Kumpulan berita ini juga disajikan di website http://umarsaid.free.fr
Jawa Pos, 15 Agustus 2009
Noordin Hilangkan Jejak dengan Berpencar
SOLO - Noordin M. Top memang bukan teroris kemarin sore. Setelah lolos dalam penggerebekan di Temanggung, beberapa hari kemudian jejaknya malah tak terlacak. Tadi malam sejumlah sumber di kepolisian menyebutkan bahwa pihaknya yakin gembong teroris itu masih berada di Jawa Tengah bagian timur. Namun, "sinyalnya" terus menjauh dari pantauan tim Densus 88.
Sumber di kepolisian memperkirakan, Noordin saat ini mengubah strategi pelariannya.
Sebelumnya, dia selalu bersama pengawalnya (salah seorang di antaranya adalah Tedy alias Mubarok). Tapi, sejak pengepungan di Temanggung, dia memilih berpencar.
Cara seperti itu pernah dilakukan Noordin ketika terpepet saat bersama Dr Azhari. ''Dari pelacakan kami, tampaknya Noordin-Tedy berpisah. Ini dilakukan karena posisinya mulai terpepet,'' ucap sumber tersebut.
Setelah bom Bali II pada 2005, Dr Azhari dan Noordin memilih berpisah. Keputusan itu tepat. Dalam penggerebekan di Batu, polisi hanya berhasil menembak mati Dr Azhari.
Saat itu Noordin berada di Semarang dan nyaris tertangkap apabila Tedy -orang terdekatnya- ditangkap polisi. Saat itu Tedy berhasil meloloskan diri dari pengejaran polisi setelah terlibat baku tembak dengan polisi di kawasan Simpang Lima, Semarang.
Tujuan menerapkan strategi berpencar itu sederhana saja. Yakni, apabila salah seorang di antara mereka tertangkap, yang lain bisa melanjutkan ''perjuangan''. Cara itulah yang kemudian digunakan Noordin dan Tedy. ''Berdasar pantauan kami, Tedy kini telah mempunyai kemampuan yang setara dengan Noordin. Baik kemampuan meloloskan diri, mengatur jaringan, maupun merencanakan plot serangan secara manual,'' tuturnya.
Berdasar pelacakan polisi, Tedy diperkirakan kabur ke arah Tawangmangu dan Noordin diperkirakan kabur ke arah Sragen. Polisi sudah menyisir kedua tempat tersebut. Namun, hasilnya masih nihil. ''Belum ada kejelasan di mana. Kami kehilangan jejaknya di kedua tempat tersebut,'' tandasnya.
Selain itu, sumber tersebut menyebutkan bahwa dalam pelariannya, Noordin tak pernah sendiri. Selalu ada pengawal. ''Setelah berpisah dengan Teddy, kini Noordin mempunyai lapis kurir yang baru. Ini yang kami pusingkan. Seolah-olah tak ada habisnya,'' katanya.
Karena itu, sumber tersebut mengatakan bahwa pihaknya juga ingin sekaligus menangkap Tedy. ''Kalau tidak segera ditangkap, Tedy akan menjadi Noordin baru,'' tambahnya. Jadi, setelah Azhari dan Noordin, bila tidak segera tertangkap, Tedy alias Reno alias Mubarok bisa-bisa menjadi ikon teroris baru.
Operasi Densus di Batam
Kehilangan jejak di Jateng tidak membuat polisi berkecil hati. Kemarin (14/8), Densus 88 Mabes Polri menangkap salah seorang yang diduga jaringan Noordin M. Top di Batam, Kepulauan Riau. ''Memang ada penangkapan. Terkait jaringan Jatiasih. Tapi, perannya apa, sedang didalami tim interogator,'' ujar seorang sumber Jawa Pos tadi malam.
Penangkapan itu dilakukan saat operasi tertutup di Pancur, kawasan industri Batamindo. ''Dari Batam langsung dibawa ke Jakarta,'' ujarnya.
