T = Saya kelaparan karena tidak punya uang untuk membeli makanan, lalu minta belas kasihan tidak ada yg memberi, mau bekerja belum ada yang menerima. Saat ini saya lapar tak tertahankan dan sense of survival saya memaksa untuk kriminal (nyomot roti di salah satu kios). Hanya tinggal penguasaan diri yang memagari saya agar tidak menyakiti / merugikan orang lain.
J = Sure, then ?
T = Saya ingin selingkuh dengan pasangan hidup orang lain (berlandaskan suka sama suka). Bukan hanya selingkuh secara fisik, tapi juga ada keterlibatan emosi dan batin yang bisa dibangun secara sadar dengan persiapan langkah-langkah strategis. Bisa jadi hal ini akan menyakiti orang-orang di sekitar saya dan pasangan selingkuh saya (mungkin termasuk anak-anaknya). Hanya tinggal penguasaan diri yang memagari saya agar tidak menyakiti / merugikan orang lain.
J = Sure, then ?
T = Apakah karena nyolong roti itu masuk pasal pencurian jadi mempengaruhi spiritualitas secara negatif, sedangkan berselingkuh suka sama suka itu hanya masuk area etika sosial jadi masih termasuk oke ?
J = Kriminalitas yg mempengaruhi spiritualitas anda secara negatif adalah menjadi teroris atau maling. Contoh teroris, meledakkan bom di Marriott. Contoh maling: melarikan mobil orang. Jadi, ada usaha merugikan orang lain secara material yg direncanakan dengan matang. Selingkuh bisa saja direncanakan dengan matang, tetapi kalau dasarnya suka sama suka tetap saja tidak termasuk kriminal. Dan spiritualitas atau kerohanian anda tetap akan baik-baik saja, terutama karena anda tidak munafik.
Tidak terhitung banyaknya orang Indonesia yg selingkuh. Saya sendiri pernah diajakin begituan oleh suami as well as istri orang. Yg termasuk selingkuh itu mereka, karena mereka statusnya menikah. Dan saya tidak disebut selingkuh, karena saya tidak menikah.
Untuk selingkuh merupakan HAM yg ada di diri anda. Itu tubuh anda sendiri bukan ? Tetapi tentu saja akan ada konsekwensi yg harus anda tanggung sendiri. Makanya anda harus pintar-pintar mengatur strategi agar tidak ketahuan.
Lebih baik lagi kalau anda bisa berbicara terus terang dengan pasangan hidup anda kalau anda berniat untuk selingkuh. Banyak pasangan yg, setelah bertahun-tahun menikah, akhirnya memutuskan untuk berjalan sendiri-sendiri saja. Tiap hari mereka akan pulang ke rumah, dan tampil biasa-biasa saja di hadapan orang lain dan anak-anak mereka. Tetapi pada kenyataannya mereka telah "separate" (dalam tanda kutip). Berpisah walaupun tetap tinggal satu rumah.
Dan itu oke saja, suatu pilihan yg bisa diambil oleh manusianya sendiri. Itu hidup dia sendiri bukan ? Dia manusia bebas, kenapa harus menghambakan diri kepada nilai-nilai salah kaprah yg masih dianut oleh orang-orang lainnya ? Nilai salah kaprah akan selalu menyalahkan diri sendiri as well as orang lain. Nilai salah kaprah adalah kata lain dari nilai-nilai budak.
Sebagian besar manusia yg lahir di Indonesia diajarkan untuk hidup sebagai budak oleh orang tua mereka yg ketika kecil juga diajar untuk menjadi budak. Indonesia is bangsa budak. Budak terhadap adat kebiasaan, budak terhadap agama, budak terhadap negara.
Budak akan selalu berbicara tentang kewajiban / tanggung jawab. Perkataan terindah buat budak adalah "Ingatlah." "Ingatlah bahwa kita semua budak !"
Anehnya, walaupun budak selalu berbicara tentang kewajiban / tanggung jawab sebagai budak, dalam prakteknya budak akan selalu berusaha untuk menipu mereka yg dirasa membudakinya. Tipuan-tipuan kecil oleh budak sangatlah umum. Malas sedikit, korupsi sedikit, bohong sedikit, selingkuh sedikit adalah contoh tipuan-tipuan kecil oleh para budak.
Kalau dipanggil oleh Sang Tuan, budak akan selalu siap datang dengan terbungkuk-bungkuk. Dan kalau ada orang lain yg tidak datang ketika dipanggil, maka budak akan menunjukkan wajah tidak senang dan langsung membentak orang itu: "Ingatlah !"
"Ingatlah bahwa kita semua budak !" kata para budak.
Pedahal tidak semuanya budak. Saya bukan.
+
Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .