Oleh Fredy Wansyah *

Televisi dan Jalur Kekuasaan

Media elektronik, dalam hal ini adalah televisi, merupakan dua jalur metode kekuasaan. Pertama, kekuasaan dalam mempertahankan ideologi. Kedua, kekuasaan dalam ruang dan suatu daerah. Keduanya saling singgung dan dijalankan sesuai kapasitas kepentingan masing-masing.

Pertelevisian di Indonesia lahir atas sebuah konsepsi suatu ideologi, oleh penguasanya, hingga kepentingan mendasar atas kebutuhan media tersebut seolah-olah tidak menjadi pretensi kebutuhannya. Sebagai media elektronik, yang diproduksi oleh beberapa unsurnya, jurnalisme salah satu unsur yang memenuhi unsur-unsur tersebut dibebankan pada kepentingan mendasar yang berpihak kepada publik. Di satu sisi otoritas pemodal saat ini telah menguasai, dan bahkan mengendalikan beberapa aspek yang dihasilkan pertelevisian, diantaranya: wacana, “fokus sorot” dan bahkan paradigma sosial (mengenai paradigma, yang sangat mendasar dan bersifat terselubung adalah bahasa).

Aspek ideologi yang otoritarian telah jatuh dari kekuasaannya, 12 tahun yang lalu, dan kini masa kebebasan dalam kepentingan publik dan rakyat-rakyat yang menjadi korban diskriminasi sosial-ekonomi layak diwacanakan. Namun, hal ini sangat berbenturan pada prinsip kapital. Segala bentuk wacana, khususnya kebutuhan pemilik modal menjadi pretensi wacana di televisi. Dampaknya, masyarakat ekonomi lemah yang tidak memiliki kepentingan wacana tersebut justru tidak memahami maksud dan isi wacana. Seolah-olah pemaksaan wacana terus bergulir seiring kebutuhan pemodal dalam memantau pasar.

Kepentingan-kepentingan atas wacana subyektif (demi kepentingan suatu kelompok) diawali rezim Orde Baru. Pemberitaan sebagai suatu bentuk kewacanaan harus mengikuti “kebutuhannya.” Selain itu, sensor dan pengekangan dilakukan dengan gencar. Akibatnya, stasiun-stasiun televisi swasta diarahkan sesuai stasiun televisi negara (TVRI) dalam memproduksi berita.

Sementara itu, paska runtuhnya dominasi suatu stasiun televisi, pemodal mengintensifkan kapitalnya dalam pertelevisian. Saat ini telah hadir lebih dari sepuluh stasiun televisi swasta, baik lokal maupun nasional. Sebagai publik, dapat diuntungkan dengan kehadiran stasiun-stasiun televisi tersebut karena dapat menelisik wacana sesuai gaya pemberitaan masing-masing. Kepentingan pasar tetap menjadi hal utamanya, sehingga frekuensi antara kebutuhan publik dan kebutuhan pemodal tidak seimbang. Salah satu kebutuhan pemodal yang jelas terlihat adalah iklan, sebagai penghubung pasar dengan produsen dan komoditinya.

Pewacanaan

Wacana-wacana yang hadir atau diproduksi oleh pelaku pertelevisian saat ini merupakan hal yang sangat bertendensi pada keuntungan. Segala bentuk wacana yang sedang hangat diharapkan dapat menjadi suatu komoditi yang menguntungkan. Akibatnya, wacana-wacana tidak lagi variatif sesuai kebutuhan masyarakat dan juga berpihak pada masyarakat luas.

Beberapa kasus telah terjadi diskriminasi sosial atas produksi wacana di televisi. Unsur-unsur kebahasaan yang sering kali terjadi luput dari telisik dalam “mengkonsumsi” wacana tersebut. Misalnya, “Polisi ditembak oleh orang tak dikenal,” dan, “Mahasiswa melakukan aksi anarkis.” Keduanya merupakan bentukan yang saling menyudutkan antara pelaku aktif dan pelaku pasif. Pada contoh pertama “polisi” seolah-olah mendapat serangan yang tidak seimbang, atau bahkan “polisi” dihadirkan sebagai sosok pahlawan. Hampir sama dengan bentuk contoh yang kedua, bahwa “mahasiswa” melakukan tindakan yang tidak wajar. Akibatnya, penghakiman oleh penerima pewacanaan tersebut akan “menghakimi” secara general (keseluruhan) mahasiswa di berbagai tempat. Dan, masih banyak bentuk-bentuk lainnya yang menyudutkan salah satu “pelaku” atas wacana yang dihadirkan. Selain itu pula, sorotan kamera sangat mempengaruhi visual penonton. Sorotan tersebut dipengaruhi pula oleh otoritas kamerawan.

Selain unsur pewacanaan tersebut, sebagai penonton diharapkan aktif dan selektif dalam memilih dari variasi televisi atas pewacanaan yang diangkatnya. Saat ini beberapa media elektronik telah dikuasai sahamnya oleh politik elit sekaligus pelaku bisnis. Jadi, sangat wajar bila kemasan berita dalam mengakses suatu “fakta” dikemas dengan kemasan hiburan. Tiga fungsi utama pertelevisian adalah hiburan, informasi, dan pendidikan. Acara-acara televisi justru mengaburkan kemasan-kemasan pendidikan dan informasi demi meningkatkan daya penghiburannya.

Meski begitu, bukan berarti kita menganggap bahwa sajian berita adalah hiburan. Sangat disayangkan bila salah satu media (cetak), seolah-olah dihadirkan sebagai “penandingan,” menganggap sajian-sajian berita sama dengan hiburan. Kemungkinan lain, penandingan tersebut untuk mendobrak hegemoni pertelevisian (sebab dua bentuk media yang berbeda) dalam persaingan pasar. Dan, penonton yang aktif dan kritis adalah salah satu cara menghadapi (mengkonsumsi) media tersebut. Sebab, pewacanaan tidaklah dilihat atas dasar kemasannya saja, melainkan seberapa besar keberpihakannya kepada publik.

Peningkatan arus informasi dalam waktu belakangan ini justru diikuti meningkatnya pula perkembangan media-media. Mulai perkembangan dari bentuk akses hingga bentuk penyajiannya. Ada dua hal menghadapi perkembangan pertelevisian saat ini yakni pertama, mengetahui pelaku serta konteksnya sesuai kepentingan, kedua, asas produksinya.

Maka, solusi yang terpenting adalah tidak mengkonsumsi wacana atas satu media elektronik saja, melainkan non elektronik. Sebab, kepentingan-kepentingan publik saat ini telah bias karena adanya arus “meraup keuntungan” dan ideologi yang terselubung.


* Penulis adalah pendiri Komunitas Sastra Langkah, sekaligus anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Bandung.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

DAFTAR PROGRAM LEGISLASI NASIONAL
RANCANGAN UNDANG-UNDANG PRIORITAS
TAHUN ANGGARAN 2010
 
NO JUDUL RUU NA DAN DRAFT RUU DISIAPKAN
1 RUU tentang Intelijen DPR
2 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran DPR
3 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum DPR
4 RUU tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian DPR
5 RUU tentang Kelautan DPR
6 RUU tentang Pencegahan dan Pemberantasan Pembalakan Liar DPR
7 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman DPR
8 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan DPR
9 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun DPR
10 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi DPR
11 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi DPR
12 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat DPR
13 RUU tentang Penanganan Fakir Miskin DPR
14 RUU tentang Jaminan Produk Halal DPR
15 RUU tentang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga DPR
16 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja DPR
17 RUU tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional DPR
18 RUU tentang Keperawatan DPR
19 RUU tentang Gerakan Pramuka DPR
20 RUU tentang Otoritas Jasa Keuangan DPR
21 RUU tentang Bantuan Hukum DPR
22 RUU tentang Mata Uang DPR
23 RUU tentang Perekonomian Nasional DPR
24 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri DPR
25 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik DPR
26 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPR
27 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan DPR
28 RUU tentang Pengendalian Dampak Produk Tembakau Terhadap Kesehatan DPR
29 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1987 tentang Protokol DPR
30 RUU tentang Pengambilalihan Tanah untuk Kepentingan Pembangunan DPR
31 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya DPR
32 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPR
33 RUU tentang Konvergensi Telematika PEMERINTAH
34 RUU tentang Tindak Pidana Teknologi Informasi PEMERINTAH
35 RUU tentang Komponen Cadangan Pertahanan Negara PEMERINTAH
36 RUU tentang Administrasi Pemerintahan PEMERINTAH
37 RUU tentang Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta PEMERINTAH
38 RUU tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana PEMERINTAH
39 RUU tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi PEMERINTAH
40 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi PEMERINTAH
41 RUU tentang Keimigrasian PEMERINTAH
42 RUU tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana PEMERINTAH
43 RUU tentang Perdagangan PEMERINTAH
44 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara PEMERINTAH
45 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi PEMERINTAH
46 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian PEMERINTAH
47 RUU tentang Keantariksaan PEMERINTAH
48 RUU tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan PEMERINTAH
49 RUU tentang Transfer Dana PEMERINTAH
50 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah PEMERINTAH
51 RUU tentang Pengelolaan Keuangan Haji PEMERINTAH
52 RUU tentang Pemilihan Kepala Daerah PEMERINTAH
53 RUU tentang Tindak Pidana Pencucian Uang PEMERINTAH
54 RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan PEMERINTAH
55 RUU tentang Badan Usaha Milik Daerah PEMERINTAH
56 RUU tentang Hukum Materiil Peradilan Agama bidang Perkawinan PEMERINTAH
57 RUU tentang Informasi Geospasial PEMERINTAH
58 RUU tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta PEMERINTAH
NO DAFTAR RUU KUMULATIF TERBUKA
1 Daftar RUU Kumulatif Terbuka tentang Pengesahan Perjanjian Internasional
2 Daftar RUU Kumulatif Terbuka akibat Putusan Mahkamah Konstitusi
3 Daftar RUU Kumulatif Terbuka tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
4 Daftar RUU Kumulatif Terbuka tentang Pembentukan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota
5 Daftar RUU Kumulatif Terbuka tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Menjadi Undang-Undang

Oleh Sudiarto *

Warga Jakarta dan sekitarnya masih dihantui oleh pemadaman listrik yang tiba-tiba oleh Perusaahaan Listrik Negara (PLN). Pelayanan listrik yang buruk ini dimulai paska gardu induk PLN Cawang terbakar pada 29 September tahun lalu. Banyak perkantoran terkena imbasnya dan terpaksa memulangkan pekerjanya lebih awal. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Tangerang mencatat kerugian hingga Rp 10 miliar per hari khususnya di sektor industri tekstil dan plastik. Industri konveksi di Jelambar, Jakarta Barat, terpaksa berhenti beroperasi selama listrik padam, dan para pekerja borongannya pulang kampung karena menganggur. Pemadaman listrik juga mengganggu distribusi air bersih oleh dua perusahaan air minum Jakarta, Aetra dan PAM Lyonnaise Jaya (Kompas.com, 12/11/2009). PLN bahkan terpaksa menyewa genset untuk dipakai di sejumlah rumah sakit, sekolah, kampus, pasar induk dan kantor polisi serta tangsi militer (Pos Kota Online, 30/9/2009).

Terbakarnya gardu induk Cawang bukan satu-satunya peristiwa gangguan penyaluran listrik PLN di Jabotabek. Tepat satu hari sebelumnya, trafo interbus di gardu induk Kembangan, Jakarta Barat, juga terbakar (Pos Kota Online, 28/9/2009), disusul terbakarnya trafo PLTGU Muara Karang pada 9 November 2009. Ditambah dengan jadwal pemeliharaan di gardu induk Gandul, maka kemampuan PLN untuk menyalurkan listrik ke wilayah Jakarta pun menurun drastis. Pemadaman listrik bergilir menjadi jawaban yang paling mungkin dilakukan PLN.

Krisis listrik yang sebelumnya sangat dirasakan di luar Jakarta, khususnya di Luar Jawa dan Bali, kini tiba-tiba menghampiri pusat kekuasaan. Kelas menengah perkotaan ibukota yang selama ini menjadi barometer kesadaran politik Indonesia mulai merasakan kekesalannya, sebagaimana tampak dengan munculnya berbagai grup di situs jejaring sosial Facebook yang menggugat soal pemadaman listrik dan kinerja PLN. Bahkan akhirnya persoalan ini menjadi bahasan istana pada rapat kabinet terbatas, Selasa (17/11/2009). Menurut Presiden SBY, jika PLN tidak sanggup memperbaiki kinerjanya, swasta akan diberi peluang untuk berperan di ketenagalistrikan.

Namun, tampaknya SBY pura-pura lupa, bahwa Undang-Undang Ketenagalistrikan (UUK) yang baru disahkan pada bulan September lalu memang telah memangkas kewenangan PLN sebagai satu-satunya Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) sebagaimana diamanatkan dalam UU Ketenagalistrikan sebelumnya (UU No 15/1985). Dalam UUK yang baru, daerah diperbolehkan mengoperasikan sendiri pembangkit, transmisi dan distribusi listrik hingga penjualan ke konsumen. Demikian pula dengan pihak swasta, sehingga menghilangkan monopoli PLN.

Keterlibatan swasta dalam usaha ketenagalistrikan sebetulnya sudah dimulai pada 1998, dikenal dengan sebutan Independence Power Producers (IPPs), seperti PT Cikarang Listrindo. Hanya saja, semua energi listrik yang dibangkitkan harus dijual kepada PLN sebagai satu-satunya pembeli (single buyer), kecuali jika mereka memiliki grid (jaringan) sendiri di luar grid PLN. Menurut Ahmad Daryoko, ketua Serikat Pekerja (SP) PLN, model liberalisasi ketenagalistrikan yang dianut oleh UUK yang baru – dan sebetulnya juga sempat muncul dalam UUK 2002 yang dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi – adalah dengan cara memecah PLN (unbundling). Sistem kelistrikan Jamali (Jawa-Madura-Bali) yang sudah terintegrasi secara vertikal kini akan dipecah-pecah secara vertikal pula dengan banyak perusahaan menguasai pembangkit, transmisi, distribusi, dan ritel. Karena grid PLN menjadi bancakan banyak pihak, proses bisnis yang berkali-kali menyebabkan nilai pajak pun berlipat-lipat, dampaknya ke konsumen adalah tarif listrik yang jauh lebih mahal dari tarif dasar listrik (TDL) sekarang. Subsidi yang selama ini dinikmati rakyat – di mana rakyat hanya membayar Rp 650,00 per kWh dari biaya produksi Rp 2.600 per kWh – tak lagi bisa dinikmati, jika nantinya pembangkit dijual ke asing. Anak perusahaan PLN, PT Pembangkit Jawa Bali (PJB), dikabarkan akan segera dijual kepada asing.

Pola kartel sangat mungkin terjadi di antara banyak perusahaan, akibatnya pada beban puncak (peak load) pasokan listrik (supply) bisa saja tidak memenuhi permintaan (demand), dan pada titik ekstremnya terjadi blackout. Negara bagian California di Amerika Serikat memulai liberalisasi pada 1996 dan terjadi blackout masif pada 2000-2001, di Brazil privatisasi pada 1992 menciptakan 10 hari blackout pada 1999 dan 3 bulan pada 2001. Sedangkan di Selandia Baru privatisasi pada 1986 diikuti dengan blackout pada 1998.

Untuk menjawab persoalan krisis listrik, pemerintah menjanjikan akan melakukan percepatan pembangunan pembangkit 10.000 MW tahap kedua berbasiskan batubara, dengan dominasi swasta (IPP) yang sangat kuat. Dengan adanya UUK yang baru, PLN hanya akan menjadi salah satu pemain di antara banyak perusahaan swasta dan asing. Ibaratnya seperti Pertamina dan ritel migas asing (Shell, Petronas, Total). Pemerintah tak punya lagi kewenangan untuk mengontrol, tarif dasar listrik sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar. Energi listrik sebagai hajat hidup orang banyak tak lagi dikuasai negara dan tak lagi untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat, melainkan untuk sebesar-besarnya profit.

