T = Dear Leo,

Gw baru aja membaca isi Notes kamu yg Huwal Awwalu Wal Akhiru dan Nabi Yg Pinter.

Beberapa pertanyaan untuk Leo nih. Tolong dimaklumkan kalau pertanyaan-pertanyaan gw sounds like a babbling fool soalnya gw cuma ibu rumah tangga dan orang awam sih.

J = Gw apalagi, belom pernah married dan memang orang awam juga.

T = By the way is this the right way to send you questions and concerns via FB Inbox or there is another proper way to send ?

J = It's the right way. Terkadang ada teman yg mengirimkan pertanyaan melalui facebook. Terkadang dikirimkan ke email address di . Both are ok.

T = Well, below are my questions.

Pertanyaan 1:

Kalau kesadaran itu ada karena we want it to be there (exists), then it wasn’t there to begin with ? Jadi itu cuma sesuatu yg kita reka-reka supaya kita feel better about ourselves, supaya manusia memiliki rasa superioritas dibanding makhluk hidup lainnya di dunia dan agar manusia mendapatkan apa yg disebut-sebut sebagai “balance in life” atau ketenangan jiwa ?

J = I 'm not sure what you mean here.

In my opinion, and based on my experience, yg namanya kesadaran itu cuma sadar thok. Saya sadar bahwa saya sadar, cuma seperti itu saja.

I am aware that I am aware, tanpa ada pemikiran segala macam. Pemikiran itu lahir dari kesadaran, dan bukan kesadaran lahir dari pemikiran.

Karena kita sadar, akhirnya kita berpikir darimana kita berasal. Kita semua pernah berpikir kita asalnya dari mana, dan nanti kita mau ke mana.

Tetapi, berdasarkan penelusuran segala macam, kita tidak pernah berhasil menemukan darimana asalnya kesadaran kita, dan akan pegi ke mana setelah kita mati.

Karena kita tidak bisa menemukan jawaban yg kita cari, akhirnya kita menciptakan agama. Agama adalah teori yg mencoba menjelaskan darimana kita berasal dan ke mana kita akan menuju.

Agama itu sudah ada sejak manusia mulai ada di atas bumi ini, yg mungkin sejak beberapa ratus ribu tahun yg lalu. Agama yg pertama kali muncul adalah agama primitif, yg memberikan nama dewa atau dewi kepada segala macam gejala alam.

Lalu muncul agama-agama yg lebih sophisticated. Agama Hindu yg muncul di India sejak sekitar 5,000 tahun yg lalu termasuk agama yg sophisticated karena tiap aspek kejiwaan manusia diberikan satu simbol berupa dewa atau dewi.

Agama Buddha adalah yg paling sophisticated dari kebudayaan India karena segalanya telah di-abstrakkan. Ada konsep tentang kesengsaraan yg ditimbulkan oleh segala macam pemikiran dan laku manusia. Sidharta Gautama bilang bahwa kalau mau seimbang, jalan yg perlu ditempuh adalah jalan tengah.

Kita membatasi segala yg ekstrim kanan dan ekstrim kiri, dan akhirnya kita akan bertahan di tengah saja. Bertahan di tengah artinya tidak terlalu jahat dan tidak terlalu baik. Tidak terlalu materialistis, dan tidak terlalu spiritualistis. Tidak terlalu kaku, dan tidak terlalu supel.

Agama-agama yg muncul di Cina, yaitu agama Tao dan Kong Hu Cu, terutama mengajarkan keseimbangan alam semesta. Ini juga konsep saja sebenarnya, dan kalau sudah diaplikasikan menjadi etika seperti dalam Kong Hu Cu, akhirnya manusia bisa menjadi semacam "robot" juga, yg dalam hal ini menjadi robot dari "keteraturan" bermasyarakat. Keteraturan dalam tanda kutip.

Kong Hu Cu berpikir masyarakat ada aturannya, dan itu memang benar. Tetapi yg tidak terpikirkan oleh Kong Hu Cu adalah bahwa aturan kemasyarakatan itu berubah terus. Apa yg di masa lalu dianggap sebagai pembangkangan dan ketidak-teraturan, di masa kini dianggap sebagai hal biasa saja.

Agama-agama besar di Timur Tengah: Yahudi, Nasrani dan Islam mungkin yg paling non toleran dibandingkan semua agama-agama lainnya. Non toleran di sini dalam arti menuntut diakuinya agama sebagai satu-satunya pegangan. Ada yg namanya syahadat atau pengakuan iman. Diajarkan bahwa syahadat itu asalnya dari Allah (sebutan bagi Tuhan yg tunggal).

