T = Kalo yang bela-bela Arab, belum pernah jadi TKW di Middle East.

J = Apakah anda pernah jadi TKW ke Middle East ?

Berani nian ! Tak tahukah anda bahwa seorang wanita yg masih perawan akan kehilangan keperawanannya secara cuma-cuma ketika bekerja sebagai TKW di Timur Tengah ? Or, maybe anda sudah tidak virgin lagi ketika berangkat menjadi TKW sehingga it wouldn't have mattered very much for you ? Saya sendiri secara pribadi tidak terlalu mementingkan keperawanan, tetapi at least kita harus bisa memilih siapa yg diijinkan untuk keluar masuk the lobang, ya gak ? Kalo the majikan Arab masih muda en cakep, maybe itu enak juga. Tapi kalo udah tua en bau, siapa tahan ?

T = Kalo lihat pembantu di airport Dubai, Qatar, Kuwait, Saudi yang bisa 10-an orang diarak sopir untuk antre di airport. Majikannya tidak ada yang ngantar. Kita adalah ras rendah bagi Arab.

J = I don't know. Maybe ya, maybe tidak. Saya cuma tahu keturunan Arab di Indonesia yg boleh bilang semuanya keturunan Arab Yemen. Yemen sampe sekarang tetap saja miskin. Dan budayanya juga beda. Arab gurun pasir jauh lebih sangar, mungkin karena biasa hidup nomaden di tenda-tenda.

Untungnya Arab gurun pasir bisa menghasilkan agama yg katanya bisa membawa rahmatanlil alamin, walopun sebenarnya the agama is hasil gurun pasir yg sangat terbelakang dan tidak beradab dibandingkan dengan hasil budaya di bagian dunia lainnya. Semua orang tahu bahwa sampai sekarang Arab Saudi tetap berpegang pada budaya mereka yg sangat melecehkan wanita itu, for instance.

Setahu saya juga, pembantu wanita di keluarga Arab gurun pasir memang akan dianggap sebagai benda milik pribadi, sehingga bisa diperawanin. Maybe itulah alasannya keperawanan TKW bisa juga diperiksa sebelum diberangkatkan. Sebelum berangkat harus perawan. Ini demi nama baik or keunggulan produk kebanggaan bangsa, which is keperawanan wanita Indonesia yg bisa dan biasanya memang di-oho-oho oleh the majikan Arab.

Itu adat budaya mereka, makanya orang yg merawanin anda tidak bisa dituntut secara hukum. Mao menuntut keperawanan anda yg dinyam-nyam secara paksa tanpa ganti rugi oleh your majikan Arab ? Gak bisalah. Adat mereka memang seperti itu. Sudah biasa. Lagian siapa suruh anda mau jadi TKW ke Arab ? Anda sendiri yg gatel bukan ?

T = Lha ngapain juga mengagung-agungkan Budaya Arab ? Mereka hanya bajunya saja agamis tapi kelakuannya minus. Dan Pandai bersilat lidah dan memutar kata. Jangankan agama, apapun bisa dipelintir demi kepentingan diri.

J = Semua orang juga bisa seperti itu. MUI juga bisa memelintir segala-galanya. Maybe karena MUI juga meniru budaya Arab gurun pasir ya ?

Budaya Arab gurun pasir is mostly Saudi Arabia yg sangat beken dengan ke-Wahabi-an mereka yg sangat melecehkan wanita. Saudi Arabia juga tidak mengenal pluralisme atau keberagaman agama. Semua agama lain di dunia adalah buatan Setan, katanya, dan cuma Islam yg buatan Allah. Pedahal Allah dan Setan itu sama saja. Allah dan Setan cuma hasil pemikiran manusia saja.

Dan itu tidak disadari (atau sengaja tidak disadari) oleh ulama-ulama Arab Saudi dan MUI yg mengharamkan pluralisme agama. Pokoknya hanya Islam yg benar, dan agama lain tidak benar. Allah Ta'alla satu-satunya Tuhan yg benar, dan yg lain Setan. Idih ! Tapi itulah Arab Saudi yg Wahabi, dan syukur alhamdulilah MUI mengikuti mereka. Coba MUI menghalalkan pluralisme, pastilah orang-orang akan semakin tercerahkan.

Karena MUI mengharamkan pluralisme, alhasil para budak-budak agama Islam di Indonesia semakin kekal kedudukannya di dalam Islam. Semakin kokoh menjadi budak agama yg dimakelari oleh MUI sebagai agen tunggal dari Allah SWT di Indonesia.

Pluralisme beragama adalah kehidupan beragama yg majemuk, bhinneka, di mana setiap orang bisa memeluk agama apapun yg diinginkannya, atau tidak memeluk agama apapun. Tidak akan ada diskriminasi sama sekali. Dan agama-agama akan bersikap terbuka bagi semua orang.

Jadi, walaupun anda bukan beragama Kristen, anda akan bisa datang ke upacara keagamaan Kristen. Gereja-gereja Kristen, baik dari aliran Protestan maupun Katolik, selalu terbuka bagi penganut agama lainnya untuk datang. Anda bisa datang dan menjadi pengamat, atau anda bisa datang dan menjadi peserta. Itu bisa saja, dan memang seperti itulah tradisinya dari dahulu sampai sekarang. Agama Buddha, Hindu, Konghucu dan Kejawen juga seperti itu. Walaupun anda beragama lain, anda bisa saja datang dan ikut berpartisipasi. Tidak ada larangan.

Agama Islam mungkin seperti itu juga sebenarnya. Cuma, pemeluk agama lain biasanya tidak tahan untuk ikut serta apabila ada ritual jungkang jungking. Itu hambatannya.

Di Gereja Katolik Roma, ritual jungkang jungking sudah di-translate menjadi gerakan duduk, bangun dan berlutut. Karenanya mereka yg hadir di ritual Katolik Roma akan enak saja. Tinggal duduk, ikut berdiri, dan ikut berlutut. Berlututnya juga di tempat yg sudah disediakan. Jadi tidak perlu sampai kepala membentur lantai seperti sholat. Dan siapapun berhak untuk datang dan mengikuti misa di Gereja Katolik. It's open and free. Terbuka dan bebas. Anda tidak akan ditanya apa agama anda.

Hindu juga begitu. Buddha juga begitu. Kalau kita mau ikut ritual secara pasif sebagai pengamat, ataupun aktif sebagai peserta, kita akan diperbolehkan. Sebagian memilih untuk menjadi peserta pasif yg duduk saja dan nonton seperti kambing congek. Sebagian lagi akan ikut serta secara aktif.

Tetapi MUI bilang itu semua haram karena agama-agama lain di luar Islam menyembah Setan. Or at least Setan yg didandani sebagai Tuhan. Pedahal, kalau agama-agama lain menyembah Setan, berarti Islam juga menyembah Setan karena sama-sama diciptakan oleh manusia biasa saja bukan ?

Pluralisme beragama artinya mengakui tidak ada satu agamapun yg benar dan tidak ada satu agamapun yg salah. Semuanya benar dan semuanya salah. Karena semuanya benar dan semuanya salah, maka kedudukannya setara. Tidak ada yg lebih tinggi dan tidak ada yg lebih rendah. Pluralisme beragama adalah teman dari HAM Kebebasan Beragama. Kita bebas beragama apa saja, bebas untuk mengikuti ritual agama apa saja, bebas untuk tidak beragama. Bebas untuk tailor-made kepercayaan kita pribadi. Bebas untuk menjadi budak yg lebih merdeka.

Daripada menjadi budak yg sangat dibatasi penggunaan otaknya oleh ulama-ulama itu, kita bisa menjadi budak yg lebih berperi-kemanusiaan dengan mengakui bahwa semua agama itu statusnya setara. Sama benarnya dan sama salahnya.

Agama dan non agama statusnya sama di dalam pluralisme, tidak ada anak emas dan anak tiri. Semuanya anak-anak biasa saja yg membuka diri terhadap siapapun yg tertarik. Dengan kata lain tidak ada eksklusivisme seperti diinginkan oleh MUI.

Selamat Hari Proklamasi, Selamat Berpluralisme !


+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .

0 Comments:

Post a Comment