Setelah sekarang dihantam pemadaman bergilir, berikutnya, rakyat akan dikenai tarif berlipat-lipat untuk dapat menikmati listrik. Di sisi lain, industrialisasi sangat bergantung pada energi listrik yang murah. Dengan tarif listrik yang membumbung, biaya produksi akan dibebankan kepada konsumen, dan tidak mampu bersaing dengan produk sejenis dari luar negeri yang lebih murah. Slogan PLN, “Listrik untuk kehidupan yang lebih baik,” sepertinya hanya akan tinggal kata-kata manis belaka.

* Penulis adalah penggiat globalisasi pada Institute for Global Justice (IGJ), sekaligus anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Jabodetabek.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

Tulisan ini juga disajikan dalam website http://umarsaid.free.fr


Catatan A. Umar Said


Tulisan ini mengajak para pembaca untuk bersama-sama mencoba menelaah  - dari berbagai segi dan sudut pandang – masalah-masalah besar yang sedang dihadapi oleh bangsa dan negara kita. Sebab, seperti yang sama-sama kita saksikan,  dewasa ini kita semua sedang disuguhi sejumlah besar persoalan-persoalan besar dan kecil yang  menunjukkan bahwa  rakyat kita sedang berada dalam keadaan parah yang tidak menentu. Kiranya, di antara sebagian dari masalah-masalah  yang  bisa sama-sama kita simak adalah yang sebagai berikut :

Banyak kalangan sedang menunggu-nunggu apa saja yang akan terjadi tanggal 28 Januari yang akan datang, yang bertepatan dengan peringatan 100 hari pemerintahan SBY. Karena, sudah ada desas-desus (yang cukup santer) bahwa akan terjadi aksi besar-besaran dari berbagai kalangan, baik dari yang pro pemerintahan SBY maupun  yang dari kalangan oposisi. Bisa saja terjadi macam-macam hal atau keadaan yang tidak terduga ketika  peringatan tanggal 28 Januari ini.

Persoalan skandal raksasa Bank Century sudah berbulan-bulan menarik perhatian dan bahkan menggugah kemarahan besar dari berbagai kalangan, berhubung kasus ini telah menunjukkan bahwa sudah terjadi banyak kesalahan, penyelewengan, atau kejahatan berkaitan dengan « nyasarnya » dana sebesar Rp 6,7 triliun (jelasnya : Rp 6,7 000 000 000 000)  oleh penjahat besar Robert Tantular, yang bersekongkol dengan berbagai fihak.

Pansus Angket DPR yang sudah melakukan pemeriksaan beruntun terhadap berbagai soal yang berkaitan dengan skandal Bank Century sejak permulaan bulan Desember yang lalu sekarang sudah menginjak tahap-tahap permulaan perumusan keputusan atau rekomendasi.


Pansus DPR tidak akan bisa memuaskan

Apa pun yang akan menjadi perumusan keputusan atau rekomendasi Pansus DPR tentang kasus besar Bank Century ini pasti akan menimbulkan heboh. Karena, sekarang saja sudah ada prediksi dari berbagai kalangan bahwa Pansus Angket DPR akhirnya tidak akan bisa mengambil keputusan yang memuaskan bagi sebagian terbesar rakyat yang melihat adanya kejahatan dan penyelewengan besar-besaran di Bank Century ini.

Kita bersama-sama akan bisa melihat bahwa  presiden SBY beserta  pendukung-pendukungya akan terus berusaha menggunakan segala daya dan cara untuk bisa « melumpuhkan »  Pansus DPR yang terdiri dari wakil-wakil partai,  yang justru sebagian besar adalah bagian dari koalisi yang sudah digalang SBY. Ini bisa dilakukannya melalui tekanan-tekanan, negosiasi atau « rekayasa »  (halus dan kasar), terhadap pimpinan partai-partai, termasuk para menteri dan pejabat-pejabat penting di berbagai bidang.

Persoalan lain yang cukup besar adalah masalah Wakil Presiden Budiono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang selama ini sudah menjadi sasaran  dari macam-macam aksi atau gerakan (terutama oleh kalangan muda bangsa kita) setiap hari. Persoalan Budiono dan Sri Mulyani ini akan tetap menjadi masalah hangat  dalam beberapa bulan yang akan datang. Agaknya, masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi di sekitar ini.

Walaupun Presiden SBY mungkin tidak bisa dilengserkan atau dimakzulkan (impeachment), namun banyak sekali orang menganggapnya bahwa ia harus bertangunggungjawab (secara langsung atau tidak langsung) atas terjadinya penggelontoran uang sebanyak Rp 6,7 triliun oleh KSSK (Menkeu Sri Mulyani bersama Budiono sebagai Gubernur Bank Indonesia).

Dari sidang-sidang pemeriksaan Pansus DPR, muncul berbagai indikasi juga bahwa dalam hal penggelontoran dana sebesar Rp 6,7 triliun kepada Bank Century ini banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh berbagai pejabat (di bidang pengawasan) di Bank Indonesia, yang menyebabkan kelirunya tindakan-tindakan oleh KSSK (Budiono dan Sri Mulyani)

Sesudah Pansus DPR tentang Bank Century bersidang sekitar dua bulan, maka terdengar suara-suara yang menghendaki supaya pekerjaan Pansus ini dipercepat, sehingga seluruh tenaga dan fikiran bangsa dapat dikonsentrasikan kepada penanganan berbagai masalah penting. Sebab, menurut suara-suara ini, masih banyak sekali soal-soal  mendesak yang harus diselesaikan atau dikerjakan.

Adanya suara-suara yang memperdengarkan kejenuhan atau tidak kesenangan terhadap dibongkarnya berbagai ketidakberesan dalam pemerintahan atau lembaga-lembaga penting negara oleh Pansus DPR haruslah kita curigai atau kita sikapi dengan waspada. Sebab, selama sidang-sidang terbuka oleh Pansus DPR banyak sekali keburukan, kebusukan, kesalahan, dan penyelewengan dari pajabat-pejabat negara kita telah ter-ekspose atau tertelanjangi.



Pendidikan politik besar-besaran bagi rakyat

Sidang-sidang terbuka untuk umum Pansus  DPR tentang Bank Century merupakan pendidikan politik  besar-besaran dan luas sekali bagi banyak kalangan masyarakat, yang dapat mengikutinya melalui siaran pers dan terutama televisi. Pendidikan politik yang dimungkinkan oleh munculnya kasus skandal raksasa Bank Century ini merupakan sumbangan yang amat penting bagi kehidupan bangsa, yang belum pernah terjadi sebelumnya (kecuali dalam tahun 1998 ketika Suharto dijatuhkan oleh gerakan besar-besaran oleh angkatan muda kita).

Petunjuk penting dari naiknya kesedaran politik rakyat kita adalah bangkitnya sebagian penting kalangan muda kita (terutama mahasiswa) yang bergerak terus-menerus di banyak tempat di negeri kita untuk melampiaskan kebencian mereka terhadap korupsi yang merajalela dimana-mana, terutama yang terwujud dalam skandal Bank Century dan kasus Anggodo. Gerakan atau aksi-aksi yang dengan gigih dilancarkan kalangan muda kita merupakan motor atau bensin bagi bermacam-macam gerakan rakyat kita lainnya.


Revolusi dan Bung Karno disebut-sebut

Di antara berbagai petunjuk tentang  naiknya kesedaran politik rakyat kita (sekali lagi, terutama sekali angkatan muda) adalah terdengarnya tuntutan terhadap  perubahan besar dan fundamental di negeri kita, disuarakannya kata-kata revolusi, disebut-sebutnya nama Bung Karno, dan dicemoohkannya Orde Baru atau pemerintahan  era Suharto.

Adalah menarik sekali untuk diperhatikan bahwa sejak munculnya kasus Bank Century maka perbedaan antara berbagai aspek pemerintahan Suharto dan pemerintahan Bung Karno telah diangkat dalam berbagai kesempatan. Dalam kaitan ini kita semua dapat menyaksikan bahwa selama kasus Bank Century dipersoalkan, maka puji-pujian terhadap Suharto tidak terdengar.

Dari berbagai sudut pandang dapatlah kiranya kita lihat bahwa kasus skandal raksasa Bank Century tidaklah menguntungkan kepentingan kubu sisa-sisa Orde Baru. Karena, masyarakat melihat bahwa kebanyakan pelaku-pelaku dalam kasus besar skandal ini (seperti halnya dalam kasus BLBI) terdiri dari koruptor-koruptor yang bermental reaksioner, yang pada umumnya adalah pendukung sistem politik anti-kiri atau anti-Bung Karno. Orang-orang yang benar-benar berpandangan kiri atau betul-betul tulus pro-rakyat tidaklah akan tega hati melakukan korupsi secara besar-besaran seperti yang sudah dilakukan para pendukung Orde Baru selama puluhan tahun, sampai sekarang.

Seperti yang sudah kita semua ketahui, korupsi adalah kejahatan yang merugikan kepentingan publik, atau dengan kata lain : mencuri atau maling kekayaan rakyat. Oleh karenanya, korupsi  sebenarnya merupakan pengkhianatan rakyat. Dan pengkhianatan terhadap kepentingan rakyat ini adalah kejahatan yang dosanya besar sekali dan,  karenanya, harus mendapat hukuman yang seberat-beratnya. Oleh sebab itu  gerakan anti- korupsi yang dilancarkan besar-besaran dan terus-menerus di seluruh negeri ini adalah benar-benar tugas mulia dan tujuan luhur dari semua kalangan dan golongan.



Perbedaan besar dengan pemerintahan di bawah Bung Karno

Kiranya, dari sudut pandang ini jugalah kita bisa melihat kasus perampokan Bank Century (dan juga kasus Anggodo), sebagai  hanya puncak dari sebuah gunung es besar sekali,  yang terbenam di bawah pemerintahan Suharto selama 32 tahun dan berbagai pemerintahan sesudahnya.

Korupsi dan segala macam kejahatan yang ditimbulkan oleh berbagai penyalahgunaan kekuasaan adalah ciri utama pemerintahan Suharto (yang diteruskan oleh pemerintahan-pemerintahan lainnya, termasuk pemerintahan SBY). Hal yang demikian sangatlah berbeda atau, bahkan, bertentangan sama sekali dengan pemerintahan di bawah Bung Karno.

Pemerintahan di bawah Bung Karno yang dicintai sebagian terbesar rakyat adalah bertentangan sama sekali, atau berbeda seperti langit dan bumi, dengan pemerintahan Suharto atau pemerintahan-pemerintahan lain sesudahnya. Juga, adalah jelas sekali bagi kita semua, bahwa pemerintahan SBY sebagian besar  - atau pada pokoknya  --  didukung oleh sisa-sisa kekuatan Orde Baru yang anti kiri atau anti ajaran-ajaran Bung Karno.

Padahal, sejarah terbaru bangsa kita sudah menunjukkan dengan jelas bahwa pemerintahan yang menentang ajaran-ajaran besar dan menyampingkan gagasan-gagasan luhur dan revolusioner Bung Karno tidaklah akan  bisa mengadakan perubahan-perubahan besar dan sejati menuju masyarakat adil dan makmur. Agaknya, demikian jugalah halnya dengan pemerintahan SBY.


Buanglah ilusi terhadap partai-partai pendukung koalisi SBY

Dengan perspektif yang demikian ini, maka makin jelaslah bagi seluruh kekuatan demokratik di Indonesia  --  tidak peduli dari golongan yang mana pun, atau dari agama dan suku apa pun --  perlunya untuk membuang jauh-jauh segala ilusi terhadap partai-partai politik yang dewasa ini tergabung dalam parlemen atau menjadi bagian dari koalisi SBY.

Sebab tidak tertutup kemungkinan bahwa dalam menghadapi kasus besar Bank Century  ini (dan masalah-masalah besar bangsa lainnya) akan terjadi berbagai macam kompromi dan negosiasi dalam permainan di belakang layar, yang pada dasarnya atau pada akhirnya akan merupakan persekongkolan kontra-revolusioner terhadap perjuangan rakyat untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur.

Agaknya,  sudah dapat diramalkan sejak sekarang, bahwa setelah selesainya pekerjaan Pansus DPR tentang Bank Century yang seluruhnya berlangsung selama 3 bulan, tidak akan terjadi banyak perubahan besar dan penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Sebab, banyak urusan penting mengenai negara dan rakyat ini akan tetap diurusi oleh orang-orang yang sekarang juga, atau, oleh mereka yang sejenis dan mempunyai pandangan politik yang serupa. Dan yang begini ini akan berlangsung selama lima tahun lagi !!!

Mengingat itu semua perhatian dan harapan besar berbagai kalangan ditujukan  kepada KPK, sebagai lembaga penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Namun kepercayaan publik terhadap KPK ini harus juga disertai pengawalan dan dukungan, di samping pengawasan yang waspada. Sebab, haruslah sama-sama kita cegah supaya KPK tidak merosot dan membusuk, dengan adanya bermacam-macam korupsi, kejahatan atau penyelewengan.


Patah tumbuh hilang berganti !!!

Karena itu, semua kekuatan demokratik Indonesia,  terutama sekali yang non-partai, perlu setapak-setapak menggalang berbagai bentuk kekuatan, dengan segala cara dan jalan, untuk bersama-sama membentuk kekuatan baru, yang bisa diajak mendatangkan perubahan-perubahan besar dan fundamental. Sebab, sekarang sudah makin jelas bahwa perubahan besar dan fundamental yang menguntungkan rakyat banyak tidak bisa diharapkan lagi sama sekali dari orang-orang yang bermental korup, yang berpandangan reaksioner, yang anti ajaran-ajaran revolusioner Bung Karno, dan yang menjadi pendukung politik Suharto beserta konco-konconya.

Ketika situasi di dunia sedang mengalami perubahan besar terus-menerus (ingat, antara lain : munculnya China dan India sebagai kekuatan besar ekonomi dunia yang baru, kemajuan-kemajuan besar di Rusia, Vietnam, Kuba dan Venezuela, merosotnya peran Amerika Serikat, berkembangnya Uni Eropa) maka Indonesia pun memerlukan perubahan-perubahan besar dan fundamental yang bisa mendatangkan kemajuan besar bagi rakyat.

Bergejolaknya secara besar-besaran opini publik yang disebabkan oleh munculnya kasus Bank Century, dan dilancarkannya terus-menerus bermacam-macam aksi oleh kalangan muda bangsa, merupakan indikasi bahwa benih-benih untuk perubahan besar sedang mulai  tumbuh dimana-mana. Berbagai gejala juga menunjukkan bahwa berbagai kekuatan politik pendukung Bung Karno yang pernah dipatahkan oleh kekuatan reaksioner di bawah Suharto mulai tumbuh kembali dan apa yang hilang dalam tahun 1965-1966 sedang juga berganti.

Kekuatan baru yang digalang atau dibangun bersama-sama oleh berbagai kalangan rakyat inilah, yang bisa meneruskan perjuangan yang telah dilakukan Bung Karno bersama rakyat menuju masyarakat adil dan makmur. Bukannya yang lain !!!



Paris, 24 Januari 2010 (malam)
 

                       =   =

PS. Sebagai pelengkap dari tulisan ini, harap disimak kumpulan berita/tulisan tentang kasus Bank Century yang disajikan dalam 9 rubrik dalam website http://umarsaid.free.fr

Oleh Chrisbiantoro *

Lebih dari sebelas tahun yang lalu, gerakan mahasiswa memberi warna dan menjadi salah satu penentu diletakkannya fondasi demokrasi di Indonesia. Namun saat ini, gerakan mahasiswa kurang terlihat perannya dalam mengawal demokrasi dan menjadi oposisi untuk kebijakan pemerintah yang kurang berpihak kepada rakyat.