Pedahal segala macam syahadat itu cuma kompromi politik yg diusahakan dan dicapai oleh manusia di suatu masa, dan untuk mempertahankan komunitas mereka maka manusia yg lahir sesudahnya diwajibkan untuk meng-imani apa yg telah dicapai tersebut. Dan nama Allah dibawa terus.

Kalau kita mengerti sejarah, maka kita akan bisa dengan mudah bilang bahwa segala syahadat itu cuma kompromi politik saja, dan jelas tidak ada nilai spiritualnya. Kalaupun ada nilainya, maka nilainya terletak di dalam penggalangan suara masyarakat, persis seperti pengumpulan suara pemilu di Indonesia.

Dan Allah di situ akan menjadi cap dari kelompok yg bisa mengumpulkan suara terbesar di suatu masa. Dan perubahan lalu di-haramkan.

Dan kelompok pemenang itu lalu mengeluarkan berbagai teori tentang penciptaan alam semesta, tentang bagaimana nabi-nabi itu berkiprah, tentang ajaran yg "benar" (dalam tanda kutip), dan tentang ajaran yg "salah" (dalam tanda kutip juga).

Tetapi ini semuanya cuma pemikiran belaka, yg lahir dari kesadaran manusia yg memang ada dan akan tetap ada.

Saya sadar bahwa saya sadar, dan itu tetap ada bahkan tanpa mengikuti segala macam pemikiran yg dilahirkan oleh berbagai aliran keagamaan.

T = Pertanyaan 2:

Kalimat ini saya kutip dari Notesnya Leo: “Yg ada cuma kesadaran manusia yg menciptakan segalanya. Kesadaran manusia menciptakan Allah yg disebutnya sebagai pencipta. Kesadaran yg sama menciptakan Iblis. Kesadaran yg sama menciptakan jin, malaikat, yg dalam hal ini disebut sebagai ciptaan dari Allah. Pedahal segala macam hal non fisik itu adanya cuma di dalam kesadaran manusia saja.”

Jadi kesimpulan gw dari kalimat di atas: God doesn’t exist at all but only in our minds. It exists because we as humans need it to be ? Because it is in our nature that as humans we need something to hold on to. Something more or less tangible in order to feel safe and have some kind of peace and order ?

J = Allah cuma istilah saja untuk merujuk kepada kesadaran yg ada di diri kita, yg memang ada karena ada. Kita tahu bahwa kesadaran kita selalu ada, tetapi kita bilang bahwa yg selalu ada itu Allah. Pedahal kesadaran kitalah yg selalu ada itu.

Allah sebagai sesuatu yg di-asumsikan menciptakan segalanya itu juga ada. Di atas kesadaran kita ada kesadaran lagi yg menciptakan kesadaran kita. Dan di atas kesadaran lebih tinggi itu ada kesadaran lagi. Begitu tidak ada habis-habisnya.

Simbolnya adalah langit yg berlapis-lapis. Cuma langit saja, kesadaran saja, dan tidak ada "bapak jenggot" yg menghitung amal ibadah orang.

Allah sebagai "bapak jenggot" yg mengancam menjebloskan orang ke dalam neraka adalah Allah yg buatan manusia. Ini Allah yg sama yg menjanjikan sorga penuh susu dan madu as well as bidadari kepada mereka yg mau taat kepada "agama" (dalam tanda kutip).

Nah, agama itu adalah ciptaan manusia yg mau merekayasa manusia-manusia lainnya. Caranya adalah dengan menciptakan konsep "Allah" yg menuntut syariat segala macam. Kalau syariat itu dipenuhi, yg untung siapa ? Mereka yg menciptakan dan menjadi pengurus dari institusi syariat itu sendiri bukan ?

Kalau kita mau jujur, kita akan bilang terus terang bahwa kalau benar Allah ada, maka kesadaran kita merupakan bagian dari Allah. Bagian yg tidak terpisahkan.

Ayat Al Quran yg paling bagus bilang: Allah lebih dekat daripada urat leher kita. Apa yg lebih dekat daripada urat leher kita ? Kesadaran kita bukan ?

Kita sadar bahwa kita sadar, dan Allah ada di sana.

Dan tanpa syariat, tanpa syahadat, tanpa amal ibadah.

T = Pertanyaan 3:

Pertanyaan gw jadi kita lahir ke dunia itu atas ciptaan siapa ? Apa muncul begitu aja without any reasons ? Or by accident seperti teori Big Bang ? Kalau kata ilmuan semesta kita yg sekarang ini tercipta seperti teori di bawah ini maka berarti harus ada suatu awal dong. Jadi yg gw pengen tahu sebelum awal tsb ada apa ? Or there was nothing at all ?

