakarta - Noor Din M. Top diperkirakan sudah berada di perbatasan Kalimantan Timur-Malaysia sejak 20 Juli 2009, tiga hari setelah pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton. "Polisi sedang mencarinya di sekitar Sebatik-Nunukan," kata sumber Tempo kemarin.

"Dia sedang menunggu jemputan dari jaringannya untuk menuju Tawao, Malaysia," ujarnya. Ia menuturkan, Noor Din ingin bersembunyi di Malaysia selama Ramadan. Sumber itu pun yakin Noor Din akan aman di negeri asalnya itu.

Noor Din menuju Kalimantan Timur lewat laut dari Jawa Timur. "Dia lolos karena mengenakan cadar."

Ia menjelaskan, jaringan yang membantunya itu juga yang memuluskan pelarian Ali Imron, pelaku Bom Bali I, sebelum akhirnya dicokok di Kalimantan. Mereka pula yang berlatih perang di Kalimantan dengan sasaran foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Polisi mengetahui pelarian itu setelah menyadap hubungan telepon jaringan Noor Din di Jawa Timur hingga ke Kalimantan Timur. Polisi pun yakin, ketika Mega Kuningan diledakkan, Noor Din sudah berada di Jawa Timur. Tapi jejak mereka terputus pada 20 Juli 2009. "Diperkirakan tanggal itu dia sudah di perbatasan Kalimantan Timur-Malaysia," ucapnya.

Menurut sumber itu, jaringan yang membantu Noor Din adalah bekas anggota Laskar Kompak Kayamaya, Poso, plus aktivis NII yang berada di Filipina Selatan. "Tapi sampai sekarang mereka belum mendapat akses untuk menyeberangkan dia," katanya.

Juru bicara Polri, Inspektur Inspektur Jenderal Nanan Soekarna, belum bisa dimintai konfirmasi. Sejak kemarin sore ia tak menjawab telepon dari Tempo. Pesan pendek pun tak dibalas.

Juru bicara Kepolisian Daerah Kalimantan Timur, Komisaris Besar Rudi Pranoto, menyatakan belum ada penangkapan teroris. Namun, kemarin siang, sekitar 11.00 Wita, enam personel reserse kriminal Polda Kalimantan Timur dan lima anggota Brigade Mobil meninggalkan kantor polda dengan senjata lengkap. Sambil bergegas, pasukan itu menolak menyebutkan tujuan serta target operasi.

Di Jakarta, polisi kemarin melansir empat nama yang diduga terlibat dalam aksi pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di Jakarta bulan lalu. Tiga di antaranya ''nama baru'': Mohamad Syahrir, Bagus Budi Pranoto, dan Ario Sudarso alias Mistam Husamudin. Satu tersangka lainnya sudah kerap disebut sebelumnya, yakni Syaifudin Zuhri, 33 tahun.

Peran Syaifudin sudah diketahui. Dia sebagai perekrut pelaku bom bunuh diri Marriott-Ritz. Tapi polisi masih mendalami peran ketiga buron lainnya. "Terlibatnya macam-macam, ada yang kurir," kata Kepala Badan Reserse Kriminal Komisaris Jenderal Susno Duadji di kantornya kemarin.

Sumber Tempo mengungkapkan, ketiga buron itu berperan menyiapkan urusan teknis pengeboman Marriott-Ritz dan, selanjutnya, pembunuhan Presiden di Puri Cikeas. "Nama mereka itu disebut oleh para tersangka yang sudah tertangkap, seperti Amir Abdillah," ujarnya.

* * *
Ada Laporan Warga yang Lihat Noordin di Jakarta
Kamis, 20 Agustus 2009

JAKARTA--MI: Polri sudah menyebarkan foto gembong teroris Noordin M Top dan empat teroris yang masuk daftar pencarian orang (DPO) kasus JW Marriot.

"Respons masyarakat sungguh positif. Ada beberapa yang menghubungi polisi dan memberikan informasi," ujar Wakadiv Humas Polri Brigj Sulistyo Ishak di Jakarta, Kamis (20/8).

Menurut Sulistyo, ada warga yang menghubungi polisi dan mengatakan melihat Noordin M Top di Jakarta. "Informasi ini sudah kita teruskan ke Bareskrim. Semua informasi pasti ditindaklanjuti Polri," ujar Sulistyo. Selain itu, juga ada yang memberitahukan melihat Syaifudin Zuhri bin Djaelani perekrut pengantin bom bunuh diri. Dia dilihat di sekitar Bogor. "Informasi ini pun sudah ditindaklanjuti Bareskrim Polri," tegas Sulistyo.

Dengan adanya respons positif dari masyarakat selama ini, sangat mambantu Polri dalam memerangi terorisme. Karenanya, diharapkan agar respons positif ini terus berlanjut dan tidak diganggu oleh orang iseng yang memberi informasi yang menyesatkan.

Sementara itu, pencarian empat DPO kasus JW Marriot masih terus dilakukan. Keempat yang dicari adalah Syaifudin Zuhri, dan Bagus Budi Pranoto alias Urwah merupakan residivis yang pernah mendekam dalam penjara 3,5 tahun di LP Cipinang sejak 2004 karena pernah menyembunyikan Noordin M Top dan Dr Azhari.

Sedangkan dua orang lagi DPO adalah Ario Sudarso alias Suparjo Dwi Anggoro alias Dayat alias Mistam Husamudin dan Mohamad Syahrir alias Aing. Peran keduanya masih dalam penyidikan. Sedangkan Ali Muhamad Abdullah di Nagreg, Jabar, dan Iwan di Kuningan, Jabarm yang ditangkap karena diduga pemasok dana dalam aksi peledakan bom Marriot masih diperiksa intensif. (San/OL-04)



* * *


Syamsul Maarif tidak Sepaham dengan Noordin M Top

Kamis, 20 Agustus 2009

BANDARLAMPUNG--MI: Syamsul Maarif, 53, pria yang sempat ditangkap Densus 88 Mabes Polri di Kelurahan Kedamaian, Kota Bandarlampung, Lampung, atas tuduhan terlibat jaringan Slamet Kastari, mengaku tidak sepaham dengan tindakan dan aksi terorisme yang dilakukan Noordin M Top.

"Saya tidak bersimpati dengan ajaran mereka, karena menurut saya apa yang mereka lakukan tidak sesuai dengan ajaran Islam," kata Syamsul Maarif, di Bandarlampung, Rabu (19/8).

Syamsul ditangkap oleh Densus 88 Anti teror Mabes Polri pada 22 Juni 2009, namun polisi tidak dapat membuktikan keterlibatannya dalam jaringan terorisme. Dia hanya dijerat dengan Undang undang Keimigrasian.

Meski demikian, dia mengaku mengenal ketiga gembong teroris itu, saat sedang menuntut ilmu di Pondok pesantren Lukmanul Hakim, Johor, Malaysia. "Saya kenal dengan Noordin M Top, Slamet Kastari, dan Dr Azahari, saat 'mondok' di Lukmanul Hakim, Johor, Malaysia, beberapa tahun lalu," kata Syamsul di Bandarlampung.

Syamsul mengenal Noordin, Azahari, dan Slamet, saat ketiganya masih sebagai pengajar di Pesantren Lukmanul Hakim, di Johor, Malaysia. "Saya mengikuti pengajian mereka juga, pada kurang lebih 10 tahun lalu," kata dia.

Pria warga negara Singapura itu mengaku mengikuti pengajian itu untuk mempelajari akidah Islam, tanpa adanya niat melakukan tindakan kekerasan sebelumnya. "Saya hanya mengenal mereka sebagai guru, bukan secara pribadi," dia menerangkan.

Meski demikian, pada 2001, dia mengaku sempat pergi ke Afghanistan, untuk mengikuti pelatihan peperangan di sana, dan tidak kembali ke Singapura. "Sejak pulang dari Afghanistan itulah, saya memutuskan untuk tidak kembali ke Singapura, dan menetap di Malaysia dengan paspor Singapura bersama anak dan istri," kata dia.

Selama dua tahun tinggal di Malaysia, dia mengaku menyekolahkan anaknya juga di Pesantren Lukmanul Hakim, Malaysia, dan kembali berjumpa dengan ketiga gembong teroris itu. "Saya bertemu mereka saat menjemput anak saya dan setiap membayar biaya pendidikan yang setiap bulan besarnya 157 ringgit Malaysia," kata dia.

Dia mengatakan, sama sekali tidak terlibat dengan jaringan ketiga gembong teroris itu, karena tidak memiliki kesamaan pandangan tentang hal yang sama, yaitu jihad. "Saya ke Indonesia karena alasan keamanan," kata dia.

Selama di Indonesia, dia pernah tinggal di Tanjung Batu, Riau pada Maret 2003 dan sempat berpindah-pindah bersama anak istrinya, mulai dari Jambi, Tulung Agung, hingga ke Malang, dan pada tahun 2006, bersama salah satu anak laki-lakinya tinggal di Bandarlampung.

Syamsul ditangkap oleh Densus 88 Anti teror Mabes Polri pada 22 Juni 2009, dengan tuduhan terlibat jaringan teroris Slamet kastari, namun hal tersebut tidak dapat dibuktikan polisi, sehingga dia hanya dijerat dengan Undang-undang keimigrasian. (Ant/OL-03)



* * *

Inilah Kisah Pernikahan Buron Densus 88

Rabu, 19 Agustus 2009

TEMPO Interaktif, Cirebon - Pernikahan Saefudin Juhri alias Saefudin Jaelani, teroris yang menjadi buronan polisi, dengan Kholifah Sari, warga Kelurahan Perbutulan, Sumber, Kabupaten Cirebon, tercatat di di Kantor Urusan Agama Sumber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Ketua KUA Sumber, Diki Fahrudin, memperlihatkan arsip catatan pernikahan Saefudin dengan Kholifah. Menurut dia, pernikahan tersebut terjadi pada tanggal 25 Juli 2000.
Dalam arsip tertulis pernikahan atas nama Saefudin Juhri dengan alamat Dusun Kliwon RT 28/10, Desa Sampora, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan.

