Kumpulan berita ini juga disajikan di website http://umarsaid.free.fr
Jawa Pos, 14 Agustus 2009
Ustad Abu Bakar Ba'asyir Hadiri Pemakaman Air dan Eko
SRAGEN - Jenazah dua teroris (Air Setyawan dan Eko Joko Sarjono) yang tewas dalam penggerebekan di Perumahan Puri Nusaphala Indah, Jatiasih, Bekasi, 8 Agustus lalu, dimakamkan kemarin (13/8).
Menariknya, Ustad Abu Bakar Ba'asyir, pengasuh Pondok Pesantren Al Mu'min, Ngruki, hadir dalam pemakaman tersebut. Dia memimpin doa setelah kedua jenazah itu dikubur.
Air dan Joko dikubur berdampingan di makam wakaf dari Dr Soeparno Zaenal Abidin. Ratusan orang ikut melepas pemakaman tersebut. Ketika peti yang membawa dua jenazah itu digotong melintas dari Jalan Solo-Purwodadi hingga ke arah areal pemakaman, tak henti-henti terdengar teriakan ''Allah... Allah'' dari para pelayat.
Di antara mereka juga ada yang membawa spanduk bertulisan Selamat Datang Pahlawan Islam. Yang pertama dimasukkan ke liang lahad adalah jenazah Air, disusul jenazah Joko.
Dalam kesempatan itu, Ba'asyir tidak memberikan pernyataan apa pun setelah prosesi pemakaman. Selesai memimpin doa, dia langsung meninggalkan lokasi diiringi beberapa pengawalnya. Suasana sepi setelah pemakaman. Hanya terlihat dua gundukan tanah tanpa ditaburi bunga dan batu nisan.
Sejumlah warga Desa Karangpung sebenarnya telah menulis surat penolakan pemakaman dua teroris tersebut di desanya. Salah seorang yang tidak mau namanya disebutkan menyatakan, Rabu malam (12/8) diadakan rapat mendadak di rumah Darob, warga RT 3, yang dihadiri wakil dari lima RT (lingkungan makam).
Inti pertemuan itu, mereka menolak Air dan Joko dimakamkan di desa tersebut. Alasannya, mereka tidak ingin desanya dicap sebagai kampung teroris. Namun, upaya penolakan itu tak terwujud.
Sementara itu, keluarga perencana bom Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton Jakarta, Ibrohim, kemarin (13/8) secara terbuka menyampaikan per mohonan maaf kepada korban bom dan masyarakat Indonesia. Per mintaan maaf itu disampaikan kakak Sucihani (istri Ibrohim), Sabhil Kurnia wan, di halaman rumah H Jaelani, mertua Ibrohim, di RT 28/10 Kampung Caringin, Blok Kliwon, Desa Sampora, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan.
''Kami atas nama keluarga menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada ke luarga korban bom dan masya rakat atas perbuatan adik ipar ka mi (Ibrohim, Red). Kejadian ini kami ambil hikmahnya dan semoga tidak ada lagi kejadian seperti ini. Sekali lagi, kami meminta maaf atas semua perbuatan yang telah dia lakukan. Itu saja, terima kasih," ujar Sabhil kepada wartawan.
Keluarga Sucihani sendiri baru tiba di kediaman sekitar pukul 14.00 setelah menghadiri pemaka man Ibrohim di Pondok Rangon, Jakarta. Tampak dua mobil me ma suki garasi. Mobil pertama, Xe nia, ditumpangi Sucihani, Hj Asenih, dan keluarga lainnya. Sedangkan satu mobil lain dinaiki H Jaelani dan Sabhil.
Beberapa tetangga dekat H Jae lani langsung berdatangan ke rumah itu. Mereka menyampaikan be lasungkawa atas kematian Ibrohim. Malah, seorang tetangganya, Ny Entin, berusaha menggendong anak Ibrohim yang pa ling bungsu, Ishak. (ags/ded/her/jpnn/kum/iro)
* * *
Jejak Terakhir Saefuddin Jaelani
Jum'at, 14 Agustus 2009
TEMPO Interaktif, Jakarta - Tulisan pada jadwal pengajian itu masih terbaca jelas saat Tempo mengunjungi Masjid As-Surur, Perumahan Candraloka, Talaga Kahuripan, Kemang, Bogor, Selasa lalu. Di antara deretan nama penceramah, nama Saefuddin Jaelani muncul hingga lima kali: pada 2 November 2008, 17 Februari, 9 April, 5 Juli, dan 20 September 2009.