Siapa dia? Sumber itu mengaku belum bisa memastikan. ''Baru 12 jam, masih diinterogasi serius. Dia mengaku bernama Ilham. Yang jelas, penangkapan itu dari informasi yang diberikan Amir Ibrahim alias Ahmad Feri,'' katanya.
Orang itu sementara diduga sebagai penghubung Noordin untuk jaringan di kawasan Sumatera. Kepada Batam Pos(Jawa Pos Group), Kapolda Kepri Irjen Dikdik Mulyana Arif Mansyur menyatakan belum mendapat penjelasan lengkap soal penangkapan tersebut. ''Saya tidak bisa menjelaskan apa pun karena ini wewenang Jakarta,'' ucapnya.
Dikonfirmasi soal penangkapan itu, Kadivhumas Mabes Polri Irjen Nanan Soekarna mengaku tidak tahu. ''Saya belum terima infonya. Nanti saya cek dulu,'' ungkapnya.
Polisi juga masih memasang mata tajam untuk melacak Saefudin Jaelani. Pria yang fasih berbahasa Arab itu terakhir terdeteksi di Telaga Kahuripan, Bogor, tempat dia menemukan Danni Dwi Permana (bomber JW Marriott). ''Saefudin-lah yang mengirim Romi ke Temanggung,'' jelas sumber Jawa Pos.
Romi adalah nama alias Ibrohim. Saefudin sempat menyurvei lokasi Temanggung seminggu sebelum Boim -panggilan Ibrohim- muncul. ''Dia adalah orang yang menghubungi Aris, keponakan Muh. Djahri, dan memintanya untuk menyiapkan lokasi menginap,'' ungkapnya.
Saefudin juga melatih Danni serta Nana Muliana (bomber Ritz-Carlton) untuk misi tadhiyah (pengorbanan diri). Danni dan Nana dicekoki paham agar mau berkorban untuk umat Islam yang tertindas di Iraq dan Afghanistan. ''Sebenarnya Saefudin itu hanya mendompleng. Danni dan Nana sebelumnya punya basis keagamaan yang baik,'' jelas perwira menengah tersebut.
Danni lebih dulu ikut pengajian salah seorang jamaah yang berafiliasi dengan partai tertentu. Bahkan, dia sempat menjadi ketua kerohanian Islam di SMA Yadika Bogor. ''Tapi, di rumah, ghirah (semangat) Islam-nya itu dibajak Saefudin. Danni memang sedang goyah karena kehilangan figur ayah,'' kata analis itu.
Masih menurut pengakuan Amir Ibrahim, Saefudin juga ikut dalam rapat-rapat perencanaan pengeboman SBY di Kuningan, Jawa Barat. ''Dia pindah ke Bogor dengan KK dari Cilimus, kecamatan tempat keluarga mertua Ibrohim,'' ujarnya.
Saefudin yang punya dua anak tersebut kini dilacak langsung menggunakan Amir Ibrahim. ''Dia dikeler ke tempat-tempat pertemuan untuk mencari jejak baru,'' tegasnya.
Pengebom Ritz-Carlton Umur 20 Sudah ke Poso
Nana Supriatna alias Nana Ikhwan Maulana, pelaku bom bunuh diri di Hotel Ritz-Carlton pada 17 Juli lalu, adalah sosok pemuda desa yang hidup di tengah kungkungan kemiskinan. Untuk jenjang sekolah, dia hanya sampai SD. Untuk tempat tinggal, dia, ibunya, dan saudara-saudaranya harus menumpang di rumah kakak ipar.
Rumah di Kampung Kebon Cau, Desa/Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, tersebut sangat sederhana; kira-kira berukuran 8 x 4 meter dan berdinding tripleks. Itu adalah rumah milik Udin, pria yang menikah dengan Yuyun (kakak Nana).