Alamat tersebut sama persis dengan alamat Ibrohim, teroris yang tewas dalam penyergapan jajaran Detasemen Khusus 88 di Tumenggung, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. "Tercatat di sini Saefudin Juhri menikah saat berusia 22 tahun dengan pekerjaan masih sebagai mahasiswa," kata Diki.

Namun, Diki tidak mengetahui bagaimana prosesi pernikahan tersebut, karena waktu itu dia belum menjabat sebagai kepala KUA dan berdasarkan yang tercatat di arsip, yang menikahkan keduanya adalah Kepala KUA Iyun Mahsyuni.

Sedangkan yang menjadi wakil wali keluarga pihak keluarga Kholifah waktu itu Abdul Jalil. "Saya sempat menanyakan soal ini ke Ustadz Jalil, katanya Saefudin waktu itu masih kuliah di Timur Tengah," lanjutnya.

Abdul Jalil, yang ditemui di pondok pesantren asuhannya Al-Ikhlas tak jauh dari rumah Kholifah, membenarkan pernah menjadi wakil wali dari keluarga Kholifah. Dari perbincangan dengan keluarga Kholifah waktu itu diketahui Saefudin merupakan mahasiswa Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir.

"Waktu resepsi pernikahan Saefudin mengenakan busana yang beda dari pengantin pada umumnya. Dia memakai jubah dan penutup kepala seperti pakaian Timur Tengah," kata Abdul.

Abdul Jalil meyakini Kholifah hanya sebagai korban dari perbuatan Saefuddin, yang diduga sebagai teroris. Menurut Abdul, dirinya selama mengajar mengaji tidak pernah mengarahkan santrinya untuk berjihad seperti yang dilakukan para teroris.

"Saya menyayangkan salah satu santri saya menjadi korban akibat perbuatan teroris tersebut. Yang saya tahu Kholifah sekarang punya dua anak yang masih kecil-kecil. Ia stres berat," ujarnya.

Sementara itu, Kholifah yang baru beberapa hari pulang dari kontrakkannya di Bogor, hingga saat ini masih menutup diri. Berdasarkan penuturan ketua RT setempat, Abdul Wahid, Kholifah kondisinya masih syok atas musibah ini. Hal ini terlihat dari gelagatnya yang seperti orang linglung dengan pandangan kosong, dan sulit diajak bicara.

Rumah yang ditempati Kholifah sekarang bersama orang tuanya di RT 08/3 Blok Kleben, Keluarahan Perbutulan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, tampak tertutup rapat.

* * *

PERCAKAPAN 1: ALLAH BERUBAH PIKIRAN


T = Dear Mas Leo,

Lately, saya selalu menunggu notes anda muncul. Bila sehari tidak ada saya kangen berat gitu. Rasanya something happens in my mind after reading your notes. Mirip racun yg menetralkan keracunan saya akan konsep-konsep ketuhanan.

Btw, beberapa notes anda sepertinya hanya menghajar mereka yg terperangkap kuasa gurun pasir. Ok sih, tetapi bagaimana dengan mereka yg tercengkeram kuasa gelap lainnya semisal kuasa sungai Gangga, kuasa Roma, kuasa Barat dll ? Berikan mereka pukulan yg sama kerasnya biar ego mereka tidak tumbuh karena senang lawan mereka (kuasa gurun pasir) ditelanjangi habis-habisan oleh notes anda.

J = Kuasa gurun pasir sedikit banyak mencengkeram kita semua, termasuk saya juga.

Can you believe it, masa saya sampai pernah percaya bahwa berpuasa itu ibadah ? Pedahal ibadah kepada siapa ? Kepada Allah? While, as a matter of fact, puasa berkala memang baik bagi kesehatan kita. Dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama kecuali bagi mereka yg masih mau pikirannya tergantung kepada perkataan para ulama.

Ulama bilang pahala kita bertambah kalau kita puasa di bulan Ramadhan. Pahala kita bertambah kalau kita sembahyang. Pahala kita bertambah kalau kita berderma. In the end, kita seperti ngumpulin pahala buat masuk Surga. Pahala is tabungan buat beli tiket masuk Surga.

Tapi akhirnya saya sadar bahwa ternyata saya dibohongi. Ternyata itu semua akal-akalan dari institusi agama dan perangkatnya berupa belief systems. Gurun pasir is agama Yahudi, Nasrani dan Islam. Dan bukan cuma Islam saja. Agama-agama Timur Tengah boleh bilang semuanya agama gurun pasir. Semuanya aslinya mengharamkan babi dan mewajibkan sunat. Yahudi, Nasrani awal dan Islam sama-sama mengharamkan babi dan mewajibkan sunat bagi pria dengan alasan Allah yg suruh. Pedahal Allah bisa berubah pikiran juga.

Kalau kita berubah pikiran maka Allah berubah pikiran.

Contoh: Daging babi yg aslinya haram buat orang Yahudi akhirnya menjadi halal buat pengikut Nasrani. Pedahal ayat yg bilang babi itu haram jadah masih ada di kitab suci yg digunakan oleh orang Nasrani juga. Adanya di dalam hukum-hukum yg dikenal sebagai Taurat Musa. Musa ini seorang tokoh mitologis yg dipercaya memberikan hukum-hukum dari Allah untuk bangsa Yahudi.

Tetapi ribuan tahun setelah Musa menutup mata, seorang murid Yesus yg bernama Petrus tiba-tiba tertidur setelah sembahyang lohor. Tertidurnya di atap rumah di Palestina. Dalam mimpinya dia melihat ada berbagai macam hewan yg diharamkan oleh Allah dibawa turun ke hadapannya di atas selembar kain yg dibentangkan. Presumably ada juga hewan babi yg status up to date-nya haram jadah saat itu. Lalu Petrus mendengar suara yg bilang something like:

"Apa yg telah diciptakan Allah halal untuk dimakan."

Dan itulah asal-usulnya sehingga babi menjadi salah satu menu santapan orang Nasrani sampai sekarang. Jadi, Allah bisa berubah pikiran juga. Apa yg Allah bilang kepada Musa kemudian dicabut lagi oleh sang Allah. Allah muncul kepada Musa dalam penglihatan atau pemikiran, dan Allah muncul di Petrus berupa suara: Makanlah !

Sunat yg diwajibkan oleh Allah juga akhirnya dianulir sendiri. Oleh Allah juga. In this case Allah berbicara melalui sekumpulan orang yg berembuk di Yerusalem tentang status titit orang-orang yg percaya kepada Yesus dan tidak disunat. Tidak disunat karena mereka bukan orang Yahudi. Pedahal Yesus itu Yahudi dan his titit disunat. Akhirnya dirembukkanlah issue sunat or not, dan ternyata berhasil dicapai kesepakatan bahwa hukum potong ujung penis tidak berlaku bagi pengikut Yesus yg bukan orang Yahudi. Dua contoh di atas memperlihatkan bahwa apa yg kita bilang Allah suruh ini atau suruh itu merupakan sesuatu yg munculnya di dalam pikiran kita saja. Konsep saja.

Penglihatan yg dialami oleh Musa akhirnya ditulis. Ditulisnya ratusan tahun setelah Musa hidup. Kita sendiri tidak bisa membuktikan secara pasti bahwa Musa benar ada. Kemungkinan Musa cuma seorang tokoh mitologis saja yg dipercaya oleh suku-suku Ibrani sebagai orang yg membawa hukum-hukum dari Allah. Dan kepercayaan semacam itu sah saja.

Agama selalu bekerja seperti itu; bermula dari adanya orang-orang tertentu yg menciptakan mitos. Mitos bisa berupa datangnya malaikat Jibril membawa pesan dari Allah Remotullah. Bisa berupa Yesus yg mengaku sebagai anak dari Allah. Semuanya mitos belaka dan tidak ada salahnya.

Yg salah kalau kita tercengkeram oleh "kuasa gurun pasir" (dalam tanda kutip). Kuasa gurun pasir adalah sikap yg percaya mutlak bahwa kita tidak boleh menggunakan otak kita karena segalanya telah diberikan oleh Allah melalui para nabinya. Pedahal kisah para nabi itu juga mostly mitos saja. Terjadinya ribuan tahun lalu, dan isinya bermacam-macam yg belum tentu relevan dengan kehidupan kita masa kini.

Daud membantai orang atas nama Allah, misalnya. Dan Allah di situ tertawa ha ha ha... Malah menjanjikan bahwa Dinasti Daud akan bertahan selama-lamanya.

Tetapi yg dituliskan itu adalah pemikiran dari si manusia sendiri. Pemikiran dari Daud yg berdialog dengan Allah yg ada di dalam pikirannya sendiri. Allah itu cuma konsep yg ada di kepala Daud. Tetapi Daud tidak mengerti itu, dia pikir bahwa benar ada Allah, ternyata cuma konsep saja. So,... kita sekarang sudah mengerti bahwa apa yg kita sebut sebagai Allah ternyata cuma suatu konsep yg berada di dalam pikiran kita. Kita ajak Allah berdialog. Kita sembahyang, mengumpulkan pahala, etc... Pedahal kita cuma berdialog dengan kesadaran di diri kita sendiri saja.

Pengertian di atas sangat basic bagi perjalanan spiritual seorang manusia. Kalau manusianya masih bertahan mati-matian bahwa benar ada Allah yg datang ke nabi-nabi itu, maka berarti manusianya masih berada di level rendah. Level syariat. Ini tingkat terbawah dalam spiritualitas manusia. Dan tidak salah juga karena itu hidup dia sendiri. Sayangnya, manusia yg spiritualitasnya di level bawah ini merasa bahwa dia sudah memegang rahasia alam semesta karena mengikuti "petunjuk" (dalam tanda kutip) yg diberikan oleh Allah.

Petunjuk itupun, kalau mau diteliti, merupakan hasil pemikiran dari manusia juga. Berbagai macam orang memiliki vested interests di dalam agama. Demi kekuasaan, demi uang, demi penggalangan tenaga manusia. Dan pemikiran manusia-manusia yg memiliki vested interests itu dibakukan dalam ajaran agama. Kita yg spiritualitasnya sudah jauh lebih dewasa tentu saja tahu itu.