"Big Bang Theory - The Premise

Big Bang theory is an effort to explain what happened at the very beginning of our universe. Discoveries in astronomy and physics have shown beyond a reasonable doubt that our universe did in fact have a beginning. Prior to that moment there was nothing; during and after that moment there was something: our universe. The big bang theory is an effort to explain what happened during and after that moment.

According to the standard theory, our universe sprang into existence as "singularity" around 13.7 billion years ago. What is a "singularity" and where does it come from? Well, to be honest, we don't know for sure."

J = Sampai saat ini gw gak pernah ngalor ngidul sampai ke penciptaan alam semesta. Yg gw pegang cuma premis bahwa kita sadar karena kita sadar.

I am aware because I am aware. Dan kalau mau dilanjutkan, maka kesimpulannya adalah bahwa segala macam yg ada di alam semesta ini juga ada karena kita ada. Alam semesta ada karena saya sadar bahwa saya ada.

Karena saya sadar, maka bumi ada. Kalau saya tidak sadar, maka bumi tidak ada.

Dan karena saya tahu bahwa saya selalu sadar, maka for all practical purposes, yg namanya bumi itu selalu ada. Itu saja.

Siapa yg menciptakan bumi ini ? For all practical purposes juga, jawabannya adalah: kesadaran saya. Kesadaran saya lah yg menciptakan bumi ini, karena kalau saya tidak sadar maka bumi ini tidak akan ada.

T = Kalau dari tulisan kamu di atas berarti: there is no life after death ? Alias yg namanya surga itu janji palsu belaka ? Yg ini gw rather thinks this way too. But still confused why ? Karena kalau seperti itu adanya, maka there was no beginning (asal) ? Apakah benar kita exist in this world by accident and everything that happened or is happening or will happen to us is the result of random conincidence ? There is no big picture or real purpose for us ? We were born, we live and we die ? Who or what is behind all these creations in nature ? That is my big question !

J = We are conscious that we are conscious. We are conscious that we are alive. We have never been unconscious. Walaupun kita tidur, kita tahu bahwa kita tetap sadar, cuma fokusnya ke "alam" lain, dan memory di alam lain itu susah sekali untuk di bawa ke alam fisik ini.

What is the purpose of all these ?

Buat enjoy aja. All That Is, the big Consciousness living in you, in me and in everybody else wants to enjoy Itself/Himself/Herself/Themselves.

All That Is tidak bisa merasakan dirinya sendiri saja, makanya dia membelah diri. Yg membelah diri itu kesadaran yg BESAR sekali itu. Sebagian menjadi kesadaran anda, sebagian menjadi kesadaran saya, dan sebagian menjadi kesadaran yg ada di teman-teman lainnya.

All That Is selalu sadar bahwa dia sadar. Dan dia mau enjoy dirinya sendiri.

Bisa juga kita pakai istilah "pembelajaran". Yg belajar itu siapa kalau bukan All That Is juga ? Yg belajar itu Allah yg ada di diri kita. Kita sebagai Allah.

Tetapi istilah "pembelajaran" agak berat kesannya, makanya gw pakai istilah enjoy. Untuk enjoy saja. Untuk mencoba segala macam eksperimen, dari ekstrim ke ekstrim.

Ada yg hancur berantakan, ada yg maju, ada yg stagnant, dan semuanya itu enjoyment bagi All That Is. Dia yg BESAR itu mengalami semuanya.

Tidak ada dosa dan pahala di sini, tidak ada sorga dan neraka, yg ada hanyalah kesadaran BESAR dan kesadaran KECIL. Dan semuanya merupakan bagian dari kesadaran yg selalu ada itu.

T = Pertanyaan 4:

Gw setuju dengan tulisan kamu tentang Nabi Yg Pinter. Manusia memang perlu dibohongin dengan hal-hal yg berbau gaib + intangible agar mau turuti nasihat / aturan-aturan. Kalau nggak ya mau seenaknya aja dan akhirnya without proper guidelines and protocols this world would be in one big mess and chaos. Karena kita sebagai manusia punya primal fear againts something that is unknown, unseen, and untouchable. Lebih efektif dan mudah dipaksakan oleh para Nabi terhadap pengikutnya jika dia bilang kalimat itu langsung turun dari Tuhan.