Si pemilik nama kini menjadi target perburuan polisi. Sabtu lalu, Kepala Kepolisian RI Jenderal Bambang Hendarso Danuri mengatakan Saefuddin merupakan perekrut pelaku bom bunuh diri Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Dani Dwi Permana, 18 tahun, dan Nana Ikhwan Maulana, 28 tahun.
Pengumuman polisi membuat gempar tetangga Saefuddin di Candraloka. Mereka tak mengira bila Ustad Saefuddin--begitu warga biasa memanggilnya--terkait dengan jaringan teroris. Sebagian warga pun mengecam imam masjid itu. "Kalau benar dia terlibat jaringan teroris, kami mengutuk perbuatannya," kata Asep, warga Blok CC, Candraloka.
Keluarga Saefuddin mulai menempati rumah kontrakan di Blok CC Nomor 6, sekitar 50 meter dari Masjid As-Surur, pada pertengahan 2006. Lazimnya warga baru, Saefuddin melapor kepada pengurus rukun tetangga setempat.
Ketua RW 10 Djoko Suhardjo mengaku mendengar kabar Saefuddin melapor dengan menyerahkan fotokopi kartu keluarga beralamat Kecamatan Cilimus. Sejauh ini belum ada konfirmasi apakah alamat kartu keluarga Saefuddin sama dengan alamat keluarga Ibrohim, yang ditembak polisi di Temanggung, Jawa Tengah.
Kefasihan Saefuddin membaca Al-Quran dan kemampuan dia berargumen membuat sebagian orang terpikat. Saefuddin pun didaulat menjadi imam Masjid As-Surur yang lama menjadi imam baru. Sejak itu, Saefuddin kerap menjadi khatib salat Jumat di Masjid Raya Talaga Kahuripan.
Dalam kesehariannya, Saefuddin mudah dikenali karena sering mengenakan baju gamis dan celana di atas mata kaki. Dia kadang memakai peci putih atau serban merah-putih. Adapun istrinya, Kholifah, biasa memakai cadar.
Sejumlah warga menuturkan ciri-ciri Saefuddin. Pria 170-an sentimeter itu berwajah agak kotak, biasa berjenggot, dan berambut pendek. Badannya tegap dengan kulit kuning langsat. Sorot matanya tajam, terutama saat melihat orang yang belum dikenalnya.
Saefuddin berlogat Jawa campuran. Kepada warga, dia pernah mengaku sebagai orang Cirebon asli. Tapi ada warga yang menyebut pria berhidung mancung ini mirip orang Arab.
Saefuddin tinggal di rumah kontrakan bersama putra sulungnya berusia 6 tahun. Enam bulan lalu, bayi perempuan mungil menambah penghuni rumah itu. Waktu tiga tahun ternyata tak cukup bagi tetangga untuk mengenal secara luar-dalam keluarga Saefuddin.
Selain sebagai imam masjid, warga hanya mengenal Saefuddin sebagai penjual madu dan ahli pengobatan bekam. Adapun Kholifah dikenal sebagai guru agama di sebuah taman kanak-kanak. Yang membuat heran para tetangga, akhir Mei lalu tiba-tiba Saefuddin menghilang. Dia hanya berpamitan kepada tukang ojek yang biasa mengantar dan menjemput sekolah anaknya.
Beberapa hari setelah Saefuddin pindah, Dani Dwi Permana, remaja penjaga Masjid As-Surur, pun pergi tanpa kabar. "Kami tidak mengira kalau Dani diajak Saefuddin," kata Djoko.
Kini gosip seputar Saefuddin malah meruyak. Seorang tetangga mengaku pernah dimintai tolong Saefuddin untuk membuatkan rekening di bank. Kepada si tetangga, Saefuddin mengaku akan mendapat kiriman uang untuk membangun pesantren dan kegiatan keagamaan.
Setelah itu, si tetangga tidak pernah tahu berapa uang yang masuk rekening itu karena buku tabungan dan kartu penarikan tunai (ATM) dipegang Saefuddin. "Saya yakin dia (si tetangga) merasa tertipu," kata Djoko.
Kisah lain, selama tinggal di Candraloka, Saefuddin selalu menghindar jika ada yang hendak memotretnya.Saefuddin bahkan pernah mengharamkan dirinya dipotret. Tak aneh, ketika polisi mencari foto dia, tidak ada satu pun tetangga yang memilikinya.
* * *
Jawa Pos, 14 Agustus 2009
Ibrohim Jenderal Serangan Peledakan JW Marriott
dan Ritz-Carlton
JAKARTA - Pekerjaan sehari-harinya memang penata bunga (florist). Tapi, dalam peledakan bom di JW Marriott dan Ritz-Carlton, Jakarta, 17 Juli lalu, Ibrohim adalah jenderal serangan. Dialah yang ditembak mati Densus 88 Antiteror di Dusun Beji, Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Temanggung, Sabtu lalu (8/8).
Kejelasan bahwa jenazah yang sebelumnya diduga Noordin M. Top itu disampaikan Kapusdokkes Brigjen Pol Edy Saparwoko di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, kemarin (12/8). ''Hasil itu didapat setelah pengecekan DNA,'' katanya.
Saat pengecekan DNA itu, tim DVI (Disaster Victim Identification) masih menduga bahwa mayat tersebut adalah Noordin M. Top. Tim lantas membandingkannya dengan sampel DNA dari keluarga dan anak-anak Noordin di Johor Bahru, Cilacap, dan Klaten. ''Semua tidak cocok,'' kata Edy.
DVI kemudian mencocokkan dengan sampel DNA keluarga Ibrohim di Cilimus, Kuningan, Cirebon. Yakni, istri dan dua anak Ibrohim. ''Seratus persen cocok. Yang meninggal (di Temanggung) adalah Aam alias Ibrohim alias Boim,'' katanya.
Metode serupa digunakan untuk mengidentifikasi tiga jenazah lainnya. Yakni, Air Setyawan, Eko Joko Sarjono, dan Dani Dwi Permana. Eko dan Air juga dilakukan pemeriksaan sidik jari. Dua metode itu memberikan hasil yang sama. Khusus untuk Dani, Polri hanya memeriksa DNA. Sebab, kondisinya sangat memprihatinkan. Tubuhnya tercerai-berai.
Untuk Nana Ichwan Maulana, eksekutor bom bunuh diri di Ritz-Carlton, belum ada pemeriksaan mendetail. Sebab, hingga kini keluarga Nana belum ditemukan. ''Alamatnya saja tidak jelas. Kami hanya tahu di Pandeglang, Banten. Itu saja,'' kata Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Kombespol I Ketut Untung Yoga Ana.
Empat jenazah tersebut diambil keluarga masing-masing kemarin siang. Jenazah Eko dan Air dibawa dengan dua mobil jenazah ke Kaliyoso, Sragen. Jenazah Dani diambil ibu kandungnya, Sutini, dan jenazah Ibrohim diambil keluarganya.
Yoga Ana mengatakan, Suci Hani, istri Ibrohim, bersama kakaknya tiba di RS Polri untuk melihat jenazah. Namun, di RS kemarin tidak terlihat Suci Hani. Hingga jenazah dibawa keluar dari RS pun, Suci tidak tampak.
Pemberitahuan untuk mengambil jenazah memang sangat mendadak. Kuasa hukum keluarga Air dan Eko, M. Kurniawan, mengatakan baru diberi tahu kemarin pagi. ''Kami langsung meluncur ke Jakarta pukul 08.30 naik pesawat,'' katanya. Begitu pula Suci Hani. Dia baru diberi tahu pada Selasa malam.
Kondisi jenazah juga berbeda-beda. Berdasar keterangan keluarga yang melihat mayat, terdapat luka tembak di kepala dan hidung Air. Sedangkan pada jenazah Eko, luka tembaknya dari belakang kepala tembus ke muka.
Yang cukup mengagetkan, di jenazah Ibrohim ternyata hanya terdapat satu luka tembak. Itu pun dari hasil ricochet(peluru mental) dari tembok dan menembus punggungnya. Padahal, saat penggerebekan, Ibrohim dihujani peluru. Dia juga sempat dilempari bom low explosive.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Nanan Soekarna mengatakan, hingga kemarin polisi sudah punya delapan tersangka. Lima sudah jadi mayat, plus Aris Sutanto dan Indra Arif yang ditahan dari penggerebekan di Temanggung. Dua tersangka itu dibawa ke Jakarta pada Senin (10/8). Satu lagi Amir Abdillah alias Ahmad Ferry, penyewa safe houseJatiasih, Bekasi.
Mantan Kapolda Sumut itu menjelaskan, Ibrohim adalah perencana, pengatur, dan pengontrol serangan. Dalam rapat merancang serangan, Ibrohim yang mengusulkan JW Lounge di JW Marriott dan Ritz-Carlton sebagai sasaran. Alasannya, JW Lounge menjadi tempat pertemuan rutin orang asing.