Kita tahu bahwa puasa di bulan Ramadhan dan sholat lima waktu merupakan metode ampuh untuk mengontrol populasi. Kalau masyarakat bisa diyakinkan bahwa apa yg kita ajarkan berasal dari Allah dan mempraktekkannya dengan bukti puasa di bulan Ramadhan dan sholat lima waktu, maka berbagai kemungkinan lainnya akan terbuka bagi kita. Kita bisa minta untuk dipilih menjadi pemimpin. Kita bisa menggerakkan massa untuk mencaci-maki Amerika dan Israel, misalnya. Kita bisa membuat Bank Syariah. Bisa menikahi empat wanita sekaligus. Bisa saja.

Kuasa gurun pasir adalah yg ngotot mempertahankan bahwa segalanya berasal dari Allah, pedahal semuanya berasal dari manusia biasa-biasa saja, yg tidak ada bedanya dengan anda dan saya. Saya tidak bilang bahwa kuasa gurun pasir adalah kuasa "gelap" (dalam tanda kutip). Tidaklah. Kalau dilihatnya siang hari seperti sekarang, tentu tidak gelap bukan ?

Yg jelas, sebagai manusia yg berniat menapaki spiritualitas yg asli, kita sudah mengerti bahwa Allah bisa berubah pikiran. Allah yg berbicara kepada Musa tidak sama dengan Allah yg berbicara kepada Petrus. Alalh yg berbicara kepada anda tidak sama dengan Allah yg berbicara kepada saya. As a matter of fact, Allah berbicara berbeda-beda, unik. Allah berbicara kepada tiap orang sesuai dengan kebutuhannya.

Allah cuma konsep saja yg kita gunakan untuk dialog dengan diri kita sendiri. Itu pengertian yg paling asli dan bebas merdeka.

Aliran-aliran keagamaan lainnya seperti Hindu dan Buddha lebih mengerti apa yg saya tuliskan. Mereka tahu bahwa ada kesadaran lebih tinggi yg bisa berbicara langsung kepada manusia. Tidak ada pemaksaan untuk "beriman" (dalam tanda kutip) seperti dipraktekkan oleh agama-agama Semit yg berasal dari gurun pasir. Yahudi, Nasrani dan Islam termasuk agama-agama gurun pasir karena mengharuskan syahadat dan syariat. Untungnya sebagian besar dunia Nasrani dan Yahudi sudah tercerahkan. Dan sekarang boleh bilang kita satu dunia bersatu membantu Islam untuk keluar dari bawah tempurung.

Cara saya cuma bilang bahwa kitab suci itu buatan manusia, syariat itu buatan manusia, segala macam syariat tentang ibadah, puasa, zakat, qurban, haram halal, sunat, jilbab, etc... merupakan buatan manusia. Karena buatan manusia maka bisa kita ubah. Ketika kita ubah maka kita bilang bahwa Allah berubah pikiran.


+

PERCAKAPAN 2: MASIH KETINGGALAN JAUH


T = Kalu aku bisa menyimpulkan bahwa argumen yang Mas Leo tawarkan itu adalah soal agama Islam lebih tinggi derajatnya daripada agama lain, but yang aku concernkan adalah bahwa menurut fakta di lapangan bahwa agama itu bukanlah OBAT AMPUH untuk MEMBAIKKAN MORALITAS MANUSIA.

J = Saya terkadang menulis dengan gaya sarkastik. Dibandingkan dengan agama lain maka Islam derajatnya lebih "tinggi" (dalam tanda kutip). Yg bilang seperti itu adalah mereka yg fanatik Islam dan menjunjung tinggi agama di atas kepala mereka. Benar lebih tinggi bukan ? Lebih tinggi karena selalu dijunjung di atas kepala.

T = Kalu menurut dakoe nie kita harus lebih honest melihat kenyataan. Kita harus berani ngomong kalu penerapan agama itu tidak bisa membaikkan moralitas manusia. Setuju Gak ?

J = Setuju.

Indonesia ini bukan kekurangan agama melainkan kelebihan. Agama di Indonesia sudah overdosis sehingga manusia menjadi keracunan. Kita terbelenggu oleh cara berpikir mereka yg hidup sebelum kita dan sumpah mati bahwa benar ada Allah yg memberikan kitab suci melalui Jibril, bahwa ada syariat yg harus diikuti kalau mau masuk ke dalam Surga. Ini semuanya pembodohan massal dan tidak membawa perbaikan moral. Yg ada justru pembusukan moral. Di mulut bilang demi Allah, tetapi tetap korupsi juga. Allah is semacam jajanan di Indonesia. Setiap orang bisa beli di warung dan menggunakannya. Just say it: demi Allah. Very easy.

T = Yang baik itu kalu orang sudah berkesadaran. Apapun kendaraan agama mereka kalu orangnya pingsan terhadap maksud dari dilahirkannya agama itu sendiri... yaa sama juga bo’ong.

J = That's what I have been saying until now. Kesadaran,... itu yg penting. Kita semua memiliki kesadaran yg bisa dipakai untuk berpikir. Agama itu buatan manusia, bisa kita ubah. Alalh saja bisa kita bikin, kenapa tidak bisa kita ubah ?

Yg membikin dan mengubah Allah adalah kita sendiri. You, me, and everybody else. The problem is, ada yg sudah sadar bahwa kita sendirilah yg membuat Allah, dan ada yg bilang bahwa Allah yg membuat dirinya. Pedahal sebenarnya kitalah yg membuat Allah. Kita konsepsikan ada Allah yg menciptakan alam semesta dan segala isinya. Konsep itu dari kita, kita yg buat. Lalu kita bilang bahwa the Allah menurunkan syariat untuk dijalankan dengan susah payah oleh manusia supaya masuk Surga. Pedahal the syariat itu juga kita sendiri yg buat. Kita yg bilang seperti itu.

T = Topografi agama di Indonesia itu harus dilihat jelas ya khan. Meby kalu dikatakan gagal 100%, musti banyak yang ga terima. Tetapi meby kalu kita bisa liat indikator dari moralitasnya... yaah we can see ourselves-lah, Indonesia urutan ke berapa soal korupsi dari negara-negara di dunia ?

J = Indonesia termasuk ranking teratas sebagai negara terkorup di dunia. Mungkin urutan ketiga atau keempat, I'm not sure. Dan itu atas ridho Allah.

T = Departemen Agama urutan ke berapa soal korupsi di Indonesia tercinta kita ini… nah itulah indikatornya.

J = Departemen Agama sangat tersohor sebagai salah satu departemen terkorup di Indonesia, kalau bukan yg terkorup. Dan itu atas ridho Allah juga.

T = So, meby penerapan agama itu gagal 85-90% , yang 10 % itu buat orang-orang yang bermoral baik setelah beragama. Bagaimanapun, mau tidak mau, tidak bisa lepas dari Islam yang menjadi sorotan, karena mayoritasnya beragama Islam getho loh…

J = Kalau saya pura-pura bodoh, maka saya akan selalu menyalahkan para oknum. Yg salah oknumnya dan agamanya tetap benar. Kalau saya mau jujur, maka saya akan bilang bahwa ini semua disebabkan oleh terlalu banyaknya dosis agama di Indonesia.

T = Harusnya MUI itu lebih mementingkan kategori korupsi. Mana yang masih halal dan mana yang sudah haram, termasuk juga fee / komisi yang halal dan komisi yang haram, daripada hal-hal yang ga krusial diurusin ya khan ?

J = Bagi MUI hukumnya haram untuk bilang bahwa korupsi haram. Kalau korupsi diharamkan, maka pemasukan lembaga-lembaga agama akan berkurang. Don't you know bahwa setiap koruptor pasti akan menyumbang lembaga agama as well as anak yatim ? Korupsi yg disumbangkan sebagian demi agama akan bisa menyogok Allah sehingga mau menerima sang koruptor di sisinya kalo mati nanti.

T = So, kalu menyangkut organisasi apalagi, well cuman ada tiga kepentingan or trinitas dalam orang berorganisasi: politik / kekuasaan, agama, dan sosial – ekonomi. Itu juga menurutku dah jauh dari hakekat kebebasan sebagai manusia. Mereka jadi terikat dengan peraturan organisasi. Dan apalagi mau disetir oleh kepentingan individu yang punya hajat mendirikan organisasi itu sendiri. Koq mau yak ?

J = Mau ajalah. Selama ribuan tahun agama telah membuktikan dirinya sebagai penggalang dana dan tenaga yg paling unggul. Tidak terhitung banyaknya manusia yg mau disetir oleh agama. Mau melakukan apa saja karena dijanjikan Surga.

Untungnya masyarakat maju sudah meninggalkan agama. Agama Nasrani boleh bilang sudah ditinggalkan di negara-negara maju di Eropa Barat, Amerika Utara dan Australia. Yg penting bagi mereka bukanlah agama melainkan pemerintahan bersih, keadilan sosial, hak azasi manusia,... termasuk di sini kebebasan berekspressi, kebebasan beragama, kesetaraan gender dan kesempatan sama bagi semua manusia tanpa diskriminasi.

Kita di Indonesia masih ketinggalan jauh.


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .

Oleh: Hadi purnomo *

Seperti yang kita ketahui bersama krisis ekonomi telah meluluhlantakkan negara adidaya Amerika. Kondisi perekonomian Amerika Serikat memburuk dengan anjloknya tingkat konsumsi masyarakat akibat melambungnya harga bahan pangan dan minyak. Begitu juga dengan sektor perbankan seperti Duetsche Bank, UBS, Barclays Bank, Mitsubishi UFJ dan Mizuho yang memiliki investasi surat berharga kredit perumahan AS terkena getahnya dan merugi sangat besar. Sejumlah lembaga keuangan seperti Goldman Sachs, Bear Stearn, Fannie Mae dan Freddie Mac bangkrut.


