Berikut di bawah ini bisa disimak kumpulan berita atau tulisan tentang seluk-beluk pemilihan presiden 2009, yang diambil dari berbagai sumber, Di samping disajikan di berbagai milis, kumpulan berita ini juga bisa dibaca selanjutnya dalam website http://umarsaid.free.fr/




= = =
Tidak Puas meski Suara Mega-Pro Lebihi Pileg


Sabtu, 11 Juli 2009


YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Meski perolehan suara pasangan calon presiden-wakil presiden Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto melebihi perolehan suara hasil pemilu legislatif gabungan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerakan Indonesia Raya, Tim Kampanye Daerah Mega-Pro DIY tetap kecewa. Pasalnya, suara Mega-Pro di DIY kalah telak dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.

Ketua Tim Kampanye Daerah Megawati-Prabowo DIY, Djuwarto, Sabtu (11/7) di Yogyakarta, mengatakan, berdasarkan laporan dari para saksi yang bertugas di 8.049 tempat pemungutan suara di DIY, Mega-Prabowo memperoleh lebih dari 500.000 suara. Namun, dalam pemilu legislatif lalu gabungan suara PDI-P dan Partai Gerindra hanya sekitar 400.000 suara. "Jika dilihat dari perolehan suara ini, kerja kita menunjukkan hasil. Tetapi hasil itu tetap tidak memuaskan karena kalah," ungkap Djuwarto.

Djuwarto mengakui, hasil suara di pilpres ini jauh di bawah target minimal tim kampanye daerah Mega-Pro DIY yang mencanangkan target perolehan suara pada pilpres minimal sekitar 800.000 suara. "Ya maklum kita dikeroyok partai-partai koalisi pendukung SBY," ungkap Djuwarto.

Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Dewan Pimpinan Daerah Partai Golongan Karya DIY Deddy Suwadi menyatakan menerima kekalahan mereka di pilpres. "Kalau kami kalah wajar. Wong kerja tidak maksimal. Sosialisasi tidak sampai basis," katanya.

* * *
Keunggulan SBY, Cerminan Rakyat Melankolik

Sabtu, 11 Juli 2009

JAKARTA, KOMPAS.com — Budayawan Sudjiwo Tedjo berpendapat bahwa seorang pemimpin merupakan cerminan masyarakat yang dipimpinnya. Nah, keunggulan sementara calon presiden SBY berdasarkan hasil quick count yang menunjukkan kecenderungannya sebagai presiden terpilih nanti merupakan cerminan masyarakat Indonesia. "Kalau aku karena dibesarkan dalam tradisi pendalangan, melihat pemimpin dan masyarakat seperti jodoh. Kalau suami penjudi, istri juga. Begitu juga sebaliknya," tutur Sudjiwo dalam diskusi polemik bertemakan "Presiden Lanjutan" di Warung Daun Pakubuwono, Jakarta Selatan, Sabtu (11/7).

Sudjiwo mengatakan, jika presiden yang terpilih terlalu menjaga citra atau 'jaim' (jaga image), sosok presidennya tak jauh dari sifat itu. Dan demikianlah kecenderungannya sekarang.

Pengamat politik Sukardi Rinakit melihat kini SBY-lah yang menunjukkan kans paling besar untuk menjadi pemenang pilpres dengan karakter jaim dan melankoliknya. "Rakyat kita memang melodramatik. Mudah kasihan, mudah bosan, dan mudah lupa. Setelah terpilih, mereka lupa dengan janji-janji apa," tutur Sukardi.

Tak dapat disalahkan memang, lanjut Sukardi, sekitar 80 persen pemilih Indonesia berpendidikan SMP dan SMU ke bawah. Para pemilih ini masih mementingkan pencitraan daripada kinerjanya. "Kinerjanya biasa-biasa, pencitraannya luar biasa, seperti yang di SMS-SMS itu. Rakyat kita masih percaya pencitraan, tradisional-tradisional begitu," ujar Sukardi.

"Kalau JK, orang-orang tua bilang bagaimana presiden begini. Ngocol terus, ngelawak terus, pecicilan. Kalau saya terus terang suka gayanya Pak JK. Tapi pendapat orang desa beda," tandas Sukardi.

* * *

Mega-Pro Buka Posko Pengaduan Kecurangan Pilpres

Jumat, 10 Juli 2009

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Kampanye Nasional pasangan capres-cawapres Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto membuka posko pengaduan kecurangan Pemilu Presiden 2009. Informasi posko ini juga rencananya akan ditayangkan di sejumlah stasiun televisi swasta nasional.

Menurut Sekretaris Timkamnas Fadli Zon, posko ini bertujuan untuk memastikan setiap suara sah dihitung dan sebaliknya, suara yang tidak sah tidak dihitung. "Mega-Pro bukan hanya ikut pilpres, tapi juga menjaga proses demokrasi di Indonesia," ujar Fadli.

Bagi masyarakat yang ingin memberikan pengaduan dapat menghubungi 081210999111 atau email ke pengaduan@megaprabowo.com. Masyarakat juga bisa datang ke Media Center Mega Prabowo ke Jalan Prapanca, Mampang, dan Teuku Cik Di Tiro, Jakarta Pusat.

Fadli mengatakan, langkah Mega-Pro yang terus berupaya mengungkap kecurangan-kecurangan pilpres bukanlah apologi pascapilpres, melainkan rangkaian langkah guna menjaga proses demokratisasi.

"Kami sudah melayangkan surat protes kecurangan pilpres jauh sebelum pilpres dimulai," ujarnya.

Sementara itu, Koordinator Advokasi Timkamnas Gayuus Lumbun mengatakan, jika temuan kecurangan terbukti, bukan tidak mungkin pilpres kembali diulang. Timkamnas meminta Bawaslu dapat bertindak objektif menangani laporan kecurangan pilpres.

"Bawaslu jangan hanya bisa menjadi badan inventarisasi dan kategorisasi pelanggaran pidana. Bawaslu bisa resisten dari tekanan politik," ujarnya.

* * *
Kalla Ucapkan Selamat pada Yudhoyono

Jum'at, 10 Juli 2009

TEMPO Interaktif, Jakarta - Calon presiden Jusuf Kalla mengucapkan selamat pada Susilo Bambang Yudhoyono, yang berdasarkan hasil hitung cepat memenangkan pemilihan presiden 2009, melalui telepon Kamis (9/7) pukul 1945.

Kalla, yang didampingi calon wakil presiden Wiranto, dalam makam malam bersama pemimpin redaksi media di Jakarta Kamis malam, mengungkapkan, percakapan dengan presiden Yudhoyono itu dilakukan selama 10 menit.

"Beda dengan bu Mega, besok kan saya harus ngantor. Masak gak memberi selamat,” katanya sambil tertawa.

Yudhoyono dalam hitung cepat sejumlah lembaga survei meraih suara 60 persen lebih, sedangkan Megawati mendapat 27 persen, dan Kalla 11 persen lebih.

* * *
Yudhoyono Dibanjiri Ucapan Selamat Kepala Negara Sahabat

Kamis, 9 Juli 2009

TEMPO Interaktif, Jakarta - Meski baru versi hitung cepat dinyatakan unggul dan berpotensi menang dalam satu putaran, Capres Susilo Bambang Yudhoyono sudah dibanjiri ucapan selamat dari pemimpin negara-negara sahabat. "Tadi saya menerima telepon dari beberapa sahabat sejak tadi pagi," kata Yudhoyono dalam keterangan pers di pendopo kediamanya, Puri Cikeas Indah, Bogor, Kamis (09/07).

Menurutnya, meskipun dirinya sudah menyampaikan kepada para sahabatnya itu bahwa baru hasil hitung cepat dan belum dipastikan secara resmi oleh KPU tetapi mereka mengatakan dengan metodologi spesifik hal itu bisa dipercaya. "Satu persatu, beberapa telah menyampaikan selamat bukan hanya kepada saya tetapi kepada demokrasi indonesia," katanya.

Yudhoyono menyatakan dari pandangan kepala negara sahabat Indonesia telah menjalankan pesta demokrasi dengan baik, damai dan demokratis. "Tentu saya senang kalau bangsa kita, negara kita mendapatkan pengakuan dan penghargaan seperti ini," katanya.

Berturut-turut pemimpin negara sahabat yang menyampaikan ucapan selamat ke dirinya adalah Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, Presiden Timor Leste Ramos Horta, dilanjutkan oleh Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Liong. Siang harinya, Ia menerima telpon Perdana Menteri Australia Kevin Rudd, Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak, serta Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo.

"Dan baru saja dari Menteri Mentor Singapura Lee Kuan Yeuw yang juga mendoakan semoga Indonesia terus tumbuh menjadi negara yang demokratis dengan capaian ekonomi yang semakin baik sehingga mendatangkan manfaat bagi kehidupan rakyat kita," kata SBY.

Dalam keterangan persnya itu, Yudhoyono didampingi calon wakilnya Boediono yang baru tiba dari Yogyakarta. Mereka berdua kemudian menggelar pertemuan tertutup dirumahnya.

* * *

Diucapi Selamat, Yudhoyono Minta Kalla Tetap Berbakti pada Negara

Kamis, 09 Juli 2009

TEMPO Interaktif, Cikeas - Untuk pertama kalinya, calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjalin komunikasi dengan calon presiden yang menjadi rivalnya Jusuf Kalla. Keduanya yang merupakan pasangan presiden dan wakil presiden saat ini berkomunikasi melalui telepon.

Yudhoyono menerima telepon Kalla di depan kerumunan wartawan di pendopo rumahnya, Puri Cikeas Indah, Bogor, Kamis (09/07).

Berikut penggalan pernyataan Yudhoyono kepada Kalla:

“Sebagaimana yang kita bicarakan, walaupun dalam suasana kompetisi tetap kita jalin silaturahmi. Kita beri contoh. Lanjutkan pelaksanaan tugas. Kita bertugas untuk langkah selanjutnya ke depan. Tadi saya sampaikan sidang kabinet paripurna, Selasa, aktif lagi kerja sampai 20 Oktober. Pak Jusuf, sejarah mencatat, jasa Anda besar sekali. Teruskan apa yang menjadi amanah kita berdua. Insya Allah ada jalannya. Negara masih membutuhkan Pak Jusuf, apapun peran Pak Jusuf nanti. Kami menunggu sesuai dengan pilihan pak Jusuf. Saya senang, kalau Pak Jusuf masih bisa mendarmabaktikan untuk negara. Kita bicarakan berdua nanti. Sampai ketemu, salam untuk keluarga.”

Setelah menerima telepon, Yudhoyono langsung menggelar keterangan pers didampingi calon wakilnya Boediono yang baru tiba dari Yogyakarta. "Alhamdulilah sebagaimana saudara saksikan baru saja saya dan Jusuf Kalla berkomunikasi beliau sampaikan ucapan selamat," kata dia.

Menurut Yudhoyono, mereka berdua akan terus menjalankan amanah sbagai presiden dan wakil presiden sampai akhir masa bakti. Kompetisi, kata dia, bisa keras tetapi keduanya sepakat untuk tidak memutus tali silaturahmi.

"Saya katakan, jasa beliau besar ke pemerintah dan negara, ke depan Pak JK bisa melakukan apa saja menurut pilihan beliau yang masih berguna bagi bangsa rakyat dan negara kita," kata dia.

Yudhoyono menambahkan Selasa depan, akan diadakan sidang kabinet paripurna yang dihadiro oleh semua anggota Kabinet Indonesia Bersatu.

Calon presiden incumbent itu mengaku bersyukur bisa berkomunikasi dengan Kala. Menurut Yudhoyono, hal itu merupakan peristiwa penting.

"Rakyat bisa melihat ada kalanya kami berkompetisi toh kami bisa tetap menjaga hubungan baik," kata dia. Demokrasi seperti itulah yang patut untuk terus dikembangkan di negeri ini sehingga demokrasi semakin matang dan dewasa.

Kemudian, Ia juga berharap kedua tim sukses, baik Kalla - Wiranto dan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono bisa kembali bersatu kembali setelah berkompetisi. Mereka, menurut Yudhoyono, berkompetisi dengan keras karena menjalankan tugas. "Tugas itu sudah selesai dan saya harap bisa bersatu kembali," kata dia.

Yudhoyono dalam hitung cepat sejumlah lembaga survei meraih suara 60 persen lebih, sedangkan Megawati mendapat 27 persen, dan Kalla 11 persen lebih.

· *

Pelajaran dari Kemenangan Yudhoyono

Tempo Interaktif, 9 Juli 2009

Sejumlah pelajaran bisa ditarik dari kemenangan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Keunggulan duet itu menunjukkan kian matangnya pemilih dalam menentukan sikap politik. Fenomena itu juga menegaskan bahwa bangsa kita sudah berada di jalur yang tepat untuk terus menempuh jalan demokrasi sebagai alat dan cara mengatasi perbedaan.

Kemenangan Yudhoyono-Boediono memang belum resmi. Angka kemenangan baru terlihat dari hasil hitung cepat (quick count) Komisi Pemilihan Umum dan berbagai lembaga riset. Namun, seperti pada pemilu legislatif yang lalu, perolehan hitung cepat biasanya tak berbeda jauh dengan hasil resmi.

Maka, dari hasil hitung cepat itu kita bisa membaca berbagai hal di balik kemenangan duet usungan koalisi pimpinan Partai Demokrat tersebut. Pada awal berlangsungnya kontes presiden, pasangan Yudhoyono-Boediono menuai kritik karena tak mengikuti mitos bahwa pasangan calon harus merepresentasikan Jawa dan luar Jawa. Muncul opini, pasangan yang sama-sama Jawa ini akan menimbulkan resistansi dari pemilih di luar Jawa.

Mitos itu terbukti runtuh. Pasangan Yudhoyono-Boediono mampu mengeduk suara terbanyak di beberapa kantong suara penting luar Jawa. Kemenangan besar diraih di Sumatera (termasuk Nanggroe Aceh Darussalam), Kalimantan Barat dan Selatan, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Maluku, dan Papua. Bahkan, di Bali, Yudhoyono mampu mendapatkan suara mendekati pasangan Megawati-Prabowo.

Hasil itu menunjukkan bahwa pemilih kian rasional dan pragmatis dalam menentukan sikap politik. Pemilih tak mempersoalkan apakah Yudhoyono-Boediono kombinasi Jawa dengan non-Jawa atau bukan. Bagi pemilih, tak peduli dari mana mereka, yang penting pasangan itu dipercaya mampu memenuhi harapan.

Berkaitan dengan isu runtuhnya primordialisme ini, apresiasi patut disematkan kepada Jusuf Kalla. Keteguhannya untuk maju sebagai calon presiden mampu memberi inspirasi bahwa yang bukan Jawa pun harus berani berlaga sebagai calon presiden. Kalah-menang soal lain. Yang penting, keberanian untuk bersaing meruntuhkan mitos primordialisme.

Duet Yudhoyono-Boediono juga unggul di wilayah-wilayah yang selama ini dikenal sebagai basis pesaing, seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah. Pada pemilihan legislatif yang lalu, Partai Golkar menguasai Jawa Barat dan PDIP mendominasi Jawa Tengah. Tapi kali ini duet “Lanjutkan” menang di sana.

Lagi-lagi, sikap rasional-pragmatislah yang membuat Yudhoyono-Boediono memimpin perolehan suara. Pemilih di wilayah itu tak menghendaki tawaran perubahan kandidat lainnya. Mereka ragu untuk mempertaruhkan apa yang telah dinikmati selama ini. Pemilih enggan mengambil risiko. Apalagi rekam jejak dua pasangan lainnya juga dianggap menyimpan “cacat politik”.

Pada akhirnya hal ini menunjukkan bahwa kedewasaan politik masyarakat semakin tinggi. Masyarakat tak lagi bisa dirayu dengan pendekatan-pendekatan non-rasional. Khalayak akan mempertimbangkan hal-hal yang masuk akal sebelum bersikap. Maka, sungguh aneh jika kedewasaan politik khalayak ini tidak diimbangi dengan kedewasaan politik para elitenya. Demokrasi tak bisa lagi menerima sikap kekanak-kanakan.



* * *

0 Comments:

Post a Comment