Sedangkan Ritz-Carlton menjadi sasaran karena Ibrohim punya akses dan termasuk simbol Barat. ''Ini berdasarkan keterangan Amir Abdilllah dan tersangka yang ditangani Mabes Polri,'' kata Nanan.
Ibrohim melakukan survei pada 8 Juli. Dia mengajak Dani Dwi Permana yang ketika itu masih berstatus ''calon pengantin''. Dalam rekaman CCTV yang kemarin ditampilkan, Ibrohim masuk lewat pintu karyawan Marriott bersama Dani. Survei itu dilakukan pada sasaran bom, JW Lounge.
Pada 16 Juli, sehari sebelum eksekusi, Ibrohim membawa bom dengan mobil boks lewat loading dock melalui pintu belakang. Mobil rental yang dibawa dari Solo itu memuat bom dalam tiga kardus bunga.
Saat hendak menurunkan kardus itu, sopir mobil hendak membantunya. Namun, Ibrohim melarang dan menurunkannya sendiri. Dia lantas membawanya ke kamar 1808. Di kamar itu sudah ada Dani yang check in sejak 15 Juli.
Di Hotel Ritz-Carlton Ibrohim memasukkan bom dan pelaku bom bunuh diri Nanan Ikhwan Maulana melalui pintu masuk karyawan pada 17 Juli, hari peledakan, pukul 06.15.
Dengan informasi itu, kata Nanan, sejumlah dugaan pun pupus. Sebelumnya, beredar informasi bahwa bom dimasukkan dalam troli saat Dani check in. Dia diduga lolos dari pemeriksaan metal detector petugas keamanan hotel. ''Dia bisa masuk karena koper itu kosong,'' katanya. Ternyata, bom masuk melalui loading dock.
Sebagai perencana, lanjut Nanan, pria 37 tahun itu mengikuti rapat dengan Noordin M. Top, Amir Abdillah, Dani, dan Nana. Mereka menggelar rapat di rumah kos di Kuningan, safe house di Mampang dan Jatiasih. ''Jadi, Ibrohim adalah otak serangan di JW Marriott dan Ritz-Carlton,'' kata Nanan.
Setelah berhasil meledakkan dua tempat itu, Ibrohim disiapkan menjadi ''pengantin'' pengeboman di kediaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Cikeas, Bogor. Dia lantas bergabung dengan Amir Abdillah dan Noordin M. Top masuk kesafe house di Perumahan Nusaphala, Jatiasih, Bekasi.
Di tempat itulah disiapkan serangan untuk SBY. ''Saat itu ada pernyataan dari Ibrohim, kami mohon diri untuk siap menjadi pengantin,'' katanya. Bom rompi dan bom mobil pun segera disiapkan.
Ibrohim lantas diamankan di Temangggung sambil menunggu bom di Jatiasih. Namun, pada 7 Agustus, Ibrohim dikepung di rumah persembunyiannya di Temanggung dan tewas tertembak.
Nanan mengatakan, Ibrohim masuk Jamaah Islamiyah (JI) pada 2000. Dia diajak Amir Abdillah yang juga adik iparnya, dari sel Jakarta-Bogor. Itu berarti, Ibrohim direkrut menjadi anggota ketika masih bekerja sebagai florist di Hotel Mulia. Itu pula yang menjelaskan mengapa Ibrohim kemudian pindah ke Chynthia Florist pada 2005 meski digaji lebih rendah. Sebab, Cynthia Florist punya akses di kedua hotel itu.
Warga Tolak Pemakaman
Begitu Mabes Polri merilis bahwa pria yang tewas diberondong peluru oleh tim Densus 88 di Temanggung akhir pekan lalu adalah Ibro him, sontak warga Sampora, Kecamatan Cilimus, menolak jasadnya dimakamkan di desa tersebut. Alasannya, Ibrohim bukan warga asli setempat dan perbuatannya telah mencoreng nama desa itu.
Penolakan pemakaman jenazah Ibrohim di Sampora tersebut di ung kapkan dalam surat per nyataan yang ditandatangani 22 warga. Keluarga Ibrohim kemudian memilih TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur, untuk memakamkan jenazah florist Hotel Ritz-Carlton tersebut.
''Warga menolak Ibrohim dimakamkan di sini karena per buatannya telah mencoreng citra. Karena itu, kami langsung menyampaikan surat penolakan ter sebut kepada pihak terkait lainnya,'' jelas Kades Sampora Nur Ro hidin.