Krisis yang berawal dari skandal kredit perumahan menekan perekonomian Amerika Serikat yang semakin hari semakin rapuh. Kondisi ini menyebabkan gejolak di bursa saham dan naiknya angka pengangguran seakan-akan semakin menegaskan keterpurukan Amerika Serikat akibat gelombang krisis. Guncangan yang melanda Amerika Serikat dan dunia membuktikan betapa labilnya perekonomian produk dari kapitalisme. Konsep ekonomi yang selalu mengagung-agungkan modal dan keuntungan seperti ini pasti akan melahirkan krisis. Penghisapan yang dilakukan untuk melipatgandakan modal tanpa memperhitungkan daya beli masyarakat membuat timbulnya krisis. Krisis ekonomi global bukan hanya terjadi saat ini saja, depresi besar terjadi pada tahun 1930 sampai menyebabkan perang dunia. Sejak saat itu warga dunia hampir tidak bisa tertidur lelap karena berulangnya krisis ekonomi global, krisis minyak tahun 1970-an, The Black Monday Oktober 1987 dan krisis moneter Asia 1997.

Krisis ekonomi global seperti gelombang tsunami yang menghancurkan tatanan perekonomian dunia termasuk Indonesia juga terkena dampak dari resesi yang terjadi di Amerika. Konsep industrialisasi yang terlalu menggantungkan modal asing mengakibatkan rakyat Indonesia harus menanggung kenaikan beban akibat kenaikan harga bahan pangan. Sementara jutaan buruh terancam di-PHK karena pabrik tidak lagi produksi dan itu berarti adalah hilangnya pendapatan rakyat dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Menurut data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Jakarta, korban PHK sampai dengan bulan Februari saja sudah mencapai 37.905 buruh dan buruh yang dirumahkan sebanyak 16.329 (Kompas, 5 Maret 2009). Dan kecenderungannyapun semakin hari angka tersebut semakin meningkat karena tidak hanya perusahaan-perusahaan yang memang menggantungkan produksi pesanan asing yang mem-PHK buruhnya, tetapi gejala ini juga diikuti oleh perusahaan-perusahaan lokal yang memang sengaja memanfaatkan isu krisis global. Mereka memotong biaya produksinya dengan melakukan pemutihan status/PHK, merubah status kerja tetap menjadi kontrak, mengurangi upah dan menambah jam kerja. Sungguh pilihan dilematis yang harus dihadapi buruh ketika krisis menghampiri. Buruh dipaksa untuk memilih PHK atau tetap bekerja dengan sistem kerja kontrak dan upah yang dikurangi. Ini diperparah dengan keluarnya kebijakan pemerintah dalam menanggulangi krisis yaitu dengan membuat SKB 4 menteri. Isinya mengintervensi pengupahan di daerah-daerah dengan tidak boleh melebihi pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 6 persen.

Kondisi ini harus disikapi secara serius oleh serikat buruh karena kalau tidak dengan banyaknya buruh yang ter-PHK dan bekerja kembali dengan sistem kerja kontrak, justru akan melemahkan perjuangan buruh. Buruh harus melakukan perlawanan dengan cara melakukan kampanye dan aksi penolakan PHK akibat krisis. PHK bukanlah solusi dari krisis permanen yang membelit bangsa ini sejak 1997-sampai sekarang. PHK justru malah mengurangi bahkan menghilangkan pendapatan rakyat dan itu berarti melemahnya daya beli masyarakat. Maka kemudian akan terjadi kemacetan pada alur distribusi pada barang dan jasa karena melemahnya konsumsi masyarakat.

Kebijakan pemerintah untuk mengatasi dampak krisis merupakan solusi di awang-awang yang malah justru menguntungkan para pemilik modal. Pemerintah lewat menteri tenaga kerja justru mendorong meningkatkan komunikasi bipartit (pengusaha dan buruh) yang itu malah akan membuat kaum buruh tidak berdaya dalam berhadapan dengan modal karena posisi tawarnya yang lemah. Kondisi yang demikian bisa dipastikan akan terjadi pengurangan upah dan bertambahnya jam kerja sebagai solusi kompromis untuk mencegah PHK. Belum lagi kebijakan pemerintah untuk melakukan stimulus fiskal dengan dalih untuk melakukan pendidikan ketrampilan korban PHK dan membuka lapangan kerja baru. Namun sekali lagi, hal ini hanya menguntungkan pemilik modal ketimbang buruh.

Maka serikat buruh, apapun warna benderanya, harus menyatukan pandangan dan langkah dalam menghadapi gelombang PHK massal. Serikat buruh harus mendorong optimalisasi peran pengawasan ketenagakerjaan dan melakukan pengawalan penindakan pelanggaran tindak pidana ketenagakerjaan. Hal ini membutuhkan keseriusan dan keuletan serikat buruh mengingat mental aparat penegak hukum yang sarat dengan korupsi dan kolusi dengan para pemodal. Dengan berpijak pada Undang-Undang No.3 tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan, serikat Buruh harus bisa mendesakkan standarisasi waktu penanganan kasus (tidak diatur dalam undang-undang). Karena bila tidak akan membuka peluang mengulur-ulur waktu penyidikan oleh PPNS (Pegawai Penyidik Negeri Sipil) yang sekongkol dengan pengusaha. Selanjutnya serikat buruh harus mampu mengawal sampai ke persidangan dan memastikan kasusnya tidak dipeti-es-kan. Tentu saja rangkaian pengawalan tersebut harus didorong dengan aksi-aksi buruh korban PHK dan pemberitaan media secara masif.

Serikat Buruh juga harus mewacanakan kembali konsep tentang nasionalisasi industri secara menyeluruh. Negara harus melakukan pemenuhan kebutuhan masyarakat, baik barang maupun jasa, secara mandiri dan tidak bergantung pada modal asing seperti yang dicita-citakan para pendiri bangsa ini. Nasionalisasi sendiri bukan hal yang baru di negara ini. Di era 50-an di bawah kepemimpinan presiden Soekarno, buruh pernah melakukan perebutan industri-industri milik Belanda dan pemerintah memberikan perlindungan hukum dengan mengeluarkan Undang-Undang No. 86 tahun 1958 tentang nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik pemerintah Belanda.

Perusahaan yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan strategis dinasionalisasi oleh negara, seperti perusahaan farmasi, perkebunan, listrik dan pertambangan. Saat ini perusahaan itu menjadi BUMN dan aset-aset hasil perjuangan kaum buruh itu satu per satu telah digadai ke pihak asing kembali. Meski kini pemerintah telah membuat jaminan terhadap investasi asing tentang tidak adanya upaya nasionalisasi lewat Undang-undang Penanaman Modal Asing (UU PMA), tetapi hal itu tidak boleh menyurutkan langkah kita untuk tetap memperjuangkan nasionalisasi industri.

Kini saatnya rakyat membukakan mata dan pikiran negara bahwa bangsa ini punya modal dengan kekayaan alam yang melimpah. Negara hanya perlu menerapkan sistem ekonomi alternatif yang bebas dari campur tangan pemodal. Sehingga kemampuan yang kita punyai untuk membangun bangsa ini bisa dimaksimalkan bukan hanya untuk menghindarkan dari PHK tetapi juga mampu melahirkan kesejahteraan dan rasa keadilan bagi seluruh rakyat yang selama ini miskin dan tertindas.


* Penulis adalah Pengurus Serikat Buruh Kerakyatan - Surabaya, sekaligus Anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Jawa Timur.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

Kumpulan berita ini juga disajikan di website http://umarsaid.free.fr


Berita berita ini dikumpulkan dari berbagai sumber





= = =





Syaifudin, Syahrir, dan Ibrohim Ternyata Satu Keluarga


Kamis, 20 Agustus 2009


DEPOK, KOMPAS.com Dua dari empat buron polisi yang diduga terkait jaringan teroris ternyata kakak beradik. Mereka adalah Muhammad Syahrir (Aing) dan Syaifudin bin Djaelani atau Syaifudin Zuhri alias Udin alias Sole.


Satu lagi anggota keluarga besar Djaelani Irsjad juga diduga terlibat jaringan teroris, bahkan tewas dalam penggerebekan di Temanggung. Dia adalah Ibrohim, suami Sucihani yang merupakan anak keenam dari delapan anak Djaelani.


Informasi yang dihimpun Kompas.com dari warga di Jalan Giring-giring II RT 09 RW 10 Sukmajaya, Depok II Tengah, Jawa Barat, Kamis (20/8), menyebutkan, Djaelani Irsjad tinggal di Perumnas Depok sejak 1979, ketika perumahan yang dibangun pemerintah itu masih sepi.

Di mata bekas tetangganya, keluarga Djaelani Irsyad dikenal sebagai keluarga yang taat beragama. Setidaknya itu penuturan Sutarmanto (59), Ketua RT 09, saat ditemui di rumahnya yang hanya beberapa langkah dari rumah bekas keluarga Djaelani di Depok, Rabu (19/8). "Djaelani itu di sini sesepuh. Di masjid pun sesekali menjadi imam," ujar Sutarmanto.

Djaelani punya delapan anak. Secara berurutan, kedelapan anaknya itu adalah Dermo Prihatno (DP), Anugerah (An), Muhammad Syahrir (Aing), Sabil Kurniawan (Abing), Syaifudin Zuhri (Udin), Sucihani (istri Ibrohim, korban tewas dalam penggerebekan di Temanggung yang juga disebut-sebut sebagai calon pelaku bom bunuh diri dalam aksi pengeboman berikutnya), Subhi (Cu'i), dan Eri. Putranya yang ketiga, Mohamad Syahrir alias (Aing), dan kelima, Syaifudin Zuhri alias Udin alias Sole, menjadi DPO.

"Dibilang fanatik sebetulnya juga tidak. Biasa saja. Cuma sesekali terlihat ada pengajian di rumahnya. Biasanya pintu rumah ditutup rapat-rapat, gorden juga ditutup, jadi kami tidak tahu persis kegiatan di dalamnya, apakah seperti pengajian pada umumnya atau bukan, kami tidak tahu," ujar pensiunan polisi ini.

Djaelani berdomisili di Depok sejak tahun 1979. Saat itu, Perumahan Nasional (Perumnas) Depok rata-rata baru ditempati. Menurut Sutarman, delapan putra-putri Djaelani ketika itu masih kecil dan remaja. Djaelani sendiri waktu itu menjadi ketua RT pertama di wilayah tersebut.