Gerakan mahasiswa adalah sebuah fenomena dalam gerakan sosial dan selalu mengambil peran pada setiap jaman dan masanya. Namun saat ini, semakin sulit melihat peran serta mengidentifikasi gerakan mahasiswa. Sejarah Indonesia mencatat, gerakan mahasiswa terkadang pada momentum tertentu menemui titik keemasan dan menjadi motor perubahan, namun juga tidak sedikit gerakan mahasiswa mengalami disorientasi yang berujung pada keterpurukan. Apakah gerakan mahasiswa telah gagal dan kehilangan makna?

Kondisi kekinian

Gerakan mahasiswa tahun 1998 adalah salah satu faktor pendobrak bagi terciptanya kebebasan sipil politik yang tersandera selama 32 tahun lamanya. Namun setelah reformasi, tidak ada lagi satu gelembung besar gerakan mahasiswa, justru yang nampak hanya riak – riak kecil dan terpecah dengan isu – isu sektoral dan tidak sedikit pula yang masuk dalam perangkap pragmatisme politik penguasa.

Fenomena ini jelas terlihat dalam potret gerakan mahasiswa saat ini yang semakin nampak eksklusif dan kurang kontekstual dengan isu–isu kerakyatan. Kondisi ini diperparah dengan munculnya gesekan–gesekan akibat dari sempitnya sudut pandang dalam menafsirkan perbedaan ideologi, simbol dan kepentingan di antara mereka. Sering terlihat dalam aksi–aksi mahasiswa, meskipun memiliki pilihan isu yang sama namun dalam aksi tidak bisa berjalan bersama.

Sebagai simbol gerakan oposisi, kondisi gerakan mahasiswa di Indonesia saat ini mengalami penurunan baik kualitas maupun kuantitas. Sehingga kehadiran dan tekanannya kurang dirasakan. Dalam realitasnya, gerakan mahasiswa saat ini sulit beradaptasi dengan gerakan masyarakat sipil lainnya. Bahkan tidak sedikit terjebak pada pola yang sempit, yakni mengartikulasikan “gerakan” hanya pada satu atau dua metode, sehingga message yang akan disampaikan kurang dirasakan oleh masyarakat maka hasilnya dukungan dan simpati dari masyarakat terhadap gerakan mahasiswa tidak terlalu besar.

Dalam beberapa kasus, khususnya untuk isu–isu Hak Asasi Manusia (HAM) baik itu pelanggaran hak sipil politik ataupun ekonomi sosial dan budaya (ekosob), semakin jarang ditemukan mahasiswa mengambil inisiatif untuk bergerak. Meski tidak bisa dipungkiri ada sebagian mahasiswa yang secara sadar dan aktif turut terlibat dalam beberapa aksi kemanusiaan, seperti membantu bencana alam, kekerasan oleh aparat negara, skandal Bank Century, korupsi, dan beberapa isu–isu lainnya. Namun format gerakan yang dibangun masih terkesan sporadis dan tidak cukup memiliki konsistensi sehingga kurang diperhitungkan oleh penguasa. Bahkan dalam kehidupan di kampus, aktivis mahasiswa saat ini hanyalah kelompok minoritas dan kurang mampu memberikan warna terhadap kelompok mayoritas mahasiswa yang cenderung hedonis, apolitis dan sebagian terjebak pada pragmatisme hidup yang hanya memuja materi sebagai ukuran dari kualitas hidup.

Kondisi gerakan mahasiswa yang sedang mengalami penurunan kualitas dan kuantitas tersebut tentu berpengaruh pada kualitas politik di Indonesia. Saat ini praktis kekuatan penyeimbang dari mesin politik negara tinggal menyisakan Organisasi Non Pemerintah (Ornop) yang memiliki fokus pada beberapa isu sosial. Fenomena munculnya Ornop sebagai gerakan penyeimbang politik negara di Indonesia terutama muncul setelah reformasi 1998. Meski jauh sebelum Orde Baru tumbang, ada beberapa Ornop yang sudah memainkan peran sebagai gerakan penyeimbang, namun tidak berdaya menghadapi kuatnya hegemoni kekuasaan Orba.

Gerakan mahasiswa saat ini jauh tertinggal dengan Ornop di dalam memposisikan diri pada kancah perpolitikan nasional. Gerakan mahasiswa masih kesulitan keluar dari persoalan internal yaitu fragmentasi kepentingan dan cara pandang terhadap tema–tema sosial. Selain itu, cara mengartikulasikan politik juga mengalami penyempitan makna dengan mengidentifikasi politik hanya pada isu–isu elit yang terfokus pada Istana Negara dan DPR RI sebagai simbol yang akan disasar.

Penurunan identifikasi politik dari gerakan mahasiswa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya pertama, gerakan mahasiswa mulai kehilangan fokus karena tidak lagi menemukan musuh bersama/isu perekat. Kedua, gerakan mahasiswa tidak mampu berkontekstualisasi dengan tema–tema sosial politik yang terus berkembang secara dinamis, sehingga mulai terjadi jarak dengan isu–isu kerakyatan. Ketiga, gerakan mahasiswa tidak jarang mulai terperangkap bahkan diam–diam berafiliasi pada kekuatan politik yang berorientasi pada kekuasaan. Keempat, gerakan mahasiswa mulai terhimpit oleh pengaruh arus deras globalisasi informasi yang disajikan dalam berbagai bentuk melalui media cetak dan elektronik.

Untuk kondisi saat ini, jika kita masih sama–sama berhasrat mengembalikan dan menemukan kembali identitas gerakan mahasiswa, maka tidak ada kata lain harus mampu menjawab identifikasi persoalan di atas. Mahasiswa saat ini dituntut untuk mampu berpikir cerdas dan sadar terhadap posisinya dalam stratifikasi kelas sosial di Indonesia. Mahasiswa adalah salah satu tingkatan kelas yang cukup tinggi dan tentu saja tidak semua orang dapat mencapai itu, mengingat kondisi ekonomi di Indonesia tidak merata, sehingga tidak semua mampu mengakses perguruan tinggi. Peran gerakan mahasiswa menjadi sangat penting, jika kita melihat sistem demokrasi yang sudah dianut oleh republik ini, maka tidak dapat ditawar lagi, bahwa rakyat harus memiliki daya tawar yang sama dengan negara, kita semua memiliki tugas untuk memperkuat posisi rakyat di mata negara.

Dalam situasi ini maka peran gerakan mahasiswa sebagai gerakan intelektual sangat penting untuk mengambil inisiatif membantu penyadaran politik terhadap masyarakat. Agenda ini selanjutnya akan menjadi kata kunci untuk mengartikulasikan gerakan mahasiswa dalam masa transisi menuju penemuan identitas gerakan mahasiswa yang sesungguhnya. Dalam kurun waktu lebih dari sebelas tahun reformasi, makna substansial yang hilang dari gerakan mahasiswa adalah “peleburan” bersama rakyat.

Situasi rakyat Indonesia saat ini belum menunjukkan sebagai entitas ideal dari sebuah masyarakat demokrasi. Daya tawar masyarakat Indonesia masih lemah di mata negara, masyarakat (people) masih menjadi subyek musiman dalam pemilu lima tahunan. Daya tawar (kedaulatan) rakyat baru terlihat ketika masa kampanye dan menjadi pemilih (voter) di dalam bilik suara. Namun setelah itu, ketika masa pemerintahan berlangsung, kebijakan pemerintah jarang merujuk kepada suara rakyat sebagai pertimbangan utama. Inilah paradoks demokrasi di Indonesia hingga hari ini.

Sejarah dan Spiral Kekerasan

Gerakan mahasiswa jika kita tengok dari sejarah kemunculannya adalah merupakan anti thesa dari kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada kepentingan rakyat. Sehingga dampak kebijakan tersebut memicu dan memelihara lahirnya kekerasan. Dom Helder Camara menjelaskan dialektika tersebut dengan teori spiral kekerasan. Teori ini dapat dijelaskan dari bekerjanya tiga bentuk kekerasan bersifat personal, institusional dan struktural, yaitu ketidakadilan, kekerasan pemberontakan sipil dan represi negara.

Konfigurasi spiral kekerasan tersebut cukup menggambarkan bahwa kebijakan negara yang melahirkan dan memicu kekerasan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia menjadi bagian dari siklus gerakan kaum muda kritis untuk menyongsong perubahan.

Membicarakan perjalanan negeri ini, sulit rasanya tanpa menyertakan peran dari gerakan mahasiswa dan pemuda. Pada awal perjuangan kemerdekaan, muncul pemuda–pemuda yang dimotori oleh Soepomo kemudian mendeklarasikan organisasi pemuda dengan nama Boedi Oetomo. Meski hanya melibatkan mahasiswa dari Jawa, organisasi ini menjadi tonggak penting kebangkitan gerakan kaum muda di Indonesia hingga puncaknya terjadi Kongres Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

Gerakan mahasiswa kembali menemukan momentumnya di akhir masa pemerintahan Presiden Soekarno, kelompok yang kemudian dikenal dengan sebutan eksponen 66 selanjutnya banyak memegang tampuk kekuasasan di era Orde Baru. Selanjutnya menarik untuk melihat kebijakan pemerintah Orde Baru terhadap gerakan mahasiswa. Pemerintah Orde Baru mengerti betul potensi yang dimiliki oleh gerakan mahasiswa akan mengancam eksistensi kekuasaan. Untuk itu melalui SK Menteri P dan K yang saat itu dijabat oleh Dr. Daoed Joesoef, dikeluarkan keputusan Nomor: 0156/U/1978 tentang Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan Badan Koordinasi Kampus (BKK).

Penerapan kebijakan tersebut kemudian mengubah secara drastis peran gerakan mahasiswa, akibat dari kontrol negara yang terlalu ketat, akhirnya gerakan mahasiswa menjadi sulit menemukan momentumnya dan praktis tidak ada geliat yang cukup memiliki pengaruh di bawah kendali Orde Baru.

Pasang surut gerakan mahasiswa berhubungan erat dengan mengetat dan mengendurnya sistem politik yang diambil negara. Format aktivitas yang dipilih mahasiswa bukan semata-mata pilihan bebas berdasarkan perkembangan kesadaran subyektif mahasiswa, melainkan lebih jauh lagi akibat intervensi mekarnya artikulasi kekuasaan negara. Posisi riil negara bukanlah pengayom, pengawas dan pembina, tetapi sebagai partner. Hanya saja pada kondisi sekarang, artikulasi kekuatan negara dan masyarakat begitu tidak berimbang. Negara menjadi sangat dominan.

Membumikan Gerakan Mahasiswa

Persoalan mendasar dari gerakan mahasiswa saat ini adalah sulitnya menemukan momentum. Jika kita simak secara seksama, banyak faktor yang mempengaruhi situasi ini, pertama gerakan mahasiswa harus segera menemukan jati dirinya kembali sebagai agen perubahan (agent of change) dan gerakan moral (moral movement). Kedua, harus mampu berkontekstualisasi dengan isu–isu kerakyatan, sehingga tidak lagi berjarak dengan gerakan masyarakat sipil lainnya. Ketiga, mampu membangun konsistensi sehingga tidak lagi muncul gerakan parsial dan sporadis.


* Penulis adalah anggota Badan Pekerja KontraS dan Mantan Aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), sekaligus Anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Jabodetabek.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

Oleh Ustad Abdul Khodir *


Masyarakat Indonesia setiap saat selalu dibuat berdebar-debar, “Harga apalagi yang akan naik?” Listrik, air dan gas semakin mahal harganya, telat sedikit membayar tagihan pastilah akan terkena sanksi putus aliran listrik atau pipa airnya. Belum lagi harga bahan pangan seperti beras yang juga merangkak naik di berbagai daerah. Sementara kesempatan mencari pekerjaan semakin sempit dan tuntutan akan kapasitas ketrampilan semakin tinggi. Problem ini dipersulit dengan pendidikan formal yang tidak menunjang lahirnya ketrampilan kerja. Selain itu, pendidikan yang mahal membuat kesempatan mendapatkan ilmu menjadi tertutup.

Problem besar ini muncul karena negara menghilangkan peran-peran pokoknya, yakni melayani kepentingan rakyat yang bersifat kolektif. Sumber dari pelayanan ini adalah penguasaan atas sumber daya alam oleh negara dan pajak rakyat. Praktek yang terjadi di Indonesia adalah sebaliknya. Terjadi pembiaran akan hak kolektif dan diberinya ruang begitu besar pada individu yang bermodal untuk menguasai hajat hidup orang banyak.

Kata lain adalah terjadi privatisasi atau swastanisasi di semua sektor dan negara mengejar pendapatan lewat pajak. Lagi-lagi yang mendapatkan bebannya adalah rakyat. Proyek privatisasi ini disahkan oleh undang-undang yang dibuat oleh wakil rakyat tanpa melihat satu kenyataan yang dialami rakyat dan tanpa melihat akibatnya. Seharusnya undang-undang dibuat dengan bersandarkan pada kepentingan rakyat. Privatisasi justru dilakukan oleh rezim penguasa terhadap sektor-sektor vital yang melayani kepentingan rakyat banyak seperti listrik, air, pesawat terbang, pabrik baja, kapal laut, kereta api, migas, kesehatan dan pendidikan.

Melihat fakta yang telah ada bahwa privatisasi di negara manapun dan di negeri Indonesia sendiri, lebih banyak mudharat-nya (merugikan) bagi rakyat. Lalu apa yang bisa kita kerjakan untuk (paling tidak) menghadang laju privatisasi?

Pertama, membumikan kesadaran dari individu pekerja akan arti penting menolak dan melawan privatisasi. Kesadaran bisa tumbuh dan lahir bila kita memiliki pengetahuan akan baik dan buruk privatisasi, pengetahuan akan bahaya privatisasi terhadap masa depan pekerja dan masyarakat secara umum. Pengatahuan secara benar bahwa privatisasi tidak memberikan keuntungan dan hanya akan menghancurkan generasi selanjutnya.

Pengetahuan inilah yang akan menjadi landasan sikap kita sebagai pribadi, apakah akan mendukung atau menolak privatisasi. Ketika pengetahuan sudah menjadi kesadaran maka akan memandu kita pada pendirian dan tanggung jawab pada pilihan yang akan kita tentukan. Pendirian itu tercermin dari tindakan kita. Setiap tindakan akan kita pertanggungjawabkan pada sejarah, bangsa, keluarga dan massa rakyat.

Kedua, kesadaran individu harus dijadikan kesadaran bersama (kolektif). Dan kesadaran ini harus dimanifestasikan dalam sebuah kekuatan gerakan perlawanan. Gerakan perlawanan secara massal akan lahir bila pendirian dan tanggung jawab berlandaskan kesadaran dan pengetahuan juga dimiliki secara bersama pula. Tentulah peralawanan ini bukan saja dari kaum pekerja yang berada dalam ancaman privatisasi, tetapi juga kekuatan rakyat lainnya yang akan menerima imbas dari privatisasi. Kedua kekuatan ini harus dipadu dengan baik dan dipandu dengan satu kesepahaman dalam melakukan perjuangan.

Caranya dapat dilakukan dengan berkampanye seluas mungkin secara nasional akan penolakan terhadap privatisasi. Bisa dengan menyebarkan selebaran, membuat seminar atau diskusi publik, audensi dengan instansi terkait, talk show di televisi atau radio, membuat tulisan opini di koran-koran atau membuat surat pembaca secara massal. Selain itu juga dengan membuat kartu pos “Tolak Privatisasi” secara massal dan nasional yang ditujukan kepada Presiden RI dan Menneg BUMN serta DPR RI.

Perlawanan terhadap privatisasi harus menggalang sebanyak mungkin serikat pekerja, serikat petani dan organisasi massa lainnya untuk bersama-sama menentang privatisasi dengan terorganisir dan disinkronkan dengan aliansi atau gerakan konsumen. Dari kalangan akademisi dan intelektual yang anti privatisasi dan pro nasionalisasi juga harus dirangkul untuk bergabung dalam kerja-kerja yang dibangun aliansi. Jaringan ini juga penting untuk menyusun langkah-langkah perlawanan secara nasional melalui aksi nasional menolak privatisasi maupun aliansi-aliansi di seluruh daerah di Indonesia.

Gerakan yang melibatkan masyarakat, khususnya konsumen misalnya pelanggan listrik, pelanggan air harus menjadi agenda perjuangan bersama. Masyarakat harus dibangunkan kesadarannya tentang apa yang menjadi milik negara merupakan mandat rakyat. Jadi penyelamatan peran negara, bisa dibangun melalui gerakan konsumen.

Dengan kesadaran bahwa privatisasi penuh ke-mudharat-an bagi rakyat, maka perlawanan harus digaungkan sekeras dan seluas mungkin. “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, bila kaum itu tidak merubahnya sendiri,” (QS.Ar-Ra'du:11). Upaya perlawanan privatisasi adalah upaya merubah kaum (rakyat) Indonesia menjadi lebih baik.

Kita pun menyadari sepenuhnya bahwa privatisasi adalah sebuah ke-dzalim-an dan kesewenang-wenangan kaum pemodal dan penguasa, maka perlawanan harus dikumandangkan dan digerakkan. Seperti dalam Alquranul Karim yang memerintahkan, “Angkatlah pedangmu ketika melihat kesewenang-wenangan dan ketidakadilan.”

Dengan membangun kekuatan perlawanan privatisasi, sebenarnya kita juga telah membangun proses belajar memimpin diri sendiri dan kaum (rakyat) tertindas saat ini. Karena kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang lahir dari rakyat itu sendiri dan dari proses perjuangan bersama, “Dan Kami hendak angkat pemimpin dan pewaris di muka bumi dari kaum yang tertindas,” (QS. Al Qashash:5).

Perjuangan kaum pekerja dan masyarakat dalam menolak privatisasi harus kita letakkan sebagai sebuah perjuangan jangka panjang dalam menyelamatkan kehidupan bernegara dan kehidupan anak-cucu kita semua. Mari kita mulai dengan keikhlasan dan keyakinan untuk masa depan bangsa yang lebih baik dan bermartabat.

* Penulis adalah Majelis Ta’lim Mardhatilah Perum Permata Hijau Bandung, Buruh Pabrik anggota KASBI Bandung Raya, sekaligus Anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Bandung.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).


Oleh Andi Bandullang *


Beberapa hari ini kita dikagetkan dengan tindakan aparatur negara yang melarang penerbotan buku. Praktek ini merupakan perlakuan yang sangat tidak wajar dalam sebuah negara yang digembar-gemborkan sebagau sebuah negara yang demokratis.

Pemerintahan malah melakukan fitnah kepada penulis buku sebagai penyebar fitnah, seperti yang dialami oleh buku karangan Aditjondro. Seharusnya apabila pemerintahan tidak sepakat dengan buku tersebut maka pemerintah harus menulis buku yang sama, bukan menggunakan kekuasaannya untuk membredel buku.

Dalam sebuah masyarakat yang demokratis, dimana kebebasan dijamin baik dalam konstitusi maupun dalam undang-undang yang lain, apalagi sebuah bangsa yang sangat menghargai sebuah karya ilmiah, maka pembredelan semacam itu adalah sebuah bentuk pelanggaran konstitusi dan pelanggaran terhadap nilai-nilai ilmiah.

Kebebasan Berpendapat dan Negara Demokrasi

Negara ini pernah dikuasai oleh sebuah rezim yang sangat otoriter dan tidak memberikan jaminan terhadap kebebasan berpendapat. Rezim tersebut kemudian digantikan oleh sebuah pemerintahan yang akan mengantarkan negara ini melewati masa-masa sulit transisi demokrasi, dimana pertarungan kekuatan-kekuatan lama dengan kekuatan yang menginginkan perubahan.

Pasca kekuasaan otoriter, hal yang paling penting dilakukan adalah mengobati trauma otoritarian yang selama ini membungkam kebebasan berpendapat. Mengingat kondisi yang seperti ini maka pemerintahan yang terbentuk pasca kekuasaan otoriter adalah kekuasaan yang membuka seluas-luasnya ruang demokrasi yang nantinya akan berujung pada sebuah muara perbaikan di segala lini.

Demokrasi ditandai dengan kebebasan setiap individu maupun kelompok untuk menyampaikan apa yang dipikirkannya baik lisan maupun tulisan. Hal ini bertujuan untuk membangun sikap kritis masyarakat terhadap penguasa. Semakin sering masyarakat melakukan kritik maka semakin cepat kematangan masyarakat tersebut untuk terlibat langsung dalam pengambilan kebijakan yang nantinya akan menentukan nasib mereka.

Sehingga proses lahirnya kebijakan adalah sebuah proses apa yang selama ini disebut dengan kontrak sosial, dimana masyarakat juga dapat mengintervensi kebijakan yang lahir.

Kondisi sekarang tidak ubahnya seperti zaman orde baru yang telah banyak menutup mata masyarakat dengan banyak membredel terbitan-terbitan, buku-buku yang dianggap PKI. Kondisi yang sama tentunya dialami juga oleh buku karangan John Roosa yang dibredel karena tidak mencantumkan nama PKI di belakang G 30 S.

Artinya ini adalah sebuah langkah awal dari sebuah rezim otoriter, dimulai dari penumpulan kemampuan berpikir masyarakat. Masyarakat dibiarkan bodoh dengan mengkonsumsi buku-buku yang hanya diterbitkan dan disetujui oleh pemerintah yang artinya tidak akan ada pembanding.

Sangat disayangkan, karena penolakan terhadap pelarangan tersebut tidak ditanggapi serius oleh gerakan pro demokrasi, padahal pelarangan adalah sebuah tindakan yang mengarah pada otoritarianisme. Hari ini boleh jadi hanya buku yang dibredel, besok atau lusa pelaku gerakan prodemokrasi mulai dikriminalisasikan seperti yang terjadi pada kasus Bibit dan Chandra.

Kebebasan Berpendapat dan Pelarangan Buku

Lalu apa yang terjadi apabila buku sebagai salah satu tempat masyarakat mendapatkan informasi dan menuangkan pendapat-pendapat itu dilarang? Itu artinya ada ancaman bagi demokrasi dalam negara tersebut.

Buku tidak hanya sebagai tempat mendapatkan informasi. Buku diakui tidak hanya oleh masyarakat Indonesia tapi juga oleh seluruh masyarakat dunia sebagai sesuatu yang mengandung nilai-nilai ilmiah. Buku dinilai memuat data-data dan fakta yang dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sehingga ketidaksepakatan terhadap sebuah buku yang dijawab dengan sebuah pelarangan, tidak hanya melanggar kebebasan sebagai syarat negara demokrasi, tapi juga melanggar nilai-nilai ilmiah.

Jika tahap awal dari demokrasi adalah bagaimana mengobati trauma masyarakat dengan membiasakan mereka mengkritik dengan media apapun termasuk buku, dan dalam prosesnya terjadi pelarangan terhadap buku, itu artinya menutup akses masyarakat untuk mengetahui suatu kebenaran. Maka sesungguhnya pemerintah ingin mematikan proses demokrasi yang sedang berlangsung. Apabila pemerintah akan mematikan sebuah proses demokrasi, artinya akan membuka celah bagi sebuah struktur otoriter untuk kembali berkuasa. Pada titik ini gerakan prodemokrasi ditantang kembali untuk melawan kebangkitan rezim Orde Baru yang membungkam suara rakyat melalui pelarangan buku.


* Penulis adalah anggota Komite Perjuangan Pemuda Makassar, sekaligus Anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Sulawesi Selatan.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

Oleh Muhammad Daud Berueh *


Tahun 2009 telah berakhir, namun belum ada satu pun kasus-kasus pelanggaran berat Hak Asasi Manusia (HAM) yang dituntaskan oleh negara. Kasus-kasus tersebut sampai saat ini masih terhenti proses hukumnya di Kejaksaan Agung.


Kasus-kasus yang masih terhenti di Kejaksaan Agung adalah Kasus Trisakti, Semanggi I (1998) dan Semanggi II (1999), Kasus Kerusuhan Mei 1998, Kasus Talangsari, Lampung 1989 serta Kasus Penculikan dan Penghilangan Aktivis 1997-1998. Padahal dalam kasus tersebut, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) sebagai lembaga yang sah sesuai dengan UU No 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM yang memiliki kewenangan menentukan dugaan ada atau tidaknya pelanggaran berat HAM dalam sebuah peristiwa tertentu.


Kasus-kasus tersebut sesuai dengan hasil penyelidikan, Komnas HAM menemukan adanya dugaan pelanggaran berat HAM. Berkas hasil penyelidikannya sudah dikirimkan ke Kejaksaan Agung, namun hingga saat ini Kejaksaan Agung menolak untuk melakukan penyidikan dengan berbagai macam alasan, salah satunya harus menunggu terlebih dahulu Pengadilan HAM ad hoc.




Minimnya Komitmen Jaksa Agung


Dalam beberapa kali pertemuan yang digelar antara Jaksa Agung, Komnas HAM dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tak ada satu pun hasil yang kongkrit untuk penyelesaian kasus-kasus pelanggaran berat HAM. Bahkan Kejaksaan Agung sudah beberapa kali mengembalikan berkas kasus pelanggaran HAM berat kepada Komnas HAM. Dengan alasan klasik, di antaranya penyelidikan Komnas HAM masih belum lengkap, harus menunggu terbentuknya Pengadilan HAM ad hoc terlebih dahulu, masih dikaji terlebih dahulu dan alasan yang tidak relevan lainnya.



Dalam hal ini seharusnya Kejaksaan Agung menghormati putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 18/PUU-V/2007. MK telah memutuskan dalam hal penjelasan Pasal 43 ayat (2) UU No 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Menegaskan tentang usulan pembentukan Pengadilan HAM ad hoc harus didasari oleh hasil penyelidikan dan penyidikan. Penyelidikan oleh Komnas HAM (menentukan ada atau tidaknya dugaan pelanggaran berat HAM) dan penyidikan oleh Kejaksaan Agung. Tidak ada alasan hukum bagi Kejaksaan Agung untuk menolak penyidikan setelah Komnas HAM menyerahkan berkas hasil penyelidikan.




Rekomendasi DPR


DPR periode 2004-2009 melalui Panitia Khusus (Pansus) penanganan pembahasan atas hasil penyelidikan penghilangan orang secara paksa telah menunjukkan komitmennya terhadap penegakan HAM di akhir masa bhaktinya. Dalam hal ini DPR telah merekomendasikan empat hal kepada presiden, sebagai berikut:


Pertama, merekomendasikan kepada presiden untuk membentuk Pengadilan HAM ad hoc. Kedua, merekomendasikan kepada presiden serta segenap Institusi pemerintah serta pihak-pihak terkait untuk segera melakukan pencarian terhadap 13 orang yang oleh Komnas HAM masih dinyatakan hilang. Ketiga, merekomendasikan kepada pemerintah untuk merehabilitasi dan memberikan kompensasi terhadap keluarga korban yang masih hilang. Keempat, merekomendasikan kepada pemerintah agar segera meratifikasi Konvensi Anti Penghilangan Paksa sebagai bentuk komitmen dan dukungan untuk menghentikan praktik penghilangan paksa di Indonesia.


Rekomendasi tersebut merupakan sebuah harapan baru bagi tegaknya HAM di Indonesia dan memecah kebuntuan penyelesaian kasus penculikan dan penghilangan paksa aktivis yang terjadi di tahun 1997-1998. Rekomendasi tersebut sudah diserahkan secara formal oleh Ketua DPR kepada Presiden Republik Indonesia. Kini hanya tinggal menunggu komitmen dari presiden untuk menjalankan rekomendasi tersebut.




Pesan korban


Sesuai dengan prinsip hak korban pelanggaran berat HAM, yaitu hak korban atas kebenaran, hak korban atas keadilan, hak korban atas reparasi/pemulihan (kompensasi, rehabilitasi dan restitusi) dan hak korban atas jaminan tidak terulangnya kembali peristiwa tersebut di masa depan. Pada korban hanya ingin mendapatkan keadilan. Sebagaimana telah disampaikan presiden ketika pidato pelantikannya di Gedung DPR/MPR RI, yang menjadi program esensial lima tahun Republik Indonesia ke depan adalah peningkatan kesejahteraan rakyat, penguatan demokrasi, dan penegakan keadilan. prosperity, democracy dan justice.


Para korban ingin adanya keadilan di negara ini. Sudah banyak penderitaan dan ketidakadilan yang dialami oleh korban. Keadilan yang korban inginkan adalah pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan diadili dan dihukum sesuai dengan UU No 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM dan korban diberikan pemulihan (kompensasi, rehabilitasi dan restitusi) secara tepat, cepat dan layak oleh negara.


Menyongsong 2010 jangan ada lagi manusia yang ditangkap, ditahan, dipenjarakan serta dihilangkan secara sewenang-wenang. Penegakan hukum harus dikedepankan dengan berdasarkan keadilan. Selamat merayakan tahun baru, mudah-mudahan akan selalu ada harapan dan impian baru untuk Indonesia yang lebih baik ke depan sesuai dengan cita-cita bersama yaitu keadilan dan kesetaraan dalam segala sektor; pendidikan, hukum, ekonomi, sosial dan budaya agar bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan beradab.