Gerebek Gudang Bom
Setelah memastikan Danni Dwi Permana, bomber Hotel JW Marriott, dan perekrutnya, Saefuddin Jaelani, dari wilayah Bogor, kemarin malam polisi berhasil menggerebek sebuah gudang bom berdaya ledak tinggi di kawasan berhawa dingin tersebut.
Gudang yang diduga disewa teroris di Kampung Bojong, RT 04/06, Kelurahan Cimahpar, Kecamatan Bogor Utara, itu be risi penuh bahan peledak yang mirip dengan bom yang ditemukan di wilayah Jatiasih, Bekasi, Sabtu dini hari lalu (8/8).
Petugas Detasemen A Satuan II Pelopor Brimob Kedung Halang me nemukan sejumlah bahan pembuat bom seperti sulfur belerang, H202 hidrogen peroksida, soda api, natrium sulfat, cairan asam, dan paralon dengan tiga kilogram bahan bom.
Menurut Kepala Satuan II Pelopor Brimob Kedung Halang Kombespol Saeful Bachri, semua itu adalah bahan untuk membuat bom rakitan. Bila sudah jadi, bom tersebut memiliki daya ledak sangat besar. ''Ini jelas sangat mirip dengan bom yang ditemukan di daerah Jatiasih beberapa waktu lalu," kata Saeful.
Petugas, lanjutnya, akan membawa barang bukti berupa bahan-bahan bom peledak ditambah satu pompa serta dua karung belerang. ''Sementara, temuan ini akan ditindaklanjuti pasukan Densus 88 Antiteror Mabes Polri," jelasnya.
Bahan-bahan bom yang memiliki daya ledak tersebut ditemukan pemilik gudang, Harlan, 45. David, 35, warga sekitar, mengatakan, Har lan menyewakan gudang tersebut kepada Sugi, 41, karena rencananya dijadikan sebuah toko material.
Namun, tanpa sepengetahuan Harlan, Sugi menyewakan gudang itu kepada empat mahasiswa. ''Yah, tiga orang laki-laki dan seorang perempuan berumur 20 tahunan menyewa tempat tersebut dari Sugi," tutur David.
David menjelaskan, empat mahasiswa itu datang sekitar Mei 2009. Mereka tidak menetap, hanya seminggu sekali datang ke gudang tersebut. Namun, sejak Juni lalu, mereka tidak pernah terlihat lagi. ''Kalau mereka datang, biasanya dua orang yang masuk ke dalam dan dua orang lagi berjaga-jaga di luar. Pernah juga Harlan ingin masuk, namun mereka larang dengan berbagai alasan," terangnya. (aga/ags/roy/jpnn/cfu/iro)
* * *
Suara Pembaruan 13 Agustus 2009
25 Gembong Teroris Mengancam
[JAKARTA] Indonesia masih harus siaga I terkait ancaman peledakan bom dengan sasaran lokasi strategis di Jakarta dan kota besar lainnya. Pasalnya, selain gembong teroris Noordin M Top yang masih berkeliaran dan siap menebar ancaman teror bom, masih ada sekitar 25 tersangka teroris lain yang belum dibekuk polisi. Mereka disinyalir berada dalam lingkaran jaringan Noordin. Posisi mereka selevel dengan Ibrohim, otak pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, yang langsung berhubungan dengan Noordin.
Di luar lingkaran itu, sejumlah nama lain, seperti Zulkifli, Dulmatin, Zulkarnain, dan Umar Patek juga menjadi ancaman tersendiri, yang sama bahayanya dengan aksi Noordin.
"Sedangkan Noordin dalam beberapa insiden peledakan bom di Indonesia, sangat jelas keterlibatannya sejak tahun 2003, atau era insiden bom JW Marriott pertama," ujar pengamat intelijen Wawan Purwanto, di Jakarta Kamis (13/8) pagi.
Menurut Wawan, 25 orang yang diduga pelaku penting berbagai tindak kejahatan teroris telah ada dalam data base. Di antaranya, di Poso (Sulawesi Tengah) tercatat tujuh orang yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang, Palembang (Sumatera Selatan) ada 5 nama, Plumpang (Jakarta Utara) 2 nama, dan 10 orang di Jawa Tengah.
Jumlah tersangka teroris yang masuk dalam DPO itu belum termasuk yang di luar data base Densus 88 Antiteror Mabes Polri. "Jadi, selain Noordin dan kelompok teroris yang terdaftar dalam DPO itu juga masih banyak pelaku lainnya,' ujar Wawan.
Banyaknya buronan kasus teroris tersebut, lanjutnya, menjadikan Indonesia masih rawan teror bom. "Konsekuensinya, menuntut ditingkatkannya kewaspadaan lingkungan, yang menjadi tanggung jawab aparat keamanan dan warga masyarakat," katanya.
Terkait hal itu, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna kembali mengingatkan masyarakat untuk waspada pascapengungkapan pengeboman JW Marriott dan Ritz Carlton.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Wahyono yang ditemui terpisah mengatakan pengamanan wilayah Ibukota terus disiagakan secara maksimal. Pengamanan itu meliputi objek vital yang disinyalir menjadi ancaman teroris. "Warga Ibukota diharapkan tetap tenang, namun jangan lengah, dan segera melaporkan aktivitas yang meresahkan," ujar Wahyono.
Aktifkan Babinsa
Secara terpisah, pakar strategi intelijen kajian ketahanan nasional Universitas Indonesia, Letjen TNI (Purn) Purbo Suwondo berpendapat, untuk mengintensifkan tekanan terhadap ruang gerak teroris di tengah masyarakat, sebaiknya juga melibatkan peran TNI, yang memiliki basis cukup luas di daerah.
"Caranya, efektifkan kembali fungsi intelijen dari anggota TNI melalui Bintara Pembina Desa (Babinsa) yang berada di pelosok daerah. Dengan langkah ini semakin banyak data yang didapat untuk membongkar jaringan terorisme. TNI juga memiliki pengalaman dalam masalah terorisme," tuturnya.
Menurutnya, pelibatan TNI secara aktif tersebut mutlak diperlukan. "Terorisme adalah masalah nasional, sehingga segala potensi harus dikerahkan," ujarnya.
Menurutnya, gembong teroris Noordin M Top masih berkeliaran di Jawa. "Kemungkinan Noordin keluar dari Pulau Jawa sangat tipis. Selain transportasi yang sangat mudah serta peralatan yang dibutuhkan tersedia, Pulau Jawa juga padat penduduknya. Ini yang menjadi strategi gerilya Noordin di Indonesia," katanya.
Dari Solo dilaporkan, jenazah Eko Joko Sarjono dan Air Setiawan, disambut bak pahlawan di rumahnya, Kampung Brengosan, Purwosari, Solo, Kamis (13/8) dini hari. Sikap warga itu, oleh Aidul Fitri, pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, dianggap sebagai cermin masyarakat setempat yang cenderung permisif.
"Tetapi saya tidak terlalu yakin, jika ideologi yang dianut Air dan Eko lantas berkembang meluas di Solo, karena warga Solo punya nalar yang khas, sehingga mereka juga resisten terhadap gerakan kelompok itu. Penyambutan bak pahlawan itu hanya sikap segelintir orang," ujarnya.
Jenazah keduanya tiba sekitar pukul 01.30 WIB, yang disambut sekitar 100 anggota laskar dengan teriakan takbir. Spanduk penyambutan yang sempat dipasang, akhirnya dilepas paksa oleh Satpol PP Pemkot Solo dan aparat Poltabes Solo.
Sementara itu, jejak dan latar belakang Nana Ikhwan Maulana (28), pelaku bom bunuh diri di Ritz Carlton, sulit diendus. Sebab, identitas dan latar belakang keluarga Nana, yang disebut-sebut sebagai warga Pandeglang, Banten, masih misterius.
Berdasarkan penelusuran di Desa Cilentung, Kecamatan Pulosari, Pandeglang, yang dicurigai sebagai tempat asal pelaku bom, terdapat dua orang yang namanya mirip dengan teroris itu. Salah satunya bernama Ikhwan Maulana (10), yang masih duduk di bangku SD, dan Nana Ikhwan Maulana, Kepala SD Palembang I di Desa Cilentung.
Muhammad Juhdi, Kepala Desa Cilentung, menjelaskan, pihaknya beberapa kali didatangi anggota kepolisian untuk menanyakan sosok Nana Ikhwan Maulana. "Kami sudah mengecek data kependudukan, namun tidak menemukan data atas nama tersebut. Jadi kami bisa pastikan bahwa dia bukan warga desa kami," ujar Juhdi.