"Perangainya sangat halus karena memang ia sendiri seorang guru. Meskipun jarang keluar rumah, orangnya suka menegur orang lain. Anak-anaknya juga ramah. Mereka bergaul sebagaimana anak-anak lain sebayanya di sini," ujarnya.

Pindah ke Kuningan

Tahun 1996, Djaelani menjual rumahnya yang terletak di Jalan Giring-giring No 104 itu. Dia lalu memboyong anak-anaknya pindah ke Kuningan, Jawa Barat. Di Kuningan jugalah, Ibrohim yang bekerja sebagai florist di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton meninggalkan Sucihani dan anak-anaknya. Ibrohim sendiri selama di Jakarta pernah tinggal di Cililitan, Mampang, dan Karet Kuningan.

Rumah bercat kuning yang pernah dimiliki Djaelani itu sekarang ditinggali sebuah keluarga. Sutarmanto mengatakan, keluarga empunya tersebut adalah pemilik ketiga sejak Djaelani menjualnya.

"Tidak ada, di sini sudah tidak ada lagi keluarga ataupun sanak saudaranya," ucap Sutarmanto.

Terakhir, kata Sutarmanto, hanya Sucihani dan suaminya, Ibrohim, yang sempat kembali ke kawasan tersebut sekitar tahun 2003. Namun, keberadaan pasangan yang dikaruniai dua anak ini pun hanya bertahan selama enam bulan.

"Tidak tahu persis di mana. Bahkan, mereka pindah ke sini pun kami tidak tahu. Tahu-tahu, lho kok sudah mengontrak di sebelah," ujar Sutarmanto seraya menunjuk dinding rumah sebelahnya yang bernomor 179.

Belum jelas perannya

Hingga Kamis petang ini, polisi belum juga menyebutkan peran masing-masing orang yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) itu. Dari empat orang, yang sudah agak jelas perannya adalah Syaifudin yang sejak awal disebut sebagai perekrut calon pelaku bom bunuh diri.

Syaifudin pernah mengontrak rumah di Telaga Kahuripan Bogor dan dikenal dekat Dani Dwi Permana, pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott. Diduga kuat, Syaifudin jugalah yang merekrut Nana Ikhwan Maulana, pelaku bom bunuh diri di Hotel Ritz-Carlton.

Sementara itu, Syahrir, Bagus Budi Pranoto alias Urwah yang asal Kudus, dan Ario Sudarso yang disebut beralamat di Kendal dan Tegal, sampai saat ini belum diketahui persis perannya dalam peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton. Hanya disebutkan bahwa Bagus pernah dihukum karena terlibat peledakan bom di Kedutaan Besar Australia yang habis masa hukumannya pada tahun 1997.

Syahrir alias Aing diketahui pernah tinggal di Kompleks Garuda, Teluknaga, Tangerang, Banten, tetapi ternyata ia dan keluarganya sudah pindah sejak tahun 2004.

* * *

Dana Bom JW Marriott dan Ritz-Carlton dari Dalam Negeri?

Kamis, 20 Agustus 2009

DEPOK, KOMPAS.com — Aparat kepolisian saat ini tengah menyelidiki asal-muasal dana yang diperoleh oleh para teroris dalam melakukan aksi di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, beberapa waktu lalu.

Kepala Desk Antiteror Polhukam Ansyaad Mbai menilai, dana untuk aksi peledakan di dua hotel tersebut kemungkinan berasal dari dalam negeri. Pasalnya, dana yang dibutuhkan untuk aksi di Mega Kuningan itu menurutnya tidak terlalu besar.

"Pendanaan itu bisa saja dari dalam negeri karena pendanaannya tidak terlalu besar untuk yang terakhir (peledakan Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton)," ujarnya kepada wartawan seusai peluncuran bukuDeradikalisasi Terorisme di Gedung FISIP Universitas Indonesia, Depok, Kamis (20/8).

Berapa kira-kira dana yang dikeluarkan oleh teroris untuk melakukan aksi peledakan di dua hotel tersebut? Arsyad menjawab, "Tinggal kalian hitung saja berapa banyak biaya yang mereka keluarkan selama tinggal di sana (di kamar 1808 Hotel JW Marriot) dan berapa biaya merakit bom," tuturnya.

* * *
Deradikalisasi Terorisme, Program Pemberantasan Terorisme

Kamis, 20 Agustus 2009

DEPOK, KOMPAS.com — Penanganan masalah terorisme begitu kompleks sehingga memerlukan keterlibatan dan peran serta dari berbagai disiplin ilmu. Serentetan aksi teror yang marak terjadi dalam satu dasawarsa terakhir telah memacu Dr Petrus Reinhard Golose, salah seorang dosen luar biasa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, untuk menulis suatu program tentang deradikalisasi terorisme.

Program deradikalisasi terorisme sendiri merupakan salah satu program yang dinilai dapat membantu upaya pemberantasan terorisme. "Sebab, bagaikan membersihkan rumput ilalang walau sudah ditebas dan dibakar akan tumbuh kembali dengan cepat, pemberantasan terorisme harus dilakukan sampai ke akar-akarnya dan harus pastikan tidak ada yang tertinggal," ujar Petrus dalam sambutannya di acara peluncuran bukuDeradikalisasi Terorisme di Gedung F FISIP Universitas Indonesia, Depok, Kamis (20/8).

Dalam program deradikalisasi, menurutnya, terdapat tiga kunci yang amat penting, yakni humanis, soul approach, dan menyentuh akar rumput. Humanis berarti upaya pemberantasan terorisme haruslah sesuai dengan upaya penegakan hak asasi manusia.

Selain itu, pemberantasan terorisme, menurutnya, harus mampu menciptakan kesejahteraan, kesetaraan, dan keadilan bagi seluruh masyarakat, bagi para tersangka, ataupun terpidana terorisme. "Soul approachartinya pemberantasan terorisme dilakukan melalui suatu komunikasi yang baik dan mendidik antara aparat penegak hukum dan para tersangka ataupun narapidana terorisme, bukan dengan cara-cara kekerasan dan intimidasi," tuturnya.

Sementara itu, kunci terakhir, menyentuh akar rumput, adalah suatu program yang tidak hanya ditujukan kepada para tersangka ataupun terpidana terorisme, tetapi program ini juga, menurutnya, diarahkan kepada simpatisan dan anggota masyarakat yang telah terekspos paham-paham radikal. "Serta menanamkan multikulturalisme kepada masyarakat luas," katanya.

Di dalam buku yang memiliki tebal 143 halaman itu dijabarkan tentang permasalahan terorisme di Indonesia dan luar negeri.

* * *


Noor Din Diduga Lari ke Perbatasan

Kamis, 20 Agustus 2009

TEMPO Interaktif, Jakarta - Noor Din M. Top diperkirakan sudah berada di perbatasan Kalimantan Timur-Malaysia sejak 20 Juli 2009, tiga hari setelah pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton. "Polisi sedang mencarinya di sekitar Sebatik-Nunukan," kata sumber Tempo kemarin.

"Dia sedang menunggu jemputan dari jaringannya untuk menuju Tawao, Malaysia," ujarnya. Ia menuturkan, Noor Din ingin bersembunyi di Malaysia selama Ramadan. Sumber itu pun yakin Noor Din akan aman di negeri asalnya itu.

Noor Din menuju Kalimantan Timur lewat laut dari Jawa Timur. "Dia lolos karena mengenakan cadar."

Ia menjelaskan, jaringan yang membantunya itu juga yang memuluskan pelarian Ali Imron, pelaku Bom Bali I, sebelum akhirnya dicokok di Kalimantan. Mereka pula yang berlatih perang di Kalimantan dengan sasaran foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Polisi mengetahui pelarian itu setelah menyadap hubungan telepon jaringan Noor Din di Jawa Timur hingga ke Kalimantan Timur. Polisi pun yakin, ketika Mega Kuningan diledakkan, Noor Din sudah berada di Jawa Timur. Tapi jejak mereka terputus pada 20 Juli 2009. "Diperkirakan tanggal itu dia sudah di perbatasan Kalimantan Timur-Malaysia," ucapnya.

Menurut sumber itu, jaringan yang membantu Noor Din adalah bekas anggota Laskar Kompak Kayamaya, Poso, plus aktivis NII yang berada di Filipina Selatan. "Tapi sampai sekarang mereka belum mendapat akses untuk menyeberangkan dia," katanya.

Juru bicara Polri, Inspektur Inspektur Jenderal Nanan Soekarna, belum bisa dimintai konfirmasi. Sejak kemarin sore ia tak menjawab telepon dari Tempo. Pesan pendek pun tak dibalas.

Juru bicara Kepolisian Daerah Kalimantan Timur, Komisaris Besar Rudi Pranoto, menyatakan belum ada penangkapan teroris. Namun, kemarin siang, sekitar 11.00 Wita, enam personel reserse kriminal Polda Kalimantan Timur dan lima anggota Brigade Mobil meninggalkan kantor polda dengan senjata lengkap. Sambil bergegas, pasukan itu menolak menyebutkan tujuan serta target operasi.

Di Jakarta, polisi kemarin melansir empat nama yang diduga terlibat dalam aksi pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di Jakarta bulan lalu. Tiga di antaranya ''nama baru'': Mohamad Syahrir, Bagus Budi Pranoto, dan Ario Sudarso alias Mistam Husamudin. Satu tersangka lainnya sudah kerap disebut sebelumnya, yakni Syaifudin Zuhri, 33 tahun.

Peran Syaifudin sudah diketahui. Dia sebagai perekrut pelaku bom bunuh diri Marriott-Ritz. Tapi polisi masih mendalami peran ketiga buron lainnya. "Terlibatnya macam-macam, ada yang kurir," kata Kepala Badan Reserse Kriminal Komisaris Jenderal Susno Duadji di kantornya kemarin.

Sumber Tempo mengungkapkan, ketiga buron itu berperan menyiapkan urusan teknis pengeboman Marriott-Ritz dan, selanjutnya, pembunuhan Presiden di Puri Cikeas. "Nama mereka itu disebut oleh para tersangka yang sudah tertangkap, seperti Amir Abdillah," ujarnya.