Kemarin pagi (14/8) hingga sore, rumah tersebut didatangi ratusan warga dan puluhan wartawan. "Nana anak yang baik," kata Ny Jubaedah, ibu Nana, kepada wartawan. Kalimat "Nana anak yang baik" sampai diulang berkali-kali oleh wanita 65 tahun itu. Dia menyatakan sangat terpukul dengan adanya kabar bahwa Nana adalah pelaku bom bunuh diri di Ritz-Carlton.
"Nana Supriatna merupakan sosok pemuda yang baik. Dia cukup kalem dan selalu menyapa jika berpapasan," ujar Nurhayati, tetangga Nana. "Dalam bergaul dan cara berpakaian, tidak ada yang aneh. Bahkan, tiga bulan lalu dia sempat bekerja di PT Truba, pelaksana pembangunan proyek PLTU Labuan 2, sebagai penarik kabel," jelas Nurhayati. Dia menyatakan tak lagi bertemu dengan Nana sejak dua bulan lalu.
Tetangga Nana yang lain, sebut saja Rudi (minta namanya disamarkan), mengatakan bahwa Nana pernah berangkat ke Poso untuk berjihad pada 2000. "Di sana (Poso) hampir setahun, lalu balik ke sini," kata Rudi.
Dilihat dari segi ekonomi, Nana memang berasal dari keluarga tak mampu. Sejak umur tujuh tahun, dia tinggal bersama ibu dan saudara-saudaranya.
Kepada Radar Banten (Jawa Pos Group), Ahmad Fathoni, juru bicara keluarga Nana, mengatakan bahwa sikap radikal Nana diduga akibat provokasi Noordin M. Top. Nana terlibat dalam kegiatan radikal setelah aktif berdakwah.(ano/rdl/zis/jpnn/iro/kum)
* *
Suara Pembaruan, 15 Agustus 2009
Sterilkan Pendidikan dari Terorisme
[JAKARTA] Langkah para teroris kini merekrut generasi muda sebagai pelaku teror, harus diantisipasi oleh semua pihak. Hal utama yang harus dilakukan saat ini adalah mensterilkan dunia pendidikan nasional dari ideologi terorisme, termasuk yang berselubung agama.
Selain itu, pemerintah harus memimpin langkah sosialisasi bahwa terorisme sama sekali tidak dibenarkan oleh agama manapun.
Demikian rangkuman pandangan pengamat pendidikan Darmaningtyas, Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama KH Hasyim Muzadi, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Muhadjir Effendy, psikolog anak Seto Mulyadi, Guru Besar Fakultas Budaya UGM Bakdi Soemanto, mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra, dan pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ummahat, Kota Gede, Yogyakarta, KH Abdul Muhaimin, secara terpisah, Jumat (14/8) dan Sabtu (15/8).
"Pintu masuknya melalui lembaga pendidikan, yakni sekolah dan kampus, yang menjadi lahan subur bagi kelompok tertentu untuk menyebarkan paham sesat me-reka dengan embel-embel agama," kata Darmaningtyas.
Menurut anggota Majelis Pendidikan Taman Siswa ini, untuk menyelamatkan ideologi dan generasi muda bangsa, pendidikan agama di sekolah atau perguruan tinggi, harus dilakukan oleh mereka yang memiliki pengetahuan dan nilai agama secara holistik, bukan yang berlatar belakang pengikut garis keras.
Darmaningtyas menyoroti kegiatan keagamaan di sekolah ataupun kampus yang ditangani oleh pembimbing di luar guru dan dosen, cenderung bersifat ideologis, bukan pembentukan moral spiritual. Lebih dari itu, dijadikan sebagai sarana untuk pengkaderan kelompok dan partai tertentu.
Senada dengan itu, Hasyim Muzadi dan Muhadjir Effendy berpendapat, guna mencegah tumbuh berkembangnya paham terorisme yang dibungkus sebagai jihad agama terhadap generasi muda, perlu pembenahan penyampaian pendidikan agama.
Ajakan Noordin atau kaki tangannya untuk menjadi "pengantin" (pelaku bom bunuh diri), menurut Muhadjir, sudah menyimpang dari ajaran agama. Oleh karenanya, orang tua dan lembaga pendidikan harus mewaspadai ajakan yang menghalalkan teror.