Diperbaiki
Polres Temanggung, Jawa Tengah akan segera memperbaiki rumah milik Muzahri di Dusun Beji, Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung yang rusak, menyusul penyergapan Ibrohim oleh Densus 88 Antiteror, akhir pekan lalu. "Kami telah mendapat perintah dari Mabes Polri, agar segera memperbaiki rumah Muzahri. Setelah selesai diperbaiki, akan diserahkan kepada pemiliknya lagi," kata Kapolres Temanggung AKBP M Zari, Rabu.
Terkait dengan itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin menyatakan, pihaknya akan memberikan bantuan hukum pada Muzahri. Alasannya, yang bersangkutan adalah guru SMP Muhammadiyah Kedu dan aktif di organisasi Muhammadiyah. "Karena itu, Muhammadiyah ikut bertanggung jawab secara moral dan memberikan bantuan pendampingan hukum kepadanya," ujar Din, di Yogyakarta, Rabu.
Din menegaskan, Muhammadiyah menolak terorisme, terlebih yang berselubung agama.
* *
Ba'asyir: Insya Allah Eko Mujahid
Kamis, 13 Agustus 2009
TEMPO Interaktif, Surakarta - Pengasuh pondok pesantren Al Mukmin Ngruki Sukoharjo Abu Bakar Ba'asyir melayat jenazah Eko Joko Sarjono, Kamis pagi (13/8).
Ba'asyir datang sekitar pukul 8.30 dan langsung masuk ke rumah Eko di RT 2 RW 11, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan.
Lima menit kemudian Ba'asyir keluar. Dia mengatakan Eko meninggal dalam keadaan baik atau khusnul khotimah. "Insya Allah mujahid. Tadi saya lihat darahnya masih mengalir. Itu pertanda kalau meninggalnya baik," katanya.
Dia juga meyakini dalang sesungguhnya di balik peristiwa pemboman Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton adalah CIA, agen intelijen Amerika.
Dari rumah Eko, Ba'asyir menuju Masjid Muhajirin yang terletak di sekitar rumah Eko. Rencananya Eko dan Air Setyawan akan disalatkan terlebih dulu di masjid ini sebelum dimakamkan.
Air Setiyawan dan Eko Joko Sarjono kemarin dinyatakan polisi sebagai tersangka teroris yang tewas diterjang peluru polisi dalam penggerebekan di Jatiasih, Bekasi, Sabtu pagi lalu.
Dengan dua ambulans dan iringan beberapa kendaraan, jenazah Air dan Eko dibawa ke Solo melalui jalan darat lintas Pantai Utara Jawa. Keluarga menyiapkan pemakaman Air di Kaliyoso, Sragen.
* * *
Selalu Waspada, Ustad Perekrut “Pengantin” Bom Marriott tak Pernah Mau Dipotret
Kamis, 13 Agustus 2009
TEMPO Interaktif, Bogor --
Kemahiran berceramah membuat Saifuddin Jaelani, buron polisi paling dicari karena diduga merekrut Dani Dwi Permana, yang menjadi pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott, lekas memiliki pengaruh di kalangan tetangga di Perumahan Telaga Kahuripan, Bogor.
Ketua RW 10 Perumahan Telaga Kahuripan, Bogor, Djoko Suhardjo, menuturkan, Saifuddin pernah meminta seorang tetangganya membuka rekening di sebuah bank di Bogor. Tetangga bernama Jarmo itu kemudian membuka rekening yang buku dan kartu ATM-nya lantas dipegang Saifuddin.
Cerita itu, menurut Djoko, terungkap setelah polisi menjelaskan bahwa Saifuddin merupakan perekrut pelaku bom bunuh diri. Warga di kawasan Kompleks Candraloka, Telaga Kahuripan, Bogor, segera mengadakan rapat. Dalam forum rapat mengalir cerita tentang tindak-tanduk Saifuddin selama ini. "Salah satunya cerita Pak Jarmo tadi," katanya.
Jarmo diminta membuka rekening atas namanya, biayanya ditanggung Saifuddin. Rekening itu untuk menampung uang kiriman buat membangun pesantren dan kegiatan keagamaan. Setelah itu, Jarmo tak pernah lagi memegang buku rekeningnya. "Saya yakin Pak Jarmo tak tahu rencana jahat ini," katanya.
Saifuddin merupakan pendatang baru di kawasan perumahan itu. Dia rajin berceramah di Masjid As-Surur, tempat Dani menjadi salah seorang pengurusnya. Menurut warga, Saifuddin bahkan kemudian menjadi imam masjid. "Ada cara yang tidak kami suka. Dia terkadang berusaha mengadu domba siapa yang jadi imam, orangnya keras," kata seorang warga yang tak mau disebut namanya.