* * *
Ada Laporan Warga yang Lihat Noordin di Jakarta

Kamis, 20 Agustus 2009

JAKARTA--MI: Polri sudah menyebarkan foto gembong teroris Noordin M Top dan empat teroris yang masuk daftar pencarian orang (DPO) kasus JW Marriot.

"Respons masyarakat sungguh positif. Ada beberapa yang menghubungi polisi dan memberikan informasi," ujar Wakadiv Humas Polri Brigj Sulistyo Ishak di Jakarta, Kamis (20/8).

Menurut Sulistyo, ada warga yang menghubungi polisi dan mengatakan melihat Noordin M Top di Jakarta. "Informasi ini sudah kita teruskan ke Bareskrim. Semua informasi pasti ditindaklanjuti Polri," ujar Sulistyo. Selain itu, juga ada yang memberitahukan melihat Syaifudin Zuhri bin Djaelani perekrut pengantin bom bunuh diri. Dia dilihat di sekitar Bogor. "Informasi ini pun sudah ditindaklanjuti Bareskrim Polri," tegas Sulistyo.

Dengan adanya respons positif dari masyarakat selama ini, sangat mambantu Polri dalam memerangi terorisme. Karenanya, diharapkan agar respons positif ini terus berlanjut dan tidak diganggu oleh orang iseng yang memberi informasi yang menyesatkan.

Sementara itu, pencarian empat DPO kasus JW Marriot masih terus dilakukan. Keempat yang dicari adalah Syaifudin Zuhri, dan Bagus Budi Pranoto alias Urwah merupakan residivis yang pernah mendekam dalam penjara 3,5 tahun di LP Cipinang sejak 2004 karena pernah menyembunyikan Noordin M Top dan Dr Azhari.

Sedangkan dua orang lagi DPO adalah Ario Sudarso alias Suparjo Dwi Anggoro alias Dayat alias Mistam Husamudin dan Mohamad Syahrir alias Aing. Peran keduanya masih dalam penyidikan. Sedangkan Ali Muhamad Abdullah di Nagreg, Jabar, dan Iwan di Kuningan, Jabarm yang ditangkap karena diduga pemasok dana dalam aksi peledakan bom Marriot masih diperiksa intensif. (San/OL-04)



* * *


Syamsul Maarif tidak Sepaham dengan Noordin M Top

Kamis, 20 Agustus 2009

BANDARLAMPUNG--MI: Syamsul Maarif, 53, pria yang sempat ditangkap Densus 88 Mabes Polri di Kelurahan Kedamaian, Kota Bandarlampung, Lampung, atas tuduhan terlibat jaringan Slamet Kastari, mengaku tidak sepaham dengan tindakan dan aksi terorisme yang dilakukan Noordin M Top.

"Saya tidak bersimpati dengan ajaran mereka, karena menurut saya apa yang mereka lakukan tidak sesuai dengan ajaran Islam," kata Syamsul Maarif, di Bandarlampung, Rabu (19/8).

Syamsul ditangkap oleh Densus 88 Anti teror Mabes Polri pada 22 Juni 2009, namun polisi tidak dapat membuktikan keterlibatannya dalam jaringan terorisme. Dia hanya dijerat dengan Undang undang Keimigrasian.

Meski demikian, dia mengaku mengenal ketiga gembong teroris itu, saat sedang menuntut ilmu di Pondok pesantren Lukmanul Hakim, Johor, Malaysia. "Saya kenal dengan Noordin M Top, Slamet Kastari, dan Dr Azahari, saat 'mondok' di Lukmanul Hakim, Johor, Malaysia, beberapa tahun lalu," kata Syamsul di Bandarlampung.

Syamsul mengenal Noordin, Azahari, dan Slamet, saat ketiganya masih sebagai pengajar di Pesantren Lukmanul Hakim, di Johor, Malaysia. "Saya mengikuti pengajian mereka juga, pada kurang lebih 10 tahun lalu," kata dia.

Pria warga negara Singapura itu mengaku mengikuti pengajian itu untuk mempelajari akidah Islam, tanpa adanya niat melakukan tindakan kekerasan sebelumnya. "Saya hanya mengenal mereka sebagai guru, bukan secara pribadi," dia menerangkan.

Meski demikian, pada 2001, dia mengaku sempat pergi ke Afghanistan, untuk mengikuti pelatihan peperangan di sana, dan tidak kembali ke Singapura. "Sejak pulang dari Afghanistan itulah, saya memutuskan untuk tidak kembali ke Singapura, dan menetap di Malaysia dengan paspor Singapura bersama anak dan istri," kata dia.

Selama dua tahun tinggal di Malaysia, dia mengaku menyekolahkan anaknya juga di Pesantren Lukmanul Hakim, Malaysia, dan kembali berjumpa dengan ketiga gembong teroris itu. "Saya bertemu mereka saat menjemput anak saya dan setiap membayar biaya pendidikan yang setiap bulan besarnya 157 ringgit Malaysia," kata dia.

Dia mengatakan, sama sekali tidak terlibat dengan jaringan ketiga gembong teroris itu, karena tidak memiliki kesamaan pandangan tentang hal yang sama, yaitu jihad. "Saya ke Indonesia karena alasan keamanan," kata dia.

Selama di Indonesia, dia pernah tinggal di Tanjung Batu, Riau pada Maret 2003 dan sempat berpindah-pindah bersama anak istrinya, mulai dari Jambi, Tulung Agung, hingga ke Malang, dan pada tahun 2006, bersama salah satu anak laki-lakinya tinggal di Bandarlampung.

Syamsul ditangkap oleh Densus 88 Anti teror Mabes Polri pada 22 Juni 2009, dengan tuduhan terlibat jaringan teroris Slamet kastari, namun hal tersebut tidak dapat dibuktikan polisi, sehingga dia hanya dijerat dengan Undang-undang keimigrasian. (Ant/OL-03)



* * *

Inilah Kisah Pernikahan Buron Densus 88

Rabu, 19 Agustus 2009

TEMPO Interaktif, Cirebon - Pernikahan Saefudin Juhri alias Saefudin Jaelani, teroris yang menjadi buronan polisi, dengan Kholifah Sari, warga Kelurahan Perbutulan, Sumber, Kabupaten Cirebon, tercatat di di Kantor Urusan Agama Sumber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Ketua KUA Sumber, Diki Fahrudin, memperlihatkan arsip catatan pernikahan Saefudin dengan Kholifah. Menurut dia, pernikahan tersebut terjadi pada tanggal 25 Juli 2000.
Dalam arsip tertulis pernikahan atas nama Saefudin Juhri dengan alamat Dusun Kliwon RT 28/10, Desa Sampora, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan.

Alamat tersebut sama persis dengan alamat Ibrohim, teroris yang tewas dalam penyergapan jajaran Detasemen Khusus 88 di Tumenggung, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. "Tercatat di sini Saefudin Juhri menikah saat berusia 22 tahun dengan pekerjaan masih sebagai mahasiswa," kata Diki.

Namun, Diki tidak mengetahui bagaimana prosesi pernikahan tersebut, karena waktu itu dia belum menjabat sebagai kepala KUA dan berdasarkan yang tercatat di arsip, yang menikahkan keduanya adalah Kepala KUA Iyun Mahsyuni.

Sedangkan yang menjadi wakil wali keluarga pihak keluarga Kholifah waktu itu Abdul Jalil. "Saya sempat menanyakan soal ini ke Ustadz Jalil, katanya Saefudin waktu itu masih kuliah di Timur Tengah," lanjutnya.

Abdul Jalil, yang ditemui di pondok pesantren asuhannya Al-Ikhlas tak jauh dari rumah Kholifah, membenarkan pernah menjadi wakil wali dari keluarga Kholifah. Dari perbincangan dengan keluarga Kholifah waktu itu diketahui Saefudin merupakan mahasiswa Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir.

"Waktu resepsi pernikahan Saefudin mengenakan busana yang beda dari pengantin pada umumnya. Dia memakai jubah dan penutup kepala seperti pakaian Timur Tengah," kata Abdul.

Abdul Jalil meyakini Kholifah hanya sebagai korban dari perbuatan Saefuddin, yang diduga sebagai teroris. Menurut Abdul, dirinya selama mengajar mengaji tidak pernah mengarahkan santrinya untuk berjihad seperti yang dilakukan para teroris.

"Saya menyayangkan salah satu santri saya menjadi korban akibat perbuatan teroris tersebut. Yang saya tahu Kholifah sekarang punya dua anak yang masih kecil-kecil. Ia stres berat," ujarnya.

Sementara itu, Kholifah yang baru beberapa hari pulang dari kontrakkannya di Bogor, hingga saat ini masih menutup diri. Berdasarkan penuturan ketua RT setempat, Abdul Wahid, Kholifah kondisinya masih syok atas musibah ini. Hal ini terlihat dari gelagatnya yang seperti orang linglung dengan pandangan kosong, dan sulit diajak bicara.

Rumah yang ditempati Kholifah sekarang bersama orang tuanya di RT 08/3 Blok Kleben, Keluarahan Perbutulan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, tampak tertutup rapat.

123



Kumpulan berita ini juga disajikan di website http://umarsaid.free.fr


Balipost, 19 Agustus 2009
Tommy Incar Ketua Umum Golkar

Bursa calon ketua umum Partai Golkar makin ramai. Menjelang Musyawarah Nasional (Munas) Golkar 4-7 Oktober mendatang, nama Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto tiba-tiba muncul meramaikan bursa calon ketua umum Golkar.

Putra bungsu mantan Presiden Soeharto (alm) ini mengaku siap tampil kembali ke kancah perpolitikan nasional setelah hampir sepuluh tahun dia tinggalkan. ''Target saya memang harus tinggi, termasuk dalam dunia politik. Sekarang saat yang tepat bagi saya untuk menekuni kembali politik selain bisnis,'' kata Tommy, Selasa (18/8) kemarin.