Cermin Pesimisme
Secara terpisah, Bakdi Soemanto mengingatkan, memberantas paham terorisme tidak cukup dengan tindakan represif, tetapi juga dibutuhkan kelembutan, dalam arti sikap persahabatan dan mencari titik lemah dari doktrin kekerasan tersebut.
Menurutnya, perlu digalakkan diskusi-diskusi yang mampu menumbuhkan spirit dan harapan tentang kehidupan. "Selama ini, anak muda Indonesia hidup dalam lingkungan pesimistis. Selama anak muda dibiarkan tanpa arah, ancaman paham radikalisme tak pernah hilang," ujarnya.
Dia menambahkan, salah satu pangkal persoalannya adalah kesempatan anak muda untuk mengambil peran dalam pembangunan sekaligus dalam kehidupan. "Saat ini lapangan pekerjaan makin sempit, kehidupan makin keras, dan tergerusnya budaya lokal, maka intimidasi doktrin tersebut akan dengan mudah merasuki otak anak muda Indonesia yang kehilangan orientasi," ujarnya.
Pandangan tersebut dikuatkan Abdul Muhaimin. Menurutnya, aksi bom bunuh diri oleh generasi muda merupakan eskalasi kejenuhan dalam menyikapi realitas kehidupan. "Jadi ketika ada yang menawarkan solusinya, termasuk dengan cara anarkis, anak muda yang 'kosong' itu, menerima secara langsung," ujarnya.
Dari sisi lain, dia melihat kepenatan hidup, keputusasaan, dan keinginan menemukan jalan pintas, menjadi awal dari perekrutan calon-calon "pengantin" remaja itu.
Perlindungan terhadap generasi muda dari ancaman terorisme, sebelumnya juga dinyatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam pidato kenegaraannya di hadapan Sidang Paripurna DPR, Jumat pagi. "Marilah kita lindungi warga dan anak-anak muda kita dari pikiran-pikiran sesat dan ekstrem, yang bisa mengarahkan mereka pada tindakan terorisme," ajaknya.
Azyumardi Azra menilai, imbauan Presiden tersebut sangat positif. Namun, ajakan itu harus ditindaklanjuti pemerintah dengan melakukan konsolidasi sekaligus memfasilitasi forum tersebut.
Menurut Azyumardi, kerja besar ini harus dilakukan semua elemen bangsa, misalnya dengan memberdayakan ormas- keagamaan dan organisasi pemuda. Langkah konsolidasi itu perlu untuk menyatukan kerja sama menyosialisasikan bahwa terorisme sama sekali tidak bisa dibenarkan oleh agama manapun. "Pemerintah juga perlu memberi dana untuk kampanye memerangi terorisme," ujarnya.
Terkait ancaman terorisme pada generasi muda, psikolog anak Seto Mulyadi mengingatkan pentingnya peran keluarga untuk mencegahnya. "Sebab usia remaja itu masa sedang mencari identitas, belum kuat dasar wawasannya sehingga mudah memberontak. Inilah yang sering menimbulkan konflik dengan orangtua, dan akhirnya keluar," katanya.
* * *
Saefudin Jaelani Pamit ke Solo atau Yaman
Media Indonesia, 15 Agustus 2009
BOGOR-MI: Entah masih di Bogor atau sudah keluar. Hingga kini keberadaan Saefudin Jailani alias Syaifudin Zuhri,32, orang yang telah merekrut Danni Dwi Permana,18, menjadi pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriot, masih jadi misteri.
Saefuddin terakhir kali meninggalkan jejak ketika mengirim kabar kepada bosnya, Firman Kurniawan, pemilik Klinik Thibbun Nabawi Al Iman, sebuah klinik pengobatan yang melayani bekam, ruqiyah dan terapi herbal. Kepada Fiorman, Saefudin pamit mau ke Solo dan atau kembali ke Yaman.
