Ponorogo - Seorang lagi tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dilaporkan tewas mengenaskan akibat menghirup gas beracun di sekitar apartemen yang merupakan tempatnya bekerja di Makau.
Koordinator LSM Peduli Buruh Migran, Lily Pujiati, di Ponorogo, Senin, menegaskan bahwa TKI bernasib malang itu diidentifikasi bernama Mursiah (54), asal Desa Caluk, Kecamatan Slahung, Ponorogo.
"Almarhumah dikabarkan meninggal pada 6 Maret 2012 akibat menghisap gas beracun yang muncul di apartemen tempatnya bekerja," terang Lily.
Pihak Peduli Buruh Migran sendiri mencium kabar meninggalnya Mursiah setelah mendapat informasi dari jaringan buruh migran di Hongkong dan Makau.
Namun tidak hanya Mursiah seorang yang dikabarkan mengalami insiden gas beracun. Majikan Mursiah, Ny Chan, informasinya juga mengalami nasib serupa, namun ia berhasil diselamatkan setelah mendapat pertolongan darurat/intensif di rumah sakit setempat.
"Nyawa majikannya bisa ditolong, tapi tidak demikian halnya dengan Mursiah," kata Lily.
Terlepas benar/tidaknya faktor penyebab kematian Mursiah, pihak Peduli Buruh Migran mendesak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (Konjen RI) agar secepatnya mengupayakan pemulangan jenazah korban.
Pihak majikan juga sudah menunjuk pengacara di Makau untuk menggugat pihak pengelola apartemen dan pemerintah setempat.
Sebelumnya, lanjut Lily, sebuah media harian di Makau sudah dua kali melaporkan adanya fenomena gas beracun di kawasan apartemen tempat Ny Chan tinggal.
Penghuni apartemen sudah pernah melaporkan ke pengelola apartemen dan pemerintah terkait, namun tidak ada tindak lanjutnya.
Gabungan Serikat Buruh (GSB) dan Biro Perburuhan di Makau juga mendesak kasus kematian Mursiah diusut. Pihak Konjen RI di Hongkong dan aktivis jaringan Peduli Buruh Migran (Indonesia) yang ada di Hongkong juga sedang membantu pemulangan jenazah Mursiah.
"Proses pemulangan jenazah agak lama karena terkendala perizinan dari pemerintah Makau," ucap Lily.
Jaringan peduli buruh migran di Ponorogo, Jaringan Kerja Perlindungan Sosial TKI dan Anggota Keluarganya (JKPS Cahaya) Ponorogo, juga ikut membantu menghubungi keluarga Mursiah di Ponorogo.
"Kami sudah berusaha menghubungi Kepala Desa Caluk, namun responnya kurang baik," kata Ketua JKPS Cahaya Ponorogo, Danu Hardi.
Antarajatim.com, 26 Maret 2012 | Penulis : Destyan