* Penulis adalah Staf Pemantauan Impunitas dan Pemenuhan Hak Korban (KONTRAS) dan Sekretaris Ikatan Korban Tanjung Priok (IKKAPRI), sekaligus Anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Jabodetabek.
** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).


by Agus Irman Wahyudi


Hendrix lahir pada 27 November 1942, di Seattle, Washington, sementara ayahnya ditempatkan di sebuah pangkalan Angkatan Darat di Oklahoma. Dia bernama Johnny Allen Hendrix saat dilahirkan oleh ibunya, 17 tahun Lucille Hendrix née Jeter. Dia telah menempatkannya di perawatan sementara teman-teman di California (hari libur). Setelah dibebaskan dari Angkatan Darat ayahnya, James Allen “Al” Hendrix (1919-2002), membawanya, dan mengganti namanya menjadi James Marshall Hendrix untuk mengenang almarhum saudaranya, Leon Marshall Hendrix. Dia dikenal sebagai “Buster” untuk teman dan keluarga, sejak lahir.  Tak lama setelah itu, Al bersatu kembali dengan Lucille. Dia merasa sulit untuk memperoleh pekerjaan tetap setelah Perang Dunia Kedua, dan keluarga mengalami kesulitan keuangan. Hendrix mempunyai dua saudara laki-laki, Leon dan Yusuf, dan dua saudara perempuan, Kathy dan Pamela. Yusuf dilahirkan dengan kesulitan dan fisik pada usia tiga diberikan sampai perawatan negara. Dua saudara perempuannya berdua menyerah pada usia yang relatif dini, untuk perawatan dan kemudian adopsi, Kathy dilahirkan buta dan Pamela kesulitan fisik yang lebih kecil.
Hendrix orangtuanya bercerai ketika ia berusia sembilan tahun, ibunya, yang telah sirosis hati, meninggal di tahun 1958 ketika keadaan membuatnya hatinya limpa pecah. Pada kesempatan itu, ia dikirim untuk tinggal bersama neneknya di Vancouver, British Columbia karena rumah tangga tidak stabil, dan saudaranya Leon dimasukkan ke kesejahteraan sementara untuk jangka waktu perawatan. Hendrix dibesarkan sebagai anak laki-laki pemalu dan peka, sangat dipengaruhi oleh kondisi kemiskinan dan kelalaian yang dia alami. Dalam pengalaman yang relatif tidak biasa untuk Afrika-Amerika pada zamannya, Hendrix sekolah tinggi yang relatif merata campuran etnis Afrika, Eropa (termasuk Yahudi), dan Asia (Jepang, Filipina dan Cina) Amerika. Pada usia 15, sekitar waktu ibunya meninggal, ia memperoleh gitar akustik pertama sebesar $ 5 dari seorang kenalan ayahnya. Gitar ini diganti baik sapu ia telah memetik meniru, dan ukulele yang ayahnya telah ditemukan saat membersihkan garasi Hendrix belajar bermain dengan mempraktikkan hampir terus-menerus, menonton orang lain bermain, melalui tips dari pemain yang lebih berpengalaman, dan dengan mendengarkan rekaman. Pada musim panas tahun 1959, ayahnya membeli Hendrix Supro putih Ozark, gitar listrik pertamanya, tetapi tidak ada tersedia penguat. Menurut sesama Seattle bandmates, ia mengetahui sebagian besar panggung akrobatik bergerak, bagian utama dari blues / R & B tradisi, termasuk bermain dengan giginya dan di belakang punggungnya, dari sesama musisi muda, Raleigh “Butch” Snipes, gitaris lokal band The Benda tajam. Hendrix sendiri dilakukan Chuck Berry merek dagang “bebek berjalan” pada kesempatan. Hendrix bermain di beberapa band-band lokal, kadang-kadang bermain terpencil pertunjukan di Washington State dan sekurang-kurangnya sekali di perbatasan di Vancouver, British Columbia.
Hendrix sangat menyukai Elvis Presley, yang ia melihat tampil di Seattle, pada 1957. Leon Hendrix menyatakan, dalam sebuah wawancara awal, bahwa Little Richard muncul di lingkungan Distrik Tengah dan berjabat tangan dengan adiknya, Jimi. Ini adalah tempat lain dan berapi-api unattested ditolak oleh ayahnya. Hendrix paparan awal musik blues datang dari mendengarkan rekaman oleh Muddy Waters dan BB King yang dimiliki ayahnya. lain kesan awal tahun 1954 berasal dari barat Johnny Guitar, di mana sang tokoh tidak membawa senjata melainkan memakai menyandang gitar di belakang punggungnya. Hendrix pertunjukan pertama adalah dengan sebuah band tak dikenal di ruang bawah tanah sebuah rumah ibadat, Seattle Temple De Hirsch. Setelah terlalu banyak bermain liar dan pamer, ia dipecat antara set. Formal pertama band yang dimainkan dalam adalah The Velvetones, yang dilakukan secara teratur di Neighborhood House Terrace Yesler tanpa membayar. Nya gaya dan mencolok kidal memainkan sebuah gitar tangan kanan sudah membuatnya menjadi menonjol. Ia kemudian bergabung dengan Rocking Kings, yang bermain secara profesional di tempat-tempat tersebut sebagai Birdland. Ketika gitar itu dicuri (setelah dia meninggalkannya di belakang panggung semalam), Al membelikannya Danelectro Silvertone putih. Ia melukisnya merah dan telah “Betty Jean” tertulis di atasnya – nama pacar SMA-nya. Hendrix selesai di Washington SMP SMP dengan sedikit masalah, tetapi tidak lulus dari Garfield High School. Kemudian ia dianugerahi diploma kehormatan, dan pada 1990-an patung Hendrix ditempatkan di perpustakaan sekolah. Setelah ia menjadi terkenal di akhir 1960-an, Hendrix mengatakan kepada wartawan bahwa ia telah diusir dari Garfield oleh rasis fakultas untuk bergandengan tangan dengan pacar putih di ruang belajar. Namun, Frank Hanawalt Kepala Sekolah mengatakan bahwa hal itu hanya karena nilai yang buruk dan masalah kehadiran.

Dalam Angkatan Darat ,Hendrix mendapat masalah dengan hukum dua kali untuk naik mobil curian. Ia diberi pilihan antara menghabiskan dua tahun di penjara atau bergabung dengan Angkatan Darat. Hendrix memilih yang terakhir dan didaftar pada 31 Mei 1961. Setelah menyelesaikan kamp pelatihan, ia ditugaskan ke Divisi Airborne ke-101 dan ditempatkan di Fort Campbell, Kentucky. Komandannya perwira dan prajurit orang menganggapnya sebagai sebuah sub-par prajurit: dia tidur saat bertugas, yang kurang memperhatikan peraturan, diperlukan pengawasan terus-menerus, dan tidak menunjukkan keahliannya sebagai penembak jitu. Untuk alasan ini, para perwira kepolisian yang mengajukan permohonan Hendrix diberhentikan dari militer setelah ia menjabat hanya satu tahun. Hendrix tidak keberatan ketika kesempatan untuk meninggalkan muncul. Ia kemudian memberitahu wartawan bahwa ia menerima cairan medis setelah mematahkan pergelangan kaki selama 26 parasut melompat. Biografi tahun 2005 Kamar Penuh Mirrors oleh Charles Cross klaim bahwa pura-pura menjadi homoseksual Hendrix – mengaku telah jatuh cinta dengan sesama prajurit – agar dapat habis, tapi tidak pernah menghasilkan bukti kuat untuk mendukung pendapat ini.
Di pos pusat rekreasi, Hendrix bertemu sesama prajurit dan pemain bas Billy Cox, dan ditempa persahabatan yang setia bahwa ia kemudian dipanggil dari April 1969 sampai rincian Billy Hendrix lama sebelum kematian. Kedua sering bermain dengan musisi lain di berbagai tempat baik di dalam dan di luar pos sebagai terorganisir longgar band bernama Casuals ada. Setelah mereka pindah ke Nashville, setelah belajar sudah ada yang mapan ( “Putih”) band bernama Casuals, mereka telah diubah gelar mereka dengan “Raja Kasuals. ‘[34] Sebagai selebriti di Inggris, Hendrix hanya menyebutkan dinas militer dalam tiga diterbitkan wawancara; Satu pada tahun 1967 untuk film See My Musik Berbicara (lama kemudian dirilis dengan judul Experience), yang dimaksudkan untuk TV untuk mempromosikan baru-baru ini merilis Axis: Bold sebagai Cinta LP, di mana ia berbicara sangat singkat dari pengalaman terjun payung pertama: “… setelah Anda keluar sana semuanya begitu tenang, semua yang Anda dengar adalah angin-sss …” Komentar ini kemudian digunakan untuk mengklaim bahwa ia mengatakan bahwa ini adalah salah satu sumber-nya “spacy” sound gitar. Kedua dan ketiga menyebutkan dari pengalaman militer berada di wawancara untuk Melody Maker pada tahun 1967 dan 1969, di mana ia berbicara tentang ketidaksukaannya dari tentara. Dalam wawancara di AS, Hendrix hampir tidak pernah disebutkan itu, dan ketika dibawa Dick Cavett itu dalam wawancara TV-nya, hanya Hendrix tanggapan adalah untuk memverifikasi bahwa ia telah bermarkas di Fort Campbell. Awal karir Setelah Angkatan Darat discharge, Hendrix dan tentara teman Billy Cox pindah ke dekat Clarksville, Tennessee, di mana mereka mendirikan “The Casuals” pada pijakan yang lebih santai. Dia telah melihat Butch Snipes bermain dengan gigi di Seattle dan sekarang Alphonso ‘Baby Boo’ Young gitaris lainnya di band ini menampilkan ini. Tidak dapat dikalahkan, saat itulah Hendrix belajar bermain dengan giginya dengan benar , menurut Hendrix dirinya sendiri: “… ide untuk melakukan yang datang kepada saya di sebuah kota di Tennessee. Di sana Anda harus bermain dengan gigi atau yang lain Anda akan ditembak. Ada jejak gigi patah di seluruh panggung. .. Mereka bermain terutama dalam membayar rendah pertunjukan di tempat tidak jelas. Band ini kemudian pindah ke Nashville’s Jefferson Street, jantung tradisional hitam Nashville masyarakat dan rumah untuk yang hidup rhythm and blues adegan. Di sana, menurut Larry Cox dan Lee – yang menggantikan Alphonso Young pada gitar – mereka pada dasarnya rumah band di “Club del Maroko”.  Hendrix dan Cox berbagi flat di atas “Joyce’s House Of Glamour”. Hendrix pacar saat ini Joyce Lucas. Bill ‘Hoss’ memori Allen Hendrix seharusnya partisipasi dalam satu sesi dengan Billy Cox pada bulan November 1962, yang ia memotong kontribusi Hendrix karena ia bermain di atasnya, kini telah dipertanyakan, sebuah saran yang telah dibuat bahwa dia mungkin bingung ini dengan 1965 kemudian sesi oleh Frank Howard And The Komandan yang berpartisipasi Hendrix masuk Pada bulan Desember 1962, Hendrix mengunjungi Vancouver, di mana ia kadang-kadang hidup sebagai seorang anak dengan neneknya. Telah dilaporkan bahwa selama masih ada masa depan ia dilakukan dengan anggota band Motown Bobby Taylor & yang Vancouvers, termasuk Tommy Chong (dari kemudian Cheech & Chong ketenaran). Chong Namun, perselisihan ini pernah terjadi dan bahwa setiap penampilan merupakan produk Taylor’s “imajinasi”. Pada awal 1963, Hendrix kembali ke Selatan. Selama dua tahun, Hendrix membuat hidup dengan Raja Kasuals dan di Teater Pemilik ‘Booking Association (TOBA) atau Chitlin’ Circuit atau dikenal sebagai “Tough On Black Asses,” tampil di tempat-tempat yang berorientasi hitam sepanjang dengan Bob Selatan Fisher dan Bonnevilles, dan dalam mendukung band untuk berbagai jiwa, R & B, dan blues musisi, termasuk Chuck Jackson, Slim Harpo, Tommy Tucker, Sam Cooke, dan Jackie Wilson. The Chitlin ‘Circuit adalah fase penting Hendrix karier, karena kehalusan gayanya dan blues akar terjadi di sana.
Frustrasi oleh pengalamannya di Selatan, Hendrix memutuskan untuk mencoba keberuntungan di New York City dan pada Januari 1964 pindah ke Hotel Theresa di Harlem, di mana ia segera berteman Lithofayne Pridgeon (dikenal sebagai “Faye”, yang menjadi pacarnya) dan Allen kembar, Arthur dan Albert (sekarang dikenal sebagai Taharqa dan Tunde-Ra Aleem). Allen kembar menjadi teman dan terus Hendrix keluar dari kesulitan di New York. Si kembar juga tampil sebagai penyanyi cadangan (di bawah nama Ghetto Fighters) di sebagian rekaman, terutama lagu “Freedom”. Pridgeon, seorang Harlem asli dengan koneksi di seluruh daerah itu musik, disediakan Hendrix dengan perlindungan, dukungan, dan dorongan. Pada Februari 1964, Hendrix memenangkan hadiah pertama di Teater Apollo kontes amatir. Berharap tanah manggung, Hendrix membuat sirkuit klub dan duduk di dengan berbagai band. Akhirnya, Hendrix ditawari posisi gitaris dengan Isley Brothers ‘back-up band dan ia mudah diterima. Hendrix ’studio rekaman pertama terjadi Maret 1964, ketika Isley Brothers, dengan Hendrix sebagai anggota band, merekam dua bagian satu “bersaksi”. Hendrix kemudian melanjutkan tur dengan Isley Brothers. “Bersaksi” dirilis pada bulan Juni 1964, tetapi tidak memberi dampak pada grafik. Setelah berkeliling sebagai anggota Isley Brothers sampai musim panas atau musim gugur 1964, Hendrix tumbuh tidak puas dan meninggalkan band di Nashville. Di sana, ia mendapatkan pekerjaan dengan tur MC “Gorgeous” George Odell. Pada tanggal 1 Maret 1964, Hendrix (kemudian menyebut dirinya Maurice James) mulai merekam dan tampil dengan Little Richard. Hendrix kemudian (1966) mengatakan, “Saya ingin lakukan dengan gitar saya apa yang dilakukan Little Richard dengan suaranya.” Selama berhenti di Los Angeles, sementara melakukan tur dengan Little Richard pada tahun 1965, Hendrix memainkan sesi untuk Rosa Lee Brooks di single “My Diary”. Ini adalah pertama kali tercatat keterlibatan dengan Arthur Lee dari band “Cinta”.  Sementara di LA, dia juga bermain di sesi untuk Little Richard’s final tunggal untuk Vee-Jay, “I Don’t Know What You ‘ve Got, Tapi It’s Got Me “.  Ia kemudian membuat penampilan pertama yang tercatat di Nashville TV’s Channel 5″ Night Train “dengan” The Royal Perusahaan “back up” Buddy dan Stacy “on” Shotgun “. Hendrix bentrok dengan Richard, atas keterlambatan, lemari pakaian, dan, di atas segalanya, panggung Hendrix antik. Pada tur dengan Richard penagihan mereka berbagi beberapa kali dengan Ike dan Tina Turner. Telah diduga bahwa ia meninggalkan Richard dan bermain dengan Ike & Tina sebentar sebelum kembali ke Richard, tetapi tidak ada bukti kuat untuk mendukung hal ini, dan ini dengan tegas dibantah oleh Tina. Bulan kemudian, ia juga dipecat atau dia pergi setelah hilang bus wisata di Washington, DC Ia kemudian kembali bergabung dengan Isley Brothers pada musim panas tahun 1965 dan merekam single kedua dengan mereka, “Move Over and Let Me Dance “didukung dengan” Have You Ever Been kecewa “(1965 Atlantik 45-2303).
Kemudian pada tahun 1965, Hendrix bergabung dengan New York yang berbasis R & B band, Knight dan Curtis Squires, setelah bertemu Knight di lobi dari Hotel Amerika, dari Times Square, di mana kedua orang itu hidup pada waktu itu. ia dilakukan pada dan pergi bersama mereka selama delapan bulan. Pada bulan Oktober 1965, tercatat Hendrix satu dengan Curtis Knight, “Bagaimana Apakah Anda Merasa” didukung dengan “Welcome Home” (1966 RSVP 1120) dan pada 15 Oktober ia menandatangani tiga tahun rekaman kontrak dengan pengusaha Ed Chalpin, menerima $ 1 dan 1% royalti. Sementara hubungan dengan Chalpin berumur pendek, kontrak tetap berlaku, yang menimbulkan masalah bagi Hendrix di kemudian hari dalam karirnya. Sengketa hukum terus sampai sekarang. (Beberapa lagu (dan demo) dari 1965-1966 Curtis Knight sesi rekaman, dianggap tidak layak melepaskan pada waktu itu, dipasarkan sebagai “Jimi Hendrix” rekaman setelah ia menjadi terkenal .) Selain dari Knight dan Curtis Squires, Hendrix kemudian melakukan tur selama dua bulan dengan Joey Dee dan Starliters.
Di antara pertunjukan dengan Curtis Knight pada tahun 1966, Hendrix tur dan direkam dengan Raja Curtis. Hendrix merekam dua bagian tunggal “Help Me (Get the Feeling)” dengan Ray Sharpe dan Raja Curtis Orchestra (1966 Atco 45-6402) (lagu dukungan kemudian overdubbed oleh penyanyi lain dengan lirik yang berbeda dan dirilis sebagai lagu baru) . Kemudian pada tahun 1966, Hendrix juga direkam dengan Lonnie Youngblood, seorang pemain saksofon yang kadang-kadang dilakukan dengan Curtis Knight. Sesi dihasilkan dua single untuk Youngblood: “Go Go Sepatu” / “Go Go Place” (Fairmount F-1002) dan “Soul Food (That’s What I Like)” / “Selamat tinggal Bessie Mae” (Fairmount F-1022). Selain itu, single seniman lain keluar dari sesi: The Icemen’s “(My Girl) Dia Fox” / “(I Wonder) Apa yang Dibutuhkan” (1966 Samar S-111) dan Jimmy Norman “Kau Hanya Melukai Diri Anda “/” Itu Little Old Groove Maker “(1966 Samar S-112). Sebagaimana dengan Raja Curtis rekaman, backing track dan mengambil alternatif untuk sesi Youngblood akan overdubbed dan sebaliknya dimanipulasi untuk menciptakan banyak “baru” trek. (Youngblood Banyak trek tanpa ada keterlibatan Hendrix kemudian akan dipasarkan sebagai “Jimi Hendrix” rekaman). Juga sekitar waktu ini pada tahun 1966, Hendrix mendapat kredit komposer pertamanya selama dua instrumental “Hornets Nest” dan “Knock Yourself Out”, dirilis sebagai Knight dan Curtis Squires tunggal (1966 RSVP 1124).
Hendrix membentuk band sendiri, yang dikenal – keliru – sebagai Jimmy James dan Blue Flames, terdiri dari Randy Palmer (bass), Danny Casey (drum), 15 tahun gitaris yang bermain slide dan irama bernama Randy Wolfe, dan sesekali berdiri pada bulan Juni 1966. (Band itu ditagih sebagai The Blue Flame dalam iklan satu-satunya yang masih hidup untuk mereka dan disebut oleh John Hammond dan juga Hendrix sendiri dalam wawancara tahun 1969 dengan Nancy Carter.) Karena ada dua musisi bernama “Randy” dalam kelompok, dijuluki Hendrix Wolfe “Randy California” (seperti yang baru saja pindah dari sana ke New York City) dan Palmer (a Tejano) “Randy Texas”. Randy California nantinya ditemukan bersama-band Roh dengan ayah tirinya, drumer Ed Cassidy. Saat itu sekitar waktu itu hanya Hendrix (resmi diklaim dan diakui sebagian) [rujukan?] Putri Tamika dikandung dengan Diana Carpenter (juga dikenal sebagai Regina Jackson), seorang remaja yang melarikan diri dan pelacur bahwa ia sebentar tinggal bersama. Dia diakui secara tidak langsung sebagai putrinya oleh kedua Hendrix, ketika Diana mulai setelan DNA sebelum kematiannya, dan tidak resmi setelah kematian Hendrix oleh ayahnya Al. [Rujukan?] Her klaim belum diakui oleh pengadilan Amerika Serikat di mana, setelah kematian , dia mungkin tidak memiliki klaim atas tanah miliknya meskipun secara hukum dia bisa membuktikan bahwa ia adalah ayahnya, kecuali sebelumnya dikenal seperti itu oleh dia atau pengadilan.
Hendrix dan band barunya bermain di beberapa tempat di New York, tapi tempat utama mereka adalah residensi di Cafe Wha? di MacDougal Street di Greenwich Village. Jalan berjalan sepanjang “Washington (Persegi) Taman” yang muncul dalam setidaknya dua dari lagu Hendrix. Konser terakhir mereka berada di Cafe au Go Go, sebagai John Hammond Jr ’s kelompok dukungan, ditagih sebagai “The Blue Flame”. Penyanyi-gitaris Ellen McIlwaine dan gitaris Jeff “Skunk” Baxter juga mengklaim telah singkat bekerja dengan Hendrix di periode ini. The Jimi Hendrix Experience
Artikel utama: The Jimi Hendrix Experience . Awal tahun 1966 di Cheetah Club di Broadway di 53rd Street, Linda Keith, kemudian pacar gitaris Rolling Stones Keith Richards, berteman Hendrix dan direkomendasikan untuk Stones ‘manajer Loog Andrew Oldham dan kemudian, produser Seymour Stein. Baik laki-laki mengambil Hendrix menyukai musik, dan mereka berdua berlalu. Dia kemudian dirujuk ke Chas Chandler Hendrix, yang berakhir masa jabatannya sebagai bassis dalam The Hewan dan mencari bakat untuk mengelola dan memproduksi. Chandler keranjingan dengan lagu “Hey Joe” dan merasa yakin dia dapat menciptakan sebuah hit single dengan artis yang tepat. The Jimi Hendrix Experience Terkesan dengan versi Hendrix, Chandler membawanya ke London dan masuk ke sebuah manajemen dan produksi kontrak dengan dirinya dan mantan manajer Hewan Michael Jeffery. Hendrix Chandler kemudian membantu membentuk band baru, The Jimi Hendrix Experience, dengan gitaris-berpaling-bassis Noel Redding dan drummer Mitch Mitchell, musisi bahasa Inggris. Pengalaman lama sebelum dibentuk, Chandler diperkenalkan ke Pete Townshend Hendrix dan Eric Clapton, yang baru saja membantu mengumpulkan Cream. Di Chandler permintaan, Cream membiarkan Hendrix bergabung dengan mereka di panggung untuk selai pada lagu “Killing Floor”. Clapton Hendrix dan tetap berteman sampai kematian Hendrix. Malam pertama ia tiba di London, ia memulai hubungan dengan Kathy Etchingham yang berlangsung hingga Februari 1969. Dia kemudian menulis sebuah buku otobiografi diterima dengan baik tentang hubungan mereka dan London tahun enam puluhan adegan pada umumnya. Hendrix kadang-kadang mempunyai selera humor perkemahan, terutama dengan lagu “Purple Haze”. Sebuah mondegreen muncul, di mana garis ” ‘Maaf aku sementara aku mencium langit” itu salah dengar sebagai “‘ Maaf aku sementara aku mencium orang ini.” Dalam beberapa pertunjukan, Hendrix bercanda menggunakan ini, sengaja bernyanyi “mencium orang ini” sambil menunjuk ke Mitch atau Noel, seperti yang ia lakukan di Monterey. Dalam DVD Woodstock dia sengaja menunjuk ke langit pada titik ini, untuk membuatnya jelas. Sebuah volume lirik salah dengar telah diterbitkan, dengan menggunakan mondegreen ini dirinya sebagai gelar, dengan Hendrix di sampulnya.
Inggris sukses. Setelah diterima antusias kinerja di France’s No 1 tempat itu, teater di Paris Olympia pada tur Johnny Hallyday, yang di atas panggung jam dengan Cream, manggung di sebuah karya yang baru dibuka, pop-kelab malam yang berorientasi selebriti dan O’Nails Bag semua penting penampilan di atas TV Inggris pop menunjukkan “Ready Steady Go!” dan BBC’s “Top of the Pops”, kata Hendrix menyebar ke seluruh komunitas musik di London pada akhir 1966. Kecakapan memainkan pertunjukan-Nya dan keahlian membuat penggemar instan memerintah pahlawan gitar Eric Clapton dan Jeff Beck, serta Brian Jones dan anggota dari The Beatles dan The Who, yang ditandatangani manajer Hendrix untuk label rekaman baru mereka, Track Records.
Hendrix single pertama adalah penutup “Hey Joe”, menggunakan Tim Rose’s unik lambat susunan lagu termasuk penambahan dukungan wanita paduan suara. Backing pertama ini 1966 “Experience” adalah satu lagu pertama Hendrix usaha, “Stone Gratis”. Keberhasilan lebih lanjut datang pada awal tahun 1967 dengan “Purple Haze” yang menampilkan “Hendrix akord” dan “The Wind Cries Mary”. Ketiga single semua UK Top 10 hits dan juga populer internasional termasuk Eropa, Australia, Selandia Baru dan Jepang (meskipun gagal untuk menjual ketika dirilis nanti di AS). Panggung, Hendrix juga membuat kesan dengan berapi-api penafsiran dari BB King hit “Rock Me Baby” dan versi yang cepat Howlin ‘Wolf’s hit “Killing Floor”. Are You Experienced Are You Experienced, AS sampul album. Artikel utama: Are You experienced.
Pertama album Jimi Hendrix Experience, Are You Experienced, dirilis di Britania Raya pada 12 Mei 1967 dan tidak lama kemudian internasional, di luar Amerika Serikat dan Kanada. Isinya tidak ada dirilis sebelumnya (di luar Amerika Utara) single atau sisi B mereka ( “Hey Joe / Batu Bebas”, “Purple Haze/51st Anniversary” dan “The Wind Cries Mary / Highway Chile”). Hanya The Beatles ‘Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band dicegah Are You Experienced mencapai No 1 di tangga lagu Inggris.
Pada saat ini, Pengalaman ekstensif melakukan tur keliling Inggris Raya dan bagian Eropa. Hal ini memungkinkan untuk mengembangkan Hendrix panggung, yang mencapai titik tinggi pada 31 Maret 1967, ketika, dipesan untuk tampil sebagai salah satu pembuka pada tur perpisahan Walker Brothers, ia meletakkan gitar terbakar pada akhir pertama kinerja, sebagai aksi publisitas. Gitar ini kini telah diidentifikasi sebagai “Zappa gitar” (sebelumnya diperkirakan dari Miami), yang sebagian telah diperbaharui. Kemudian, sebagai bagian dari kampanye promosi pers ini, ada artikel tentang manajemen Teater Rank peringatan dia untuk “tone down” nya “sugestif” panggung bertindak, dengan Chandler kelompok yang menyatakan bahwa tidak akan berkompromi peduli. Pada tanggal 4 Juni 1967 , Pengalaman memainkan pertunjukan terakhir mereka di Inggris, di London’s Saville Teater, sebelum berangkat ke Amerika. The Beatles ‘Sgt. Pepper album baru saja dirilis pada 1 Juni dan dua Beatles (Paul McCartney, dan George Harrison) hadir, bersama dengan absen lain bintang rock Inggris, termasuk: Brian Epstein, Eric Clapton, Spencer Davis, Jack Bruce, dan pop penyanyi Lulu. Hendrix memilih untuk membuka acara dengan sendiri rendition of “Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band”, dilatih hanya beberapa menit sebelum mengambil panggung, banyak McCartney’s keheranan dan kegembiraan. Hendrix di atas panggung di Stockholm, Swedia, pada tahun 1967.
Sementara tur di Swedia pada tahun 1967, Hendrix macet dengan duo Hansson & Karlsson, dan kemudian membuka beberapa konser dengan lagu “Tax Free”, juga merekam penutup selama sesi Ladyland Electric. Hanya satu contoh dari hubungan yang kuat dengan negara itu, ia bermain di sana sering sepanjang kariernya, dan satu-satunya anak Yakobus Daniel Sundquist lahir di sana pada tahun 1969 ke Swedia, Eva Sundquist, diakui sebagai demikian oleh pengadilan Swedia dan membayar penyelesaian dengan Experience Hendrix LLC. Dia menulis sebuah puisi untuk seorang wanita di sana (mungkin Sundquist). Sundquist telah anonim dikirim Hendrix mawar pada masing-masing pembukaan nya malam di Stockholm, hanya mengungkapkan dirinya sendiri setelah kunjungan ketiga pada bulan Januari 1969, dan hamil Daniel dengan dia. Dia juga punya teman musisi asing yang tinggal di sana, “Raja” George Clemmons, yang bermain cadangan di salah satu konser dan bersosialisasi dengan dia di setidaknya dua dari kunjungannya di sana. Hendrix juga mempersembahkan lagu ke Swedia desertir vietnam berbasis organisasi pada tahun 1969.
Bulan kemudian, Reprise Records merilis Amerika Serikat dan Kanada versi Are You Experienced dengan penutup baru oleh Karl Ferris, menghapus “Red House”, “Ingat” dan “Bisakah Anda Lihat Me” untuk memberikan ruang bagi tiga pertama tunggal A-sisi . Mana (Rest of the World) Album dimulai dengan “Foxy Lady”, Amerika Serikat dan Kanada yang dimulai dengan “Purple Haze”. Kedua versi mengejutkan menawarkan pengenalan kepada Jimi Hendrix Experience, dan album adalah cetak biru untuk apa yang telah menjadi mungkin pada gitar listrik, pada dasarnya direkam dalam empat lagu, dicampur ke mono dan hanya diubah pada saat ini oleh seorang “fuzz” pedal, reverb dan sedikit kecil eksperimental “Octavia” pedal pada “Purple Haze”, diproduksi oleh Roger Meyer dalam konsultasi dengan Hendrix. Sebuah remix menggunakan mono kebanyakan trek dengan gitar dan vokal overdub terpisah dan kadang-kadang menyorot membuat campuran stereo juga dirilis, hanya di Amerika Serikat dan Kanada. US keberhasilan Meskipun secara internasional sangat populer saat ini, Pengalaman belum retak Amerika, single pertama mereka di sana gagal untuk menjual. mereka datang kesempatan ketika Paul McCartney merekomendasikan kelompok pengorganisir Monterey International Pop Festival. Hal ini terbukti menjadi kesempatan besar bagi Hendrix, bukan hanya karena banyaknya penonton yang hadir pada acara tersebut, tetapi juga karena banyaknya wartawan yang meliput peristiwa yang menulis tentang dia. Pertunjukan yang difilmkan oleh DA Pennebaker dan kemudian ditampilkan di beberapa bioskop di seluruh negeri pada awal 1969 sebagai dokumenter konser Monterey Pop, yang diabadikan ikon Hendrix membakar dan menghancurkan gitar-nya di final penampilannya.
Lagu pembukaan Hendrix susunan sangat cepat Howlin ‘Wolf’s 1965 R & B hit “Killing Floor”. Ia sering bermain ini dari akhir tahun 1965 sampai 1968, biasanya sebagai pembuka untuk pertunjukannya. Termasuk kinerja Monterey hidup yang sama rendition of BB King’s 1964 R & B hit “Rock Me Baby”, Tim Rose’s “Hey Joe” dan Bob Dylan memukul Pop 1965 “Like a Rolling Stone”. Himpunan berakhir dengan The Troggs “Wild Thing” dan Hendrix mengulangi perbuatan yang telah meningkatkan profil nya di UK (dan internasional) dengan dia membakar gitar di panggung, lalu menghantam ke potongan-potongan melemparkan ke penonton. Acara ini akhirnya membawa Hendrix ke pemberitahuan publik AS. Potongan besar gitar ini adalah pada tampilan di Experience Music Project di Seattle, bersama dengan yang lain Stratocaster yang dicat psychedelically Hendrix pecah (tapi tidak terbakar) di konser perpisahan di Inggris sebelum ia berangkat ke Amerika Serikat dan Monterey.
Pada saat set Hendrix sedang bermain di klub Scene di NYC pada bulan Juli 1967, ia bertemu dengan Frank Zappa, Mothers of Invention yang sedang bermain di dekatnya Garrick Theater, dan dia dilaporkan terpesona oleh Zappa dibeli baru-baru ini-wah-wah pedal. Hendrix langsung membeli satu dari Manny’s dan mulai menggunakannya langsung pada sesi kedua sisi single barunya, dan sedikit kemudian, pada beberapa kemacetan ia bermain di studio Chalpin Ed.
Mengikuti festival, Pengalaman memainkan serangkaian konser di Bill Graham’s Fillmore menggantikan headliners asli Jefferson Airplane di bagian atas tagihan. Pada saat itu Hendrix berkenalan dengan musik masa depan kolaborator Stephen Stills, dan kembali mengenal diri dengan Buddy Miles yang memperkenalkan Hendrix untuk masa depannya mitra – Devon Wilson. Dia punya bergolak on / off hubungan dengan dia, hingga malam kematiannya, dan adalah satu-satunya salah satu perempuan untuk merekam dengan dia. Dia meninggal hanya enam bulan setelah Hendrix secara misterius, rupanya jatuh dari sebuah jendela atas di Chelsea Hotel.
Berikut ini sangat sukses pengantar Pantai Barat, yang juga termasuk dua konser di udara terbuka (salah satu dari mereka konser gratis di “Pan menangani” Golden Gate Park) dan konser di Whisky a Go Go, mereka dipesan sebagai salah satu pembuka untuk grup pop The Monkees pada tur Amerika pertama mereka. The Monkees meminta untuk Hendrix karena mereka penggemar, tetapi mereka (kebanyakan remaja awal) penonton kadang-kadang tidak hangat tindakan mereka, dan ia berhenti tur setelah beberapa tanggal. Chas Chandler kemudian mengakui bahwa yang dilemparkan dari tur Monkees direkayasa untuk mendapatkan dampak media yang maksimum dan publisitas untuk Hendrix, yang mirip dengan yang diperoleh dari Theatre Rank diproduksi “ketidaksenonohan” “sengketa” di Inggris sebelumnya Walker Brothers tur. Pada waktu itu, beredar sebuah cerita mengklaim bahwa Hendrix telah dihapus dari tur karena pengaduan yang dibuat oleh Putri Revolusi Amerika bahwa panggung melakukan adalah “cabul dan tidak senonoh”. Lillian Roxon wartawan Australia, yang menyertai tur, mengarang cerita.
Sementara itu di Eropa Barat, di mana Hendrix juga dihargai karena blues penafsiran otentik serta lagu hit-nya di sana, dan sering diakui untuk musik avant-garde ide-ide, orang liar nya gambar dan musik gimmickry (seperti bermain gitar dengan gigi dan di belakang punggung) telah memudar, tetapi mereka kemudian menjangkiti dia di Amerika Serikat Monterey berikut. Ia menjadi frustrasi oleh media AS dan penonton ketika mereka memusatkan perhatian pada trik panggung dan lagu yang paling terkenal. Axis: Bold sebagai Love , Artikel utama: Axis: Bold sebagai Love