"Ya dia pamit ke saya mau keluar dari kerjaan. Dia bilang, \'kalau ada apa-apa dengan saya nanti, cari saja saya di Solo atau Yaman. Saya mau kembali ke sana\'," kata Firman, Sabtu (15/8), menirukan perkataan Saefudin.
Dia, lanjut Firman, pamit dan mengatakan hal itu sekitar 4 bulan lalu. Di lingkungan tempat tinggalnya di Bogor, Saefudin dikenal sebagai ustadz dan juga ahli pengobatan herbal, bekam, dan ruqiyah, di Klinik Thibbun Nabawi. Sehari-hari, waktunya banyak dihabiskan di klinik tersebut.
Selama bekerja di tempat tersebut, Ustaz Saefudin sudah memiliki pasien sendiri. Jumlahnya ratusan, yang datang dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri, di antaranya dari Timur Tengah, Afrika, dan India. Jumlah pasien Saefudin yang terdata mencapai lebih dari 8.000 orang.
Bahkan menurut Firman, karena kemahiran Saefudin dalam mengobati pasien dan kepintaran dan kefasihannya membaca Alquran, dirinya dan semua karyawannya memanggil Saefudin dengan sebutan Syeckh. Di klinik yang berlokasi di Jalan Pajajaran No. 43, Kota Bogor (belakang RM Pondok Bambu Kuring/sampng Pangrago Plaza) itu, Saefudin bekerja sejak 1 Agustus 2007 dan masa kontraknya sampai Maret 2009.
Di mata Firman, Saefudin tidak ada cela. Dia adalah sosok baik, disiplin, pintar, dan tidak pernah marah. "Dia memang sempat emosi waktu mendengar kabar adik bungsunya diperkosa. Dia mencari orang (cowok yang telah memperkosa) itu, tapi setelah ketemu dia hanya diam," cerita Firman.
Sementara itu, soal keterkaitannya dengan teroris atau Noordin M Top, Firman menyebutkan selama di tempatnya Saefudin selalu menunjukkan ketidaksukaannya terhadap sosok Noordin M Top.
"Dia pernah bilang gak suka dengan Noordin M Top. Waktu itu kita nonton TV ramai-ramai soal Amrozi CS, sambil makan. Dia bilang apa yang dilakukan Amrozi CS itu konyol. Tapi besoknya dia datang membawa koran terbitan Jawa Timur yang ada berita tentang Noordin M Top. Dia menyebutkan bahwa di kuburan Amrozi ada burung berwarna hijau dan inilah tanda orang yang matinya sahid," ungkap Firman. (DD/OL-7)
* * *
Ada empat teroris baru
SABTU, 15 AGUSTUS 2009
SEMARANG, KOMPAS.com - Kepolisian Republik Indonesia menetapkan empat orang tambahan yang masuk dalam daftar buron terkait kasus pengeboman Hotel JW Marriot dan The Ritz-Carlton pada 17 Juli lalu. Adapun tiga orang lainnya yang masih buron adalah Noordin M Top, Saifudin Zuhri, dan laki-laki berinisial S.
"Saya belum tahu namanya, tetapi yang jelas terdapat empat orang baru dalam kasus ini yang telah masuk daftar pencarian," ujar Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Nanan Soekarna seusai sidang penetapan kelulusan peserta pendidikan Akademi Kepolisian (Akpol) 2009, di Kampus Akpol, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (15/8).
Sejauh ini, polisi masih terus melakukan penyelidikan untuk mencari berbagai kemungkinan, termasuk adanya tersangka tambahan lainnya. "Masih ada beberapa nama lagi yang bisa jadi buron tersangka, tetapi belum jelas. Kami tidak bisa menyampaikannya dulu," ucap Nanan.