Salah satu pertimbangan yang makin memantapkan tekadnya untuk maju, karena dia merasa memiliki tanggung jawab moral terhadap partai yang dilahirkan dan dibesarkan oleh ayahnya. ''Saya belum pernah melepas kartu keanggotaan Golkar. Karena itu, sebagai kader, saya berhak mencalonkan diri sebagai ketua umum. Target saya memang harus tinggi, termasuk dalam dunia politik,'' kata Tommy.

Dalam kiprahnya, Tommy pernah menjadi anggota MPR dari Fraksi Karya Pembangunan (F-KP) tahun 1993-1998 yang kini berubah menjadi Fraksi Partai Golkar. Kesiapannya itu juga dilandasi ada komunikasi yang terus-menerus dilakukan dengan kalangan elite Golkar, walaupun selama sepuluh tahun terakhir tidak terlalu aktif beraktivitas di partai.

Menurut Tommy, target kursi ketua umum merupakan target tertinggi, kalaupun target itu tidak bisa tercapai maka dirinya tidak akan memaksakan jabatan elite tersebut. ''Kalau tidak, bisa negosiasi. Bukankah politik itu bagian dari negosiasi dan kompromi. Bisa saja saya memperkuat di barisan pengurus pusat,'' ujarnya.

Calon ketua umum Golkar Aburizal Bakrie mengaku menyerahkan sepenuhnya kepada daerah-daerah tentang peluang Tommy maju sebagai calon ketua umum Golkar. Mengenai figur Tommy, Ical mengaku tidak tahu apakah Tommy memenuhi syarat sebagai calon ketua umum Golkar. ''Yang jelas, dari dulu beliau kader Golkar,'' tegasnya.

Calon ketua umum lainnya, Yuddy Chrisnandi, menyambut gembira rencana masuknya Tommy Soeharto dalam bursa. Namun, Yuddy mengingatkan ada tata cara dan syarat pencalonan sebagai ketua umum Golkar. Aturan syarat calon ketua umum Golkar sudah diatur dalam AD/ART bahwa untuk menjadi ketua umum minimal harus menjabat satu periode kepengurusan. Selain itu, saat ini tokoh dan kader Golkar menginginkan agar ketua umum Golkar harus mengikuti jenjang pengkaderan yang benar.

Sementara itu, Ketua Bidang OKK DPP Golkar Syamsul Mu'arif menyatakan bahwa Golkar terbuka untuk semua kandidat ketua umum, termasuk Tommy Soeharto. ''Golkar partai yang terbuka. Tetapi tetap harus memenuhi persyaratan dan prosedur yang ada,'' ujarnya.

Persyaratan itu antara lain keanggotaan selama 10 tahun, pernah jadi pengurus pada tingkat DPP atau DPD I selama satu periode. Dari segi prosedural, akan ada tim verifikasi yang akan melihat apakah calon ketua umum memenuhi persyaratan. (010/kmb4)

* * *
Mengapa Tommy Soeharto Kembali ke Panggung Politik?


Rabu, 19 Agustus 2009


JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah sempat tenggelam karena pemberitaan terorisme, kancah politik nasional kembali menggeliat ketika putra bungsu mantan presiden (alm) Soeharto, Hutomo Mandala Putra, alias Tommy Soeharto, Selasa (18/8) kemarin menyatakan kesiapannya bertarung memperebutkan kursi ketua umum Partai Golkar pada Musyawarah Nasional Partai Golkar di Pekanbaru, 4-7 Oktober mendatang.


Aktivis sekaligus pengamat politik Fadjroel Rahman menilai, niat Tommy untuk kembali berkiprah di panggung politik bukanlah tanpa sebab. "Cendana ketakutan. Setelah SBY, siapa lagi yang akan melindungi mereka. Setelah tahun 2014, tidak ada lagi partai yang melindungi keluarga Cendana," ujar Fadjroel kepadaKompas.com, Selasa malam, di sela-sela acara peluncuran buku di Jakarta.
Dengan menjadi ketua partai, seseorang memang memiliki kesempatan yang besar untuk mencalonkan diri sebagai calon presiden. Fadjroel mengatakan, hingga saat ini upaya membongkar dugaan kasus korupsi terhadap kekayaan keluarga Cendana berjalan di tempat.


Sejak presiden kedua tersebut lengser, pemerintahan-pemerintahan berikutnya tidak ada yang berhasil menyentuh sepeser pun harta kekayaan keluarga Cendana. Padahal, mengutip laporan Stolen Assets Recovery Initiative, Fadjroel mengatakan, jumlah kekayaan alm Soeharto mencapai sekitar Rp 600 triliun.


Jika terpilih menjadi ketua umum, lanjut Fadjroel, hal ini merupakan kemunduran bagi partai berlambang pohon beringin tersebut. Upaya Partai Golkar untuk menutupi dosa Orde Baru, yang identik dengan Soeharto, seperti pelanggaran hak asasi manusia, serta korupsi, kolusi, dan nepotisme, menjadi sia-sia.
Lantas, melihat bursa calon ketua, seberapa besar Tommy memenangi pertarungan memperebutkan kursi ketua umum Partai Golkar?


"Jika dia memainkan uangnya, peluangnya sangat besar. Pasalnya, Partai Golkar bukanlah partai yang mempunyai ideologi," tuntas Fadjroel. Sebelumnya, kemarin, Tommy mengatakan, "Sekarang saat yang tepat bagi saya untuk kembali ke politik, selain bisnis."
Menanggapi hal ini, calon ketua umum Yuddy Chrisnandy, yang juga ketua DPP bidang Organisasi, Keanggotaan, dan Kaderisasi (OKK), mengatakan, hal ini menunjukkan bahwa Partai Golkar tidak kekurangan kader-kader yang baik. Selain Yuddy, nama-nama yang turut meramaikan bursa calon ketua adalah Ketua Dewan Penasehat Surya Paloh dan anggota Dewan Penasehat Aburizal "Ical" Bakrie.

* * *
Fadel: Tommy Nekat!


Rabu, 19 Agustus 2009


JAKARTA, KOMPAS.com — Keinginan putra mantan Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, kembali ke panggung politik, mengejutkan kalangan politisi. Trah Cendana selama ini seakan tenggelam dalam hiruk pikuk dunia politik sejak Soeharto lengser tahun 1998 lalu.


Politisi Golkar yang juga Ketua DPD Golkar Gorontalo, Fadel Mohammad, mengaku tak kalah terkejut dengan keinginan Tommy. Apalagi, Tommy menyatakan keinginan bertarung merebut kursi Ketua Umum Partai Golkar. Tak hanya terkejut, langkah Tommy dinilai nekat oleh Fadel.


"Surprise, sangat surprise, di luar dugaan saya. Tiba-tiba beliau (Tommy) bikin pernyataan. Nekat ini, luar biasa," kata Gubernur Gorontalo ini seusai mengikuti pidato Presiden SBY di Sidang Paripurna DPD, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (19/8).
Meski demikian, ia mengaku belum mendapatkan konfirmasi kebenaran atas keinginan Tommy tersebut. Kabar itu baru diperolehnya dari pemberitaan media. Sebagai pendukung Aburizal Bakrie (Ical), Fadel menilai Ical merupakan sosok yang tepat untuk memimpin Golkar lima tahun ke depan.


"Tapi ini tantangan besar untuk Ical, jangan main-main juga. Menurut feeling politik saya, Pak Ical dan Pak Paloh (Surya Paloh) lebih kuat," kata Fadel.



* * *

Suara Pembaruan 19 Agustus 2009
Pangeran Cendana Diganjal

Niat Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto bertarung merebut kursi Ketua Umum Partai Golkar periode 2009-2014 menimbulkan gonjang-ganjing di internal Golkar. "Tommy berasal dari keluarga Cendana yang tentunya identik dengan keluarga yang membesarkan Golkar.

Dia merupakan darah segar karena memiliki dana yang tak terbatas. Dan, untuk kelompok-kelompok pragmatis dalam Golkar yang lebih mementingkan transaksi dan uang, tentunya hal ini akan menjadi isu yang sangat menarik," ujar politisi senior Golkar kepada SP di Jakarta, Rabu (19/8).

Namun, lanjutnya, Tommy juga memiliki beberapa kelemahan yang tidak sesuai dengan konstitusi partai. Beberapa persyaratan internal mengenai pengaderan, pengalaman di kepengurusan pusat, daerah, dan ormas pendukung serta bebas dari ancaman hukuman maksimal 5 tahun akan mengganjal pencalonan Tommy.

"Jika kita memilih konsisten dengan konstitusi tentunya kader dan simpatisan Golkar harus melawan habis kecenderungan pragmatis yang hanya fokus pada uang dan transaksi-transaksi," tegasnya.

Salah seorang Ketua DPP Golkar menambahkan, kalau Tommy mau bergabung dengan menjadi anggota atau salah satu pengurus pusat Golkar, tentunya akan diapresiasi dengan baik. "Namun, kalau dia nekat menjadi ketua umum, tentunya mekanisme internal Golkar akan mengganjalnya," katanya.

Dua kandidat kuat lainnya, Aburizal Bakrie dan Surya Paloh dikabarkan sempat ketar-ketir dengan kemunculan Tommy. Tapi, keduanya menjadi nyaman setelah mendapat masukan bahwa mekanisme internal bisa digunakan untuk mengganjal langkah sang Pangeran Cendana menuju puncak beringin. [EMS/W-8]



* * *
Tommy Soeharto Bukan Lawan Remeh


Rakyat Merdeka, 19 Agustus 2009,

Jakarta, RMOL. Kubu Aburizal Bakrie (Ical) nampaknya tidak ingin menganggap Tommy Soeharto yang akan maju sebagai kandidat Ketua Umum Golkar pada Munas Oktober nanti sebagai lawan yang remeh.

Meski begitu, sebagai pendukung Ical, Ketua DPP Partai Golkar Gorontalo, Fadel Muhammad menilai Tommy tak akan mudah mengalahkan Ical dan Surya Paloh yang saat ini menjadi kandidat ketum Golkar terkuat. Pasalnya, putra bungsu mantan presiden Soeharto itu harus berhadapan dengan persyaratan menjadi ketum partai beringin.