Axis: Bold sebagai sampul album Love.
The Jimi Hendrix Experience’s 1967 album kedua, Axis: Bold sebagai Cinta adalah rekaman pertama yang dibuat dengan maksud untuk melepaskan stereo dan di mana ia pertama kali bereksperimen dengan format ini, menggunakan banyak panning dan efek stereo lainnya. Ini melanjutkan gaya yang didirikan oleh Are You Experienced, tetapi memamerkan penggunaan yang mendalam melodi, bersama-nya yang terkenal keahlian teknis, dengan trek seperti “Little Wing” dan “Jika 6 Was 9″. Pembukaan lagu, “EXP”, menampilkan efek stereo di mana suara keributan yang berasal dari gitar Hendrix muncul berkisar pada pendengar, memudar ke jarak dari saluran kanan, kemudian kembali di di sebelah kiri. Album ini menandai pertama kali Hendrix merekam seluruh album dengan gitar disetem turun satu setengah-langkah, E ♭, yang kemudian digunakan secara eksklusif dan pertama adalah fitur yang wah-wah pedal dan pada ‘Bold Karena Cinta’ itu mungkin rekaman pertama untuk fitur stereo teknik pentahapan.
Sebuah kecelakaan hampir menunda album rilis pra-Natal: Hendrix kehilangan kaset master samping salah satu LP, meninggalkannya di kursi belakang sebuah taksi London. Dengan tenggat waktu rilis menjulang, Hendrix, Chas Chandler dan insinyur Eddie Kramer harus kembali campuran sebagian besar dari satu sisi dalam sebuah sesi semalam, tetapi mereka tidak bisa menyamai campuran yang hilang “Jika 6 adalah 9″. Hanya diselamatkan oleh penemuan bahwa pemain bass Noel Redding punya salinan itu direkam, yang harus diratakan seperti yang kusut. Hendrix kecewa bahwa album itu akan selesai begitu cepat dan merasa hal itu bisa saja lebih baik, mengingat lebih banyak waktu. Dia juga agak kecewa dengan Track Records desainer Inggris yang menciptakan album cover art. Ia mengatakan bahwa hal itu akan lebih tepat jika penutup telah disorot Amerika-India-nya warisan. Seni cover menggambarkan Hendrix dan bandmates Pengalaman sebagai berbagai bentuk Wisnu, menggabungkan lukisan dari mereka oleh Roger Hukum (dari foto-foto oleh Karl Ferris).
Album ini dirilis di Inggris di dekat akhir headlining tur pertama mereka di sana, setelah itu menetap sebentar kecepatan sedikit untuk liburan Natal. Pada Januari 1968 kelompok pergi ke Swedia untuk tur singkat, dan setelah pertunjukan pertama Hendrix, dilaporkan setelah minum dan menurut Hendrix minuman yang berduri, mengamuk dan menghancurkan ke kamar hotelnya di marah, melukai tangannya dan mencapai puncaknya pada penangkapannya. Kemudian pada 6 di topi denmark yang terkenal telah dicuri. Sisanya tur lancar, meskipun Hendrix harus menghabiskan beberapa waktu di Swedia menunggu akhirnya persidangan dan denda yang besar.


Electric Ladyland Sampul album Ladyland listrik. Artikel utama: Electric Ladyland
Ketiga Hendrix rekaman, album ganda Electric Ladyland (1968), adalah berangkat dari usaha sebelumnya. Setelah ketiga dan perancis penultima konser di Paris Olympia, Hendrix terbang ke Amerika untuk memulai tur pertamanya di sana, dan setelah dua bulan kembali ke proyek di Ladyland Electric yang baru saja dibuka Record Plant Studios dengan insinyur Eddie Kramer dan Gary Kellgren dan pada awalnya Chas Chandler sebagai produser. Sebagai album rekaman berlangsung, Chas Chandler menjadi begitu frustrasi dengan perfeksionisme Hendrix dan dengan berbagai teman-teman dan pengikut-on penggilingan tentang studio bahwa dia memutuskan untuk memutuskan hubungan profesionalnya dengan Hendrix. Chandler profesional dan pendidikan musik sangat berorientasi bisnis, dan mengajarkan kepadanya bahwa lagu harus dicatat dalam hitungan jam, dan ditulis dengan tujuan untuk membebaskan mereka sebagai single. Pengaruhnya atas Pengalaman dua album pertama jelas dalam terang dari fakta bahwa sangat sedikit dari trek lebih dari empat menit, bahwa kedua album direkam dalam waktu yang singkat, dan bahwa kebanyakan dari lagu-lagu sesuai dengan struktur lagu pop biasa. Namun, seperti Hendrix mulai mengembangkan sendiri visi dan mulai menegaskan lebih banyak kontrol atas proses artistik di studio, Chandler memutuskan untuk pindah ke peluang lain dan menyerahkan kontrol secara keseluruhan Hendrix. Keberangkatan Chandler memiliki dampak yang jelas pada arah yang artistik rekaman itu.
Hendrix mulai bereksperimen dengan kombinasi yang berbeda dari musisi dan instrumen, dan efek elektronik modern. Sebagai contoh, Dave Mason, Chris Wood, dan Steve Winwood dari band Traffic, drummer Buddy Miles dan mantan Bob Dylan organ Al Kooper, antara lain, semuanya terlibat dalam sesi perekaman. Ini adalah salah satu alasan lain yang menimbulkan Chandler dikutip sebagai keberangkatannya. Ia menggambarkan bagaimana Hendrix berubah dari rekaman disiplin rejimen untuk jadwal yang tidak menentu, yang sering melihat dia mulai sesi rekaman di tengah malam, dan dengan sejumlah gantungan-on.
Chandler juga menyatakan kesal pada jumlah kali Hendrix akan bersikeras rekaman ulang lagu tertentu; lagu “Gypsy Eyes” dilaporkan tercatat 43 kali. Hal ini juga frustrasi bassis Noel Redding, yang sering meninggalkan studio untuk menenangkan diri, hanya untuk kembali dan menemukan bahwa Hendrix telah mencatat bagian-bagian bass sendiri selama ketidakhadiran Redding. Efek dari peristiwa-peristiwa ini dapat diidentifikasi dengan jelas dalam gaya musik album. Pada tingkat dangkal murni, trek tidak lagi sesuai dengan standar format lagu pop, sering kurang mudah diidentifikasi pola atau bagian, dan kadang-kadang bahkan tidak dikenali melodi. Lebih khususnya, Namun, lagu tema yang dibahas, dan musik yang direkam Hendrix, jauh melampaui apa pun yang dicapai sebelumnya. Electric Ladyland mencakup sejumlah komposisi dan pengaturan yang Hendrix masih ingat. Ini termasuk “Voodoo Child (Slight Return)” dan juga Hendrix’s rendition of Bob Dylan’s “Semua Bersama Menara Pengawal”. Selama empat tahun ketenarannya, Hendrix sering muncul di kemacetan dadakan dengan berbagai musisi, seperti BB King. Pada bulan Maret 1968, Jim Morrison dari The Doors bergabung dengan Hendrix di atas panggung di New York Scene Club. Album Ladyland Electric ini era rekaman bajakan dibebaskan dengan berbagai judul, beberapa salah mengklaim kehadiran Johnny Winter, yang telah ditolak, beberapa kali, menjadi seorang peserta pada sesi selai, dan yang pernah mengalami bertemu Morrison. Disintegrasi Jimi Hendrix Experience Setelah satu tahun yang berbasis di AS, sementara Hendrix pindah kembali ke London dan menjadi pacarnya Kathy’s Etchingham Brook Street flat sewaan, sebelah Handel House Museum, di West End of London. Selama waktu ini The Jimi Hendrix Experience tur Skandinavia, Jerman, dan termasuk Perancis akhir konser. Dan kemudian dilakukan dua terjual habis konser di London’s Royal Albert Hall pada tanggal 18 Februari dan 24 Februari 1969, yang merupakan penampakan Eropa terakhir ini line-up dari “Jimi Hendrix Experience”. Sebuah Emas dan Goldstein-diproduksi film berjudul Pengalaman juga dicatat pada kedua menunjukkan, yang menurut Experience Hendrix LLC, “Unsur-unsur rekaman ini benar-benar akan digunakan saat rilis resmi dari bahan ini akhirnya dibuat.”
Noel Redding merasa semakin frustrasi dengan fakta bahwa ia tidak memainkan alat musik asli dan disukai, gitar. Pada tahun 1968, ia memutuskan untuk membentuk band sendiri Fat Mattress, yang kadang-kadang terbuka untuk Pengalaman (Hendrix akan bercanda merujuk kepada mereka sebagai “Kurus Bantal”). Redding dan Hendrix akan mulai melihat kurang dan kurang dari satu sama lain, yang juga memiliki efek di studio, dengan Hendrix memainkan banyak bagian pada Electric bass Ladyland.
Sia-sia sesi rekaman di Olimpiade di London; Olmstead dan Record Plant di New York yang berakhir pada 9 April yang hanya menghasilkan remake of Stone Gratis untuk kemungkinan rilis tunggal, yang terakhir fitur Redding. Jimi Billy Cox kemudian terbang ke New York dan mulai rekaman dan berlatih dengan dia pada 21 April sebagai pengganti Noel.
Dalam sebuah wawancara yang direkam oleh Nancy Carter pada 15 Juni di hotelnya di Los Angeles, Hendrix mengumumkan bahwa ia telah rekaman dengan Cox dan bahwa ia akan menggantikan Noel sebagai pemain bas dalam “The Jimi Hendrix Experience”.
Pengalaman terakhir konser yang berlangsung pada tanggal 29 Juni, 1969 at Barry Fey’s Denver Pop Festival, tiga hari acara yang digelar di Denver’s Mile High Stadium yang ditandai oleh polisi menembakkan gas air mata ke arah penonton ketika mereka bermain “Voodoo Child (Slight Return) . Band melarikan diri dari tempat di bagian belakang sebuah truk sewaan yang sebagian hancur oleh penggemar mencoba untuk melarikan diri dari gas air mata. Keesokan harinya, Noel Redding mengumumkan bahwa ia telah keluar dari Pengalaman.


Gypsy Sun and Rainbows
Setelah kepergian Noel Redding dari grup, Hendrix menyewa delapan kamar tidur ‘Ashokan House “di dusun Boiceville dekat Woodstock di New York, di mana dia menghabiskan beberapa waktu melalui musim panas 1969. Manajer Michael Jeffery, yang punya rumah di Woodstock, mengatur tinggal, dengan harapan bahwa jeda akan menghasilkan album baru. Untuk mengganti Redding sebagai bassis, Hendrix telah berlatih dan merekam dengan Billy Cox, yang lama dan dipercaya buddy Angkatan Darat, setidaknya sejak 21 April. Woodstock Hendrix memainkan The Star-Spangled Banner, Woodstock, 1969 Mitchell tidak tersedia untuk membantu memenuhi komitmen Hendrix saat ini, yang meliputi penampilan perdananya di TV AS – pada Dick Cavett menunjukkan – di mana ia didukung oleh orkestra studio, dan sebuah penampilan di The Tonight Show di mana ia muncul dengan bass baru pemain Billy Cox, dan sesi Ed Shaughnessy drumer untuk duduk di Mitchell. Mitchell kembali pada waktunya untuk festival musik Woodstock pada 18 Agustus 1969, yang-dalam upaya untuk mengembangkan suara di luar kekuasaan-format trio Hendrix lalu menambahkan irama gitaris Larry Lee (yang lain teman lama dari R & B hari), dan percussionists Juma Sultan dan Jerry Vélez.
Pada hari ia sebut disewa ini grup “Gipsi Sun Dan Rainbows ‘ mereka merekam beberapa jam berbasis bahan seperti” Jam Kembali ke Rumah “,” Shokan Sunrise “(anumerta judul untuk untitled jam),” Villanova Junction ” , dan awal penafsiran dari funk-driven centerpieces dari Hendrix Pengalaman pasca-suara: “Machine Gun”, “Message to Love” dan “Izabella”.
Cuaca buruk dan masalah-masalah logistik disebabkan penundaan lama, sehingga tidak muncul Hendrix di atas panggung sampai Senin pagi. Pada saat ini, para penonton (yang mencapai puncaknya pada lebih dari 500.000 orang) telah direduksi menjadi, paling banyak, 180.000, banyak di antaranya hanya menunggu untuk melihat sekilas Hendrix sebelum pergi. Chip MC festival band Monck diperkenalkan sebagai “The Jimi Hendrix Experience”, tapi dengan cepat mengoreksi Hendrix ini untuk “Gipsi Sun dan Rainbows, singkatnya itu apa-apa ‘tetapi’ A Band Of ‘Gipsi” dan diluncurkan ke dalam dua jam set, terpanjang kariernya. Selain dua percussionists, terutama kinerja yang ditampilkan Larry Lee melakukan dua lagu dan Lee kadang-kadang bermain solo sedangkan Hendrix memainkan irama di tempat. Sebagian besar ini telah diedit dari rekaman dirilis secara resmi, termasuk Lee dua lagu, mengurangi suara ke tiga bagian dasarnya. Konser ini relatif bebas dari kesulitan teknis yang sering mengganggu penampilan Hendrix, meskipun salah satu senar gitarnya bentak sambil melakukan “Red House” (ia terus bermain tanpa memandang). Band, tidak digunakan untuk bermain besar khalayak dan lelah setelah sepanjang malam, tidak bisa selalu mengikuti kecepatan Hendrix, tetapi meskipun gitaris ini berhasil memberikan performa yang mengesankan, klimaks dengan sangat-dianggap rendition of the The Star -Spangled Banner, solo improvisasi yang sekarang dianggap sebagai simbol khusus era tahun 1960-an.
Band diperluas ini tidak berlangsung lama. Setelah Woodstock festival mereka hanya muncul pada dua kesempatan. Yang pertama adalah manfaat jalan di Harlem di mana, dalam skenario yang mirip dengan festival, sebagian besar penonton telah meninggalkan dan hanya sebagian kecil tetap pada saat Hendrix mengambil panggung. Dalam beberapa detik dari Hendrix tiba di lokasi dua pemuda telah mencuri gitar dari kursi belakang mobilnya, meskipun kemudian sembuh. Band satu-satunya penampilan di klub Keselamatan di Greenwich Village, New York. Setelah beberapa studio rekaman, Hendrix membubarkan kelompok. Beberapa rekaman band ini dapat didengar pada kotak MCA Records menetapkan The Jimi Hendrix Experience dan di Delta Saturnus Selatan. Terakhir mereka bekerja bersama adalah sebuah sesi pada 6 September. [101] Hendrix September 9 penampilan di TV’s Dick Cavett Show, didukung oleh Cox, Mitchell dan Juma Sultan, dipuji sebagai “Jimi Hendrix Experience”. Band of Gypsys Band dari sampul album Gypsys.
Pada tahun 1969, timbul sengketa kontrak dalam kaitannya dengan kesepakatan Hendrix telah masuk ke dalam dengan produser Ed Chalpin pada tahun 1965. Resolusi untuk sengketa harus disertakan Hendrix merekam suatu LP materi baru untuk perusahaan Chalpin, yang tidak akan fitur Pengalaman band, dan tidak akan dikaitkan dengan nama band Pengalaman. Selain itu, Chalpin diberi 2% dari keuntungan dari katalog punggung Hendrix dijual di Amerika Serikat. Untuk album yang disepakati, memilih untuk merekam Hendrix Band of Gypsys, sebuah album live.Seiring dengan drumer Billy Cox dan Buddy Miles (sebelumnya dengan Wilson Pickett dan The Electric Bendera) dengan siapa dia telah jamming bersama sejak bulan September, Hendrix berlatih menulis dan materi yang kemudian dilakukan pada empat rangkaian konser selama dua malam, New Year’s Eve dan New Year’s Day di Fillmore East. Malam kedua menghasilkan bahan untuk Band Of Gypsys LP, yang diproduksi oleh Hendrix (di bawah nama “Penelitian Surga”).
Karena Band of Gypsys proyek, sudah ada desas-desus bahwa Hendrix membentuk band dengan musisi hitam (Cox dan Miles berdua etnis kulit hitam.) Bukannya putih (Mitchell dan Redding berdua etnisitas putih.) Untuk pengadilan umum hitam , yang secara statistik berada shying jauh dari genre rock, berbeda dengan R & B. Ide-ide semacam itu tumbuh di bagian dari kurangnya publisitas tentang latar belakang hukum proyek, dan karena gerakan Black Power pada puncak menonjol. Hendrix Namun, memperingatkan terhadap hambatan rasial di bidang musik, dengan mengatakan: “Hitam musik anak-anak berpikir sekarang putih, yang tidak. Argumen bukan antara hitam dan putih, itu hanya permainan lain berdirinya dibentuk untuk mengubah kami melawan satu sama lain …” Pesan ini menggemakan tema harmoni sosial yang Band of Gypsys disajikan dalam Kita Gotta Live Together.
The Band of Gypsys LP adalah tambahan penting dalam bahwa satu-satunya benar-benar hidup LP resmi dirilis di Hendrix seumur hidup. Band ini juga merilis single “Stepping Stone” yang dengan cepat ditarik, dan merekam beberapa lagu studio dijadwalkan untuk masa depan Hendrix LP. Pada tahun 1999, rekaman dari konser Fillmore empat itu remaster dan tambahan suntingan lagu dan dibebaskan sebagai Live at the Fillmore East. Litigasi dengan Chalpin berakhir pada tahun 2007 setelah “uncredible tunggal saksi” didenda hampir $ 900.000 untuk kegagalan untuk mematuhi kontrak keterbatasan dan kegagalan untuk membayar Experience Hendrix LLC pelataran memerintahkan royalti. Pada tanggal 26 dan 27 Januari 1970, Mitch Mitchell dan Noel Redding terbang ke New York dan menandatangani kontrak dengan Jeffery untuk mendatang tur Jimi Hendrix Experience. Keesokan harinya, kedua dan terakhir penampilan Band of Gypsys terjadi di babak dua belas pertunjukan di Madison Square Garden yang merupakan manfaat untuk populer secara besar-besaran anti-Perang Vietnam Moratorium Komite, yang berjudul “Winter Festival for Peace”. Serupa dengan Woodstock, menetapkan penundaan Hendrix dipaksa untuk mengambil panggung pada sial 3, hanya saja kali ini ia jelas tak sanggup untuk bermain. Ia memainkan suram rendition of “Who Knows” sebelum gertakan respon vulgar pada seorang wanita yang berteriak permintaan pembuatan “Foxy Lady”. Dia berlangsung di tengah-tengah lagu kedua, kemudian hanya berhenti bermain, mengatakan kepada para penonton: “Itulah yang terjadi ketika bumi fucks dengan ruang-pernah lupa bahwa”. Ia kemudian duduk di drum bangun dari tidur selama satu menit dan lalu berjalan pergi panggung. Berbagai pernyataan unverifiable telah ditawarkan untuk menjelaskan adegan aneh ini. Buddy Miles menyatakan bahwa manajer Michael Jeffery Hendrix tertutup dengan LSD dalam upaya untuk menyabot band saat ini dan membawa kembali dari Pengalaman lineup. Tapi tidak ada orang lain yang terkait erat dengan Hendrix setuju dengan pernyataannya.


Menangis of Love wisata
Seminggu setelah dirusak Band of Gypsys menunjukkan Hendrix, Mitch Mitchell dan Noel Redding memberikan wawancara kepada Rolling Stone untuk tanggal tur yang akan datang sebagai bersatu kembali Jimi Hendrix Experience. Tapi Redding bahkan tidak pernah berlatih, sebagai Hendrix hanya terus bekerja dengan Billy Cox. Noel baru diberitahu bahwa ia tidak akan bermain selama latihan sebelum tur dimulai. Penggemar merujuk kepada akhir ini “Jimi Hendrix Experience” lineup sebagai “Cry of Love” band, nama setelah tur untuk membedakannya dari yang asli. Billy Cox telah beberapa kali berkomentar dalam hal ini, untuk membuat jelas bahwa jajaran ini menganggap diri mereka “The Jimi Hendrix Experience” bahkan sebelum mereka melanjutkan tur dan bahwa gelar lainnya adalah palsu. Semua penagihan, mengiklankan, tiket dan lain-lain yang digunakan dalam tur “Jimi Hendrix Experience” atau kadang-kadang, seperti sebelumnya, hanya “Jimi Hendrix”.
Dua dari rekaman kemudian Hendrix adalah bagian-bagian gitar pada “Old Times Good Times” dari Stephen Stills hit eponymous album (1970), dan di “The Everlasting Pertama” dari Arthur Lee inkarnasi baru Cinta, tidak begitu sukses dan tepat bernama LP Palsu Mulai kedua track itu direkam dengan teman lama ini dan tidak dapat dijelaskan sekilas kunjungan ke London pada Maret 1970, setelah pernikahan Kathy Etchingham. Ia menghabiskan empat bulan berikutnya tahun 1970 merekam selama seminggu dan bermain hidup pada akhir pekan. “The Cry of Love” tur, yang dirancang untuk mendapatkan uang untuk membayar kembali pinjaman studio, marah mount Hendrix kembali pajak dan biaya hukum, dan dana produksi album berikutnya, secara tentatif berjudul Pertama Sinar Baru Matahari Terbit. Tur dimulai pada bulan April di LA Forum, yang disusun untuk mengakomodasi pola ini. Pertunjukan tur ini menampilkan Hendrix, Cox, dan Mitchell bermain bersama bahan baru diperpanjang versi rekaman yang lebih tua. Amerika Serikat kaki dari wisata termasuk 30 pertunjukan dan berakhir di Honolulu, Hawaii pada tanggal 1 Agustus 1970. Sejumlah acara-acara ini direkam dan diproduksi beberapa Hendrix konser paling mengesankan. Electric Lady Studios Pada tahun 1968, Hendrix dan Jeffery telah menginvestasikan bersama-sama dalam pembelian Generasi Club di Greenwich Village. Rencana awal mereka untuk membuka kembali klub juga yang ditolak ketika pasangan memutuskan bahwa investasi mereka akan melayani lebih baik sebagai sebuah studio rekaman. Biaya studio Electric panjang sesi Ladyland astronomi, dan Hendrix selalu mencari rekaman lingkungan yang cocok baginya. Pada bulan Agustus 1970, Electric Lady Studios dibuka di New York. Dirancang oleh arsitek dan acoustician Yohanes Storyk, studio dibuat khusus untuk Hendrix, dengan jendela-jendela bundar dan sebuah mesin yang mampu menghasilkan pencahayaan dalam berbagai warna. Ini dirancang untuk memiliki merasa santai untuk mendorong kreativitas Hendrix, tapi pada saat yang sama memberikan suasana rekaman yang profesional. Insinyur Eddie Kramer ditegakkan ini dengan menolak untuk mengizinkan penggunaan narkoba sesi selama bekerja.
Hendrix hanya menghabiskan dua setengah bulan rekaman di Electric Lady, yang sebagian besar terjadi ketika tahap akhir konstruksi masih berlangsung. Setelah merekam / dubbing sesi pada 26 Agustus partai pembuka diadakan hari itu. Dia kemudian naik sebuah penerbangan Air India untuk London dengan Billy Cox, Mitch Mitchell bergabung untuk tampil di Isle of Wight Festival. Tur Eropa Kelompok kemudian dimulai kaki Eropa tur. Kerinduan untuk studio baru dan kreatif outlet, tur adalah sebuah komitmen yang gelisah Hendrix yang sudah tidak bersemangat untuk tampil. Di Aarhus, Hendrix meninggalkan acara setelah dua lagu, berkomentar: “Aku sudah mati waktu yang lama”. Pada bulan-bulan sebelum kematian Hendrix, kertas musik Inggris menuduh bahwa Hendrix telah berencana untuk bergabung dengan band Emerson, Lake & Palmer. Pada 6 September 1970, kinerja konser yang terakhir, Hendrix disambut dengan beberapa booing dan mengolok-olok oleh fans di Isle of Fehmarn Festival di Jerman, karena dia non-penampilan di akhir malam sebelumnya tagihan, (karena hujan deras dan resiko listrik). Tak lama setelah ia meninggalkan panggung, dalam kerusuhan suasana seperti mengingatkan pada Altamont Festival, itu masuk dalam api selama tahap pertama munculnya Steine Scherben Ton. Billy Cox berhenti tur dan menuju pulang ke Memphis, Tennessee, dilaporkan menderita paranoia setelah mengambil LSD atau yang diberikan itu tidak sadar, sebelumnya dalam tur. Hendrix kembali ke London, di mana dia dilaporkan berbicara dengan Chas Chandler, Eric Burdon, dan lain-lain tentang meninggalkan manajer, Michael Jeffery. Hendrix terakhir kinerja publik selai informal di Ronnie Scott’s Jazz Club di Soho dengan Burdon dan band terbarunya, Perang. Kematian Dua bangunan yang terdiri dari Samarkand Hotel. Hendrix meninggal di salah satu dari dua ruang bawah tanah apartemen yang diakses dari luar salah satu dua langkah di depan bangunan.
Awal pada 18 September 1970, Jimi Hendrix meninggal di London dalam keadaan yang tidak pernah sepenuhnya dijelaskan. Dia telah menghabiskan bagian akhir malam sebelumnya di sebuah pesta dan dijemput oleh pacarnya Monika Dannemann dan diantar ke apartemennya di Samarkand Hotel, 22 Lansdowne Crescent, Notting Hill. Menurut perkiraan waktu kematian, dari data dan laporan otopsi oleh teman-teman tentang malam 17 September, ia akan mati dalam beberapa jam setelah tengah malam, meskipun tidak tepat perkiraan ini dibuat di awal pemeriksaan. Dannemann mengklaim dalam kesaksian awal bahwa setelah mereka kembali ke penginapan malam sebelumnya, Hendrix, tidak dikenal padanya, telah mengambil sembilan dari Vesperax resep obat tidur. Medis normal dosis setengah tablet, tapi Hendrix sudah terbiasa dengan ini merek Jerman yang sangat kuat. Menurut ahli bedah John Bannister, dokter yang memeriksanya awalnya, Hendrix telah sesak napas dalam muntahan sendiri, terutama anggur merah yang telah mengisi saluran udara, sebagai autopsi adalah menunjukkan. Selama bertahun-tahun, Dannemann terbuka menyatakan bahwa ia telah hanya mendapati bahwa kekasihnya tak sadarkan diri dan tidak responsif kadang-kadang setelah 9:00, bahwa Hendrix masih hidup ketika ditempatkan di bagian belakang ambulans setelah setengah dua belas, dan bahwa dia naik bersamanya dalam perjalanan ke rumah sakit; dua terakhir ditolak oleh kru ambulans. Namun, komentar tentang Dannemann pagi itu sering bertentangan, bervariasi dari wawancara ke wawancara. Polisi dan ambulans pernyataan mengungkapkan bahwa tidak ada seorang pun, kecuali Hendrix di flat ketika mereka tiba pada 11:27, dan bukan hanya itu dia mati ketika mereka tiba di tempat kejadian, tetapi berpakaian lengkap dan telah mati untuk beberapa waktu. Lyrics ditulis oleh Hendrix, yang ditemukan di apartemen, dipimpin Eric Burdon dini untuk membuat pengumuman di BBC-program TV 24 Jam bahwa ia percaya Hendrix telah bunuh diri. Burdon sering mengklaim dia telah menelepon oleh Dannemann setelah ia menemukan bahwa Jimi gagal untuk bangun. Setelah kasus pencemaran nama baik yang dibawa pada tahun 1996 oleh Hendrix jangka panjang pacar Kathy inggris Etchingham, Monika Dannemann bunuh diri, meskipun dia nanti kekasih, Uli Jon Roth, telah membuat tuduhan kecurangan. Seorang mantan Hewan “roadie,” James “Tappy” Wright, menerbitkan sebuah buku yang mengklaim Mei 2009 Hendrix manajer, Mike Jeffery, mengaku bahwa dia telah Hendrix dibunuh karena bintang rock ingin mengakhiri kontrak manajemen. Klaim ini diberi beban tambahan ketika Yohanes Bannister, dokter yang hadir di TKP kematiannya pada tahun 1970 secara terbuka pada tahun 2009 “Jumlah anggur yang di atasnya hanya luar biasa. Tidak hanya karena itu benar jenuh melalui rambut dan kemeja, tapi paru-parunya dan perut sedang benar-benar penuh dengan anggur. Aku belum pernah melihat begitu banyak anggur. Kami memiliki pengisap yang Anda meletakkan ke dalam trakea, pintu masuk ke paru-paru dan seluruh bagian belakang tenggorokan. Kami terus mengisap dia keluar dan itu terus melanda dan gelombang. Dia sudah memuntahkan massa anggur merah dan saya akan berpikir ada setengah botol anggur di rambutnya. Dia telah benar-benar tenggelam dalam jumlah besar anggur merah. Kesaksian ini bertentangan dengan orang lain yang terlibat, sopir ambulans dan Dr Donald Teare dll Bannister menurut Daily Mail terpana off untuk “fraudlent melakukan”, sehingga membuat kesaksiannya dipertanyakan. Gaya Sepasang bellbottoms Hendrix dipamerkan di Hard Rock Cafe, Hollywood. Hendrix terkenal karena rasa yang unik mode dan lemari pakaian dan gaya rambut Afro. Satu set rol rambut adalah salah satu dari beberapa barang yang bepergian