Sebelumnya, polisi telah menetapkan sebelas orang yang diduga terlibat dalam pengeboman tersebut. Selain tiga orang yang masih buron, delapan tersangka lainnya adalah Amir Abdillah, kakak beradik Aris Susanto dan Indra Arif Hermawan, Ibrohim yang tewas tertembak di Temanggung, Air Setiyawan dan Eko Joko Sarjono yang tertembak mati di Bekasi, Dani Dwi Permana, dan Nana Ichwan Maulana.
Nanan membenarkan bahwa penyergapan terorisme selama ini memang tidak terlepas dari bantuan masyarakat. Untuk itu, Nanan tetap meminta kepada seluruh lapisan masyarakat untuk terus mewaspadai orang yang mencurigakan di sekitar lingkungannya dan diharapkan untuk segera melaporkannya.
* * *
Jaringan Baru Noordin Mengincar Remaja
Sabtu, 15 Agustus 2009 | 23:58 WIB
JAKARTA,KOMPAS.com - Sasaran rekrutmen yang dilakukan oleh gembong teroris Noordin M Top diyakini masih akan berpusat pada anak usia remaja. Pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan bahwa remaja merupakan sasaran utama Noordin dalam jaringan teroris baru yang sedang dibangunnya.
"Dia akan akan terus rekrut anak muda sebagai regenerasi dari jaringan teroris lama yang selama ini kita kenal," kata Al Chaidar dalam diskusi Generasi Muda dan Terorisme, di Museum Keprajuritan, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Sabtu (15/8).
Menurutnya anak muda memiliki kondisi psikologis yang labil sehingga lebih mudah dipengaruhi secara cepat oleh Noordin M Top. Terlebih jika remaja tersebut secara kondisi sosialnya sudah memiliki pandangan yang cenderung negatif terhadap dunia barat.
"Caranya adalah dengan memberikan pemahaman-pemahaman agama yang ilusif. Berikan saja jaminan akan masuk surga maka akan langsung diikuti," ujar pengamat dari Universitas Malikussaleh ini.
Ia juga menekankan, tak selamanya penyebab terorisme terkait dengan masalah ekonomi. "Pemahaman agama yang salah memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap aksi-aksi radikal. Masalah ekonomi menjadi salah satu fondasi untuk membentuk pemahaman tersebut," ungkapnya.
* * *
Yayan Juga Tak Kenal Saefuddin Jaelani dan Amir Abdillah
Sabtu, 15 Agustus 2009
TEMPO Interaktif, Jakarta - Suryana alias Yayan mengaku tak kenal dengan Saefuddin Jaelani dan Amir Abdillah. "Nggak kenal," kata Yayan usai tasyakuran di rumahnya di Jl Balai Rakyat, Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara Sabtu (15/8) malam. "Ngga kenal, apalagi dengan itu (Amir Abdillah)," kata Yayan dengan malu-malu. Yayan lalu masuk rumah dan mempersilahkan wartawan menyantap makanan.
Saefuddin Jaelani adalah buron yang diduga merekrut Yayan. Sedangkan Amir Abdillah ditangkap hampir bersamaan dengan Yayan. Menurut ayahnya, Syarifudin, Yayan masih trauma dan malu, sehingga wartawan tak diberi kesempatan bertanya lebih.
Ayahnya menyatakan Yayan diperlakukan dengan baik selama dalam tahanan. "Baik. Baik sekali," kata dia. Pulangnya, Yayan dan keluarga diberi baju koko. "Baju saya sama dengan baju Muh Djahri," kata dia. Muh Djahri adalah pemilik rumah di Temanggung, yang dijadikan tempat sembunyi Ibrohim. Djahri sempat ditahan, tapi juga dilepaskan.
Yayan, kata ayahnya, tak kena wajib lapor. "Tak ada," kata ayahnya. Menurut ayahnya, usai menandatangani berita acara pelepasan, Selasa (11/8) malam lalu persoalan ini sudah selesai. Saat pulang, Yayan diantar polisi dan pengacara dari Tim Pembela Muslim, Asludin
Saat ditanya apakah Yayan korban salah tangkap, ayahnya enggan menjawab. Menurut ayahnya, alasan penangkapan adalah urusan polisi. "Coba tanya polisi," kata dia.