Gw kira hal sama juga dilakukan oleh Nabi Muhammad. Since he was supposedly illiterate, people instantly thinks that he is the genuine thing. That he really heard God speaks to him directly. Kalau gw sih mengira dia lagi dalam keadaan trans karena meditasinya di gua or tempat dia menggembala di gurun pasir.

Pertanyaan gw adalah ngomong-ngomong soal Nabi seperti di atas: Kenapa agama-agama besar yg diturunkan lewat yg namanya para Nabi itu hanya di Semenanjung Arab ? Kenapa banyak pihak mengganggap Budha dan Hindu itu bukan agama tapi kepercayaan yg timbul karena suatu kebudayaan tertentu ? Kalau dipikir-pikir kan Judaism, Kristen dan Islam juga terlahir out of domestic necessity of certain culture in this case Jewish and Quraisy (Arabs) ?

J = Karena hanya agama-agama Yahudi, Kristen dan Islam saja yg ngotot habis-habisan bahwa hanya ada satu Allah yg memberikan satu agama, dan yg lain adalah orang kafir, murtad, musyrik, syirik dan berbagai sebutan laknatullah lainnya.

Pemikiran keagamaan Hindu dan Buddha itu luar biasa sekali, tetapi mereka ini tidak memaksakan pemikiran itu kepada penganutnya seperti dilakukan oleh pemuka-pemuka agama Timur Tengah, terutama Kristen dan Islam.

Agama agama yg sifatnya jahiliyah itu sebenarnya Kristen dan Islam. Ajaran agama di-klaim sebagai datang dari "Allah" (dalam tanda kutip), dan manusia yg tidak mau mengikuti akan didzolimi habis-habisan, termasuk dibakar hidup-hidup, hukum pancung, dan sebagainya.

Untungnya kalangan Kristen sudah banyak yg kapok dan meninggalkan adat kebiasaan jahiliyah itu. Islam sebagian sudah tercerahkan, dan sebagian lagi masih menganggap bahwa benar-benar ada Allah yg menurunkan segala ajaran itu.

T = Banyak hal yg mengganggu pikiran gw menyangkut pertanyaan-pertanyaan mengenai keimanan. Gw mengakui my heart and mind don’t belong to any organised religion. But by my simple logic I believe that there must be something intangible beyond our comprehention that regulates and creates this universe.

J = Ya, memang ada yg lebih besar daripada kesadaran kita. Kita cuma tahu bahwa kesadaran kita merupakan bagian dari DIA.

Cuma itu saja, dan tanpa syariat ataupun syahadat apapun.

T = Selalu aja ada yg mengganjal di pikiran gw tentang organised religions.

Kristen: buat apa harus susah-susah Tuhan menjelmakan dirinya dalam tubuh dan darah Jesus? Kalau tujuannya mau membuat manusia takut dan blind faith terhadap ajaran Jesus. Yes to some degree it helps. It has worked on some people at that time but not all Jews accepted him.

Lalu datanglah Islam yg katanya mengkoreksi past mistakes of Christianity: for me Islam has a lot of conflicting passages in Al Quran. Katanya agama perdamaian kok isinya mengajak orang memusnahkan mereka yg dianggap Kafir ? Nadanya jadi sama dengan G.W. Bush yg berfalsafah “If your’re not with me than your’re againts me”.

Padahal di ayat lain ada kalimat yg sifatnya tidak mau memaksa “Agamamu adalah agamamu dan agamaku adalah agamaku”.

Islam isinya kok mirip orang paranoid. Mayoritas isinya Larangan dan DOSA. Bolak balik ini-itu dosa dengan ganjaran yg keras in You’ll Burn in Hell. Lha kok isinya ancaman melulu ya ? Bagaimana manusia mau willingly submit themselves to this ?

Manusia semakin dilarang akan semakin melawan itu sudah basic human nature. I think Islam needs a major overhaul especially if it wants to survive in the coming centuries.

I don’t know if there are others that think like I do on this matter. Gw kaget juga waktu baca-baca Notes nya Leo di FB. Radikal sekali is my first impression of you. Sulit buat gw untuk bisa bicara terbuka seperti ini karena harus menimbang rasa dengan orang tua dan lingkungan sosial.

Kalau terbuka kepada orang di luar bisa-bisa gw dibilang atheist atau gila. Satu-satunya orang tempat gw bertukar pikiran cuma suami gw. Gw berdua suami untungnya punya pandangan yg sama tentang agama.

J = Wow, what a sharing !

Of course you are very sane, sangat waras.

Hanya orang waras yg bisa berpikir seperti anda, congratulations !

+

Leo
@ Komunitas Spiritual Indonesia .

0 Comments:

Post a Comment