Setelah menjadi imam, diduga Saifuddin berhubungan intensif dengan Dani. Sekaligus mendoktrin Dani agar mau dijadikan "pengantin", istilah untuk pelaku bom bunuh diri. Remaja yang orang tuanya, Zulkifli, tengah ditahan di penjara Paledang, Bogor, itu rupanya tertarik dengan ajakan tersebut.
Selama tinggal di Kompleks Candraloka, Saifuddin selalu menghindar saat akan dipotret. Dalam kegiatan apa pun, dia selalu mengharamkan dirinya dipotret, sehingga warga tak memiliki foto diri Saifuddin.
Pada akhir Mei, tiba-tiba Saifuddin menghilang tanpa kabar. Hanya kepada tukang ojek yang biasa melakukan antar-jemput anaknya, Ujay, yang sekolah di Kampung Pondok, dia bercerita akan memindahkan anaknya ke sebuah pesantren.
Berselang beberapa hari, Dani juga menghilang. Warga pun bertanya-tanya, kenapa Saifuddin tidak lagi menjadi imam. Warga juga mencari keberadaan Dani, yang juga hilang tanpa jejak. "Kami tidak mengira kalau ternyata Dani diajak Saifuddin," kata Djoko.
Kini warga perumahan itu resah karena takut dianggap terkait dengan Saifuddin, apalagi jemaah yang biasa salat di Masjid As-Surur. "Terus terang kami takut dituduh sebagai teman Saifuddin, apalagi cara berpakaian kami seperti (mengenakan gamis) ini," kata Muhidin, seorang warga di sana seusai salat di masjid tersebut.
Muhidin mengaku Saifuddin pernah menyampaikan pentingnya jihad di jalan Allah karena ganjarannya surga. "Kami menganggap itu hal biasa," ujarnya.
Saifuddin tinggal selama tiga tahun di Blok CC 3 Nomor 6. Dia tinggal bersama istrinya, Kholifah, dan dua anaknya, Ujay 6 tahun, serta Mariam, berusia sekitar 6 bulan. Warga mengenalnya sebagai seorang penceramah, penjual madu, dan ahli pengobatan bekam
* * *
Ibrohim Sengaja Menyamar jadi Noordin M Top
Kamis, 13 Agustus 2009
TEMPO Interaktif, Jakarta -Tak heran jika tim Densus 88 sempat begitu yakin bahwa yang sedang mereka kepung di rumah Muh Jahri Jumat lalu adalah Noordin. Sejak lama tim Densus sudah mengawasi rumah ini. Dari pengembangan penyidikan terhadap mereka yang sudah tertangkap, Densus mendapat informasi bahwa sehari sebelum penyergapan, Noordin ada di kawasan Temanggung dan Klaten.
Maka Jumat itu, tim Densus bergerak dengan kekuatan penuh. Sumber Tempo di kepolisian menyebut, Noordin tahu bahwa posisinya sudah dilacak polisi dari anak buahnya yang mengirim kode. Noordin pun, saat itu ada di dekat rumah Muh Jahri, segera menghilang.
Nah, "kesalahan" mulai terjadi ketika polisi menginterogasi kakak beradik Aris Susanto dan Hendrawan yang ditangkap di pasar, tak jauh dari rumah Muh Jahri. Kedua kakak beradik ini menyebut bahwa Noordin Top ada di rumah Muh Jahri.
Pengepungan pun dilakukan. Polisi tak tahu persis, benarkah Noordin ada di dalam. Di sini, beredar cerita bahwa saat pengepungan, Densus berteriak bertanya siapa di dalam rumah. Dari dalam, orang yang rupanya Ibrahim menyahut: "Saya Noordin".
Ibrohim rupanya memang "pasang badan". Besar kemungkinan, dia mengaku sebagai Noordin untuk mengecoh polisi sehingga konsentrasi polisi tidak lagi memburu Noordin, tapi mengepung rumah tempat dia berlindung.
Sumber Tempo juga menyebut, Ibrahim bahkan secara fisik "menyaru" sebagai Noordin. "Ini terlihat dari, antara lain, Ibrahim sengaja memelihara jenggot agar dikira Noordin," kata sumber itu.
Hasilnya, seperti kita tahu, Densus habis-habisan menggempur "Noordin" yang ternyata Ibrohim.
* * *