Sebelumnya, ibu Yayan, Sri Lestari kepada Tempo menyatakan, saat ditangkap Rabu (5/8) pekan lalu, polisi menyatakan hendak menangkap Joko, teman Yayan yang sedang menginap di rumah itu. Namun ayah Yayan membantah ada teman Yayan yang menginap. "Ga ada. Dia tak terlibat," kata dia.
Rencananya, Yayan akan kembali bekerja lagi. "Insya Allah akan kerja lagi. Tapi lihat faktor-faktor lain," kata ayahnya. Rencana lainnya, kemungkinan Yayan akan pulang kampung ke kampung ayahnya, Bima, NTB.
* * *
Mobil yang Terlihat di Temanggung, Kini Berputar-putar
Sekitar Wonosobo
Sabtu, 15 Agustus 2009
TEMPO Interaktif, Wonosobo -- Sebanyak empat desa di kabupaten Wonosobo dan satu desa di kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah diawasi oleh Detasemen Khusus 88 Mabes Polri. Diduga daerah-daerah di dataran tinggi Dieng (Dieng Plateau) tersebut menjadi tempat perembunyian pelaku terorisme di Indonesia. Kelurahan tersebut adalah Stieng, Buntu, Serang, dan Kejajar di Kabupaten Wonosobo, sedang Kelurahan Pakis masuk kabupaten Banjarnegara.
“Memang ada petugas yang mengitari daerah kami, tetapi kami tidak tahu siapa yang diawasi,” kata Kepala Dusun Serang, Sugiyono, Sabtu (15/8).
Selain itu, para penduduk di dusun Buntu juga menduga ada pengawasan dari aparat. Sebab di desa tersebut pernah tinggal seorang kiai yang bernama Wahab yang asli Pakis. Karena kegiatan keagamaannya dicurigai oleh aparat karena ia sering mengadakan pengajian tertutup dan diikuti oleh orang-orang tertentu.
Wahab merupakan teman Jamal, sedangkan Jamal adalah teman Amrozi (terpidana mati kasus bom Bali) saat berada di Mindanao Filipina.
Menurut keterangan Madiyono, 54 tahun, warga Buntu, saat ini keberadaan Wahab tidak diketahui. Wahab selama lebih satu tahun bermukim di Buntu. Namun sejak tiga tahun yang lalu ia tidak muncul. “Sudah lama pak Wahab tidak muncul di sini, tidak tahu sekarang ia di mana,” kata dia.
Ia menambahkan, ada seorang murid Wahab yang masih berada di Buntu. Namun saat disambangi rumahnya, murid Wahab tersebut yang bernama Tugiyono tidak berada di rumah. Rumah pun tertutup rapat. Namun di balik jendela terlihat seorang perempuan bercadar yang tak mau membukakan pintu.
Menurut keterangan Kepala Desa Kejajar, Kayun Achmadi, tidak ada tanda-tanda aparat Densus 88 mengitari wilayahnya. Namun ia meyakinkan daerahnya aman-aman saja. Padahal di dekat kantor kelurahan (desa) ada rumah orang tua Indaryati, istri Aris Susanto, tersangka jaringan Noordin M Top yang telah ditangkap seminggu yang lalu.
“Kami belum tahu apakah daerah ini termasuk yang diawasi oleh Densus 88, tetapi kami memang sudah waspada dengan adanya tamu yang mencurigakan,” kata Kayun.
Pantauan Tempo, kendaraan Kijang Innova yang sebelumnya berada di Beji, lokasi rumah Djahri yang menjadi tempat persembunyian Ibrohim tampak berlalu lalang di jalan di Wonosobo. Sedangkan satu mobil yang beroda besar yang pernah terlihat saat penggerebegan di Beji, sedang parkir di jalan Dieng KM 3.
Menurut informasi dari salah satu nara sumber di kepolisian, memang ada penyisiran di beberapa wilayah di Wonosobo. Namun saat ini masih dalam penyisiran. “Target belum terkunci,” kata sumber tersebut singkat.
* * *
Jawa Pos, 14 Agustus 2009
NU Belum Maksimal Cegah Terorisme
KETUA PB NU Masdar Farid Mas'udi mengakui, peran Nahdlatul Ulama dalam mencegah pertumbuhan dan pekembangan terorisme di Indonesia belum maksimal. Sebagai kekuatan yang mewakili Islam moderat, NU seharusnya bisa memanfaatkan kapasitasnya untuk meng-counter ideologi Islam radikal yang dikembangkan dalam terorisme.
"Keterjebakan dalam politik praktislah yang melemahkan potensi (NU) tersebut," ujar Masdar di Jakarta kemarin (13/8). Menurut dia, sebagai organisasi massa keagamaan terbesar di Indonesia, NU sebenarnya bisa memainkan peran strategis karena cukup dihormati.
Karena itu, sebagai otokritik, dia berharap NU ke depan bisa menjawab tantangan tersebut. Yaitu, menguatkan peran sebagai penyebar ideologi yang mengapresiasi Islam moderat. "Plus nilai-nilai budaya lokal keindonesiaan," tambahnya.
Masdar mengingatkan, persoalan terorisme tidak boleh disederhanakan hanya sebagai persoalan keamanan. Menurut dia, yang lebih mandasar adalah persoalan ideologi ekstremis. "Ideologi inilah yang mengancam platform kebangsaan Indonesia, yakni Pancasila sebagai Piagam Madinah-nya Indonesia," tandasnya.
Karena terorisme bukan semata-mata persoalan keamanan, maka penyelesaian lewat pendekatan keamanan hanya akan menyentuh gejalanya. "Bukan akarnya. Nah, di sini peran ormas Islam seperti NU jadi relevan," tegasnya.
Sementara itu, kemarin Duta Besar (Dubes) Malaysia untuk Indonesia Dato' Zainal Abidin Zain datang ke Kantor PB NU, Jl Kramat Raya, Jakarta. Di sana, dia ditemui langsung oleh Ketua Umum PB NU Hasyim Muzadi beserta sejumlah pengurus lainnya.
Mereka lantas melakukan pertemuan tertutup menyoroti penanganan terorisme serta upaya perburuan gembong teroris yang paling dicari pemerintah Indonesia asal Malaysia, Noordin M. Top. "Pak Dubes menyoroti terlalu longgarnya sistem keamanan di sini," ungkap Wasekjen PB NU Iqbal Sullam usai pertemuan. (dyn/tof)
* * *
Baasyir Kecam Warga Kuningan
Jumat, 14 Agustus 2009
SOLO--MI: Abu Bakar Baasyir melontarkan kritik tajam terkait penolakan sebagian masyarakat di Kuningan, Cirebon, terhadap penguburan jenazah Ibrohim.
Menurut Baasyir, tindakan tersebut merupakan penghinaan terhadap sunnah. \\\\\\"Yang boleh ditolak untuk dimakamkan di pekuburan muslim itu orang kafir. Kalau muslim harus diterima dimana saja,\\\\\\" katanya, Jumat (14/8).
Tentang jihad Noordin, ia menilai, yang dilakukan buronan bom nomor satu kepolisian Indonesia itu keliru. Menurutnya, jihad bersenjata hanya diperuntukkan di wilayah konflik. Sedang di wilayah aman, jihad melalui dakwah yang benar jauh lebih tepat.
\\\\\\"Mereka adalah para mujahid pembela agama, hanya langkahnya yang mungkin agak keliru. Itu yang masih harus dipelajari lagi. Ini masalah ijtihad,\\\\\\" katanya.
Karena itu, Baasyir tidak sepakat jika mereka disebut teroris. Apalagi sampai menimbulkan dampak bagi kehidupan keluarganya di dalam masyarakat. (FR/OL-04)
* * *