“Ini tantangan besar untuk Ical, jangan main-main juga. Tapi feelingpolitik saya, Pak Ical dan Pak Paloh lebih kuat, karena mereka punyatrack record di organisasi” ujar Gubernur Gorontalo ini, di Jakarta, Rabu (19/8).

Sebelumnya, dalam jumpa pers di gedung Granadi Jakarta, kemarin (18/8), Tommy menyatakan setelah sepuluh tahun absen dari ranah politik, saat ini waktu yang tepat bagi dirinya untuk kembali lagi ke Golkar. Dalam kesempatan itu, Tommy juga menyatakan siap merebut kursi ketum Golkar menggantikan Jusuf Kalla. [wid]



* * *
Hadapi Tommy Soeharto, Ical Ibaratkan Main Tenis

Selasa, 18 Agustus 2009


TEMPO Interaktif, Jakarta - Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie alias Ical siap bertarung melawan Hutomo Mandala Putra dalam memperebutkan kursi Ketua Umum Partai Golkar. "Pertarungan itu ibaratnya bermain tenis, menang dan kalah hal biasa," ujar Ica, Selasa (18/8).
Aburizal dan Tommy Soeharto, panggilan anak kandung Presiden Soeharto itu, merupakan dua dari lima orang yang bakal maju untuk memimpin partai warisan Orde Baru itu. Tiga nama lainnya adalah Surya Paloh, Yuddy Chrisnandy, dan Ferry Mursidam Baldan.


Menurut Aburizal, Tommy memang punya kesempatan untuk bersaing menjadi orang nomor satu di partai berlambang beringin. Ia tak melihat kemunculan bekas narapidana 15 tahun kasus pembunuhan Hakim Agung Syafruddin Kartasasmita tersebut akan mengembalikan Golkar seperti era Orde Baru. "Saya tidak tahu itu," ujarnya.
Tokoh senior Partai Golkar, Oetoyo Oesman, mengingatkan Partai Golkar di masa mendatang jangan sampai dipimpin oleh orang yang memiliki rekam jejak pernah mencederai hati rakyat. "Saya tidak bicara orang per orang. Kami bicara kriteria. Pemimpin Golkar nantinya janganlah orang yang pernah mencederai kebijaksanaan untuk mensejahterakan rakyat," katanya Oetoyo disela seminar bertajuk Golkar Bangkit di Hotel Sultan.


Dia menegaskan, rekam jejak yang bersih penting dimiliki oleh pemimpin partai. Apalagi citra Golkar yang mendapat julukan partai orang-orang oportunis dan pragmatis. "Pemimpin Golkar kelak harus mampu mengubah citra itu," katanya. "Golkar harus yang dekat dengan rakyat."


Partai Golkar akan menggelar musyawarah nasional 4 hingga 7 Oktober mendatang. Musyawarah yang digelar di Pekanbaru, Riau, agenda utamanya memilih ketua umum menggantikan Jusuf Kalla, yang tak lagi berminat memimpin Golkar.
Tommy Soeharto sempat dipertanyakan hasratnya mau memegang kendali Golkar. Dalam jumpa pers siang tadi, ia mengatakan dengan kondisi bangsa Indonesia nyang terancam pecah. Tommy menyebutkan bukti Negara Kesatuan RI dalam turbin perpecahan, yaitu lepasnya Timor Timur dan hilangnya dua pulau Sipadan dan Ligitan ke tangan pemerintahan Kerajaan Malaysia.


Ketua Partai Golkar Bidang Organisasi Keanggotaan dan Kaderisasi, Syamsul Mu'arif mengatakan, calon ketua umum harus mengikuti syarat dan prosedur sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Salah satu aturan itu mengharuskan calon ketua mesti sudah masuk keanggotaan partai minimal 10 tahun dan menjadi pengurus atau satu tingkat ke bawah.
Setelah memenuhi itu akan dibawa ke tim verifikasi. "Kemudian tim munas akan menyeleksi, kalau lolos ditetapkan calon sementara," katanya. Nanti calon itu harus mendapatkan dukungan 1/3 dari hak suara di arena munas. Dalam Musayawarah Nasional 2004 itu ada sekitar 150 suara sah dari daerah tingkat I, daerah tingkat II dan ormas pendukung sebagai calon tetap untuk dipilih.

Menurut Syamsul, semua kader memiliki hak maju asal memenuhi syarat. "Golkar terbuka. Tommy menyatakan tidak pernah keluar dari Golkar tapi apakah sudah 10 tahun," katanya.

* * *
Tommy Soeharto Calonkan Diri Jadi Ketua Umum Golkar

18 Agustus 2009


JAKARTA, KOMPAS.com — Putra almarhum mantan Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra, akan kembali masuk dunia politik dengan meramaikan bursa Ketua Umum DPP Partai Golkar pada Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar di Pekanbaru (Riau), 4-7 Oktober 2009.

"Sekarang saat yang tepat bagi saya untuk kembali ke politik, selain bisnis," kata Hutomo Mandala Putra atau yang lebih dikenal publik dengan nama Tommy Soeharto kepada pers di Jakarta, Selasa (18/8).

Dengan kesiapan Tommy masuk bursa ketua umum, maka persaingan merebut kursi kepemimpinan di Partai Golkar akan lebih sengit. Munas akan mengganti Ketua Umum Partai Golkar saat ini, Jusuf Kalla.

Empat tokoh Golkar sudah lebih dahulu menyatakan kesiapan untuk menggantikan JK dan sudah menggalang kekuatan ke daerah, yaitu Ketua Dewan Penasihat Surya Paloh, anggota Dewan Penasihat Aburizal Bakrie, dan Ketua Departemen Organisasi, Keanggotaan dan Kaderisasi (OKK) DPP Partai Golkar Yuddy Chrisnandy serta fungsionaris Partai Golkar Ferry Mursyidan Baldan.

Tommy menyatakan, dirinya berpeluang menjadi pimpinan Partai Golkar, apalagi selama ini tidak pernah keluar dari Golkar dan sampai saat ini masih menjadi anggota partai ini. Ia mengaku belum pernah melepas kartu keanggotaan Partai Golkar. Karena itu, sebagai kader, dia berhak mencalonkan diri sebagai ketua umum partai. "Target saya memang harus tinggi, termasuk dalam dunia politik," katanya.

Menurutnya, setelah absen selama 10 tahun dari dunia politik, maka dirinya merasa terpanggil untuk kembali lagi ke Golkar. Golkar merupakan partai yang tepat dan paling cocok dengan panggilan jiwanya.

Tanggung jawab moral


Tommy juga mengaku punya tanggung jawab moral terhadap partai yang dilahirkan dan dibesarkan oleh ayahnya ini. Apalagi Tommy pernah menjadi anggota MPR dari Fraksi Karya Pembangunan (FKP) tahun 1993-1998. "Sampai saat ini saya masih anggota Partai Golkar dan punya kartu tanda anggota (KTA)," katanya.

Pengusaha dan politisi kelahiran 15 Juli 1962 ini mengatakan, kesiapannya menjadi pimpinan Partai Golkar bukan hanya karena tidak pernah melepas keanggotaan partai, melainkan juga komunikasi yang terus-menerus dengan kalangan elite Golkar walaupun selama 10 tahun terakhir tidak terlalu aktif beraktivitas di partai.

Tommy mengungkapkan, sudah lama didekati elite Golkar untuk aktif kembali membesarkan partai. Terakhir Satuan Karya (Satkar) Ulama DKI, sayap keagamaan Partai Golkar yang dipimpin Asraf Ali mengusulkan agar Munas Golkar memilih Tommy sebagai ketua umum.

Silaturahim itu dilanjutkan dengan pendekatan oleh Ketua Partai Golkar DKI Jakarta Ade Surapriatna. Komunikasi dan lobi intensif juga sering dilakukan dan makin intensif seiring dengan mendekatnya waktu pelaksanaan munas.

Tommy yang masih memimpin grup bisnis PT Humpuss juga mengungkapkan prihatin atas situasi dan perkembangan bangsa akhir-akhir ini yang terancam perpecahan karena berbagai faktor, termasuk campur tangan asing dalam banyak bidang.

Ketika ditanya mengenai sikapnya jika dalam perebutan kursi ketua umum di munas mengalami kegagalan, Tommy mengaku akan tetap berjuang merebut posisi tertinggi. "Kalau tidak, bisa negosiasi. Bukankah politik itu bagian dari negosiasi dan kompromi. Bisa saja saya memperkuat di barisan pengurus pusat atau DPP," katanya.


* * *
Tommy Soeharto Terganjal AD/ART Golkar


Selasa, 18 Agustus 2009


JAKARTA, KOMPAS.com — Pencalonan Tommy Soeharto dalam bursa pencalonan ketua umum Partai Golkar bakal terganjal aturan partai. AD/ART Partai Golkar selama ini mengatur bahwa calon ketum Golkar paling tidak pernah menjabat dalam satu periode kepengurusan Golkar. Sementara Tommy, meski anggota, tak pernah menjabat sebagai pengurus harian.

Calon ketua umum Golkar, Yuddy Chrisnandi, mengatakan, Tommy dapat melenggang terus menuju Munas jika persyaratan dalam AD/ART tersebut diubah. "Saya tak bisa komentar banyak, tapi kita harus kembali kepada aturan-aturan dasar. Kita tak dapat menghalangi siapa pun yang mau maju menjadi calon ketum. Tapi, kita kan enggak mau, begitu ada yang masuk, langsung diubah," ujar Yuddy di sela-sela Seminar Nasional Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) bertajuk "Golkar Bangkit" di Hotel Sultan, Selasa (18/8).

Meski demikian, dia menyambut baik munculnya Tommy Soeharto dalam bursa calon ketum Golkar periode 2009-2014. Menurutnya, ini membuktikan Golkar tak kekurangan kader-kader yang baik. "Kalau saya menyambut gembira kalau ada nama-nama baru. Dari sisi kepentingan, Golkar tidak kekurangan kader. Tinggal pertimbangan tata cara dan persyaratan pencalonan," tuturnya.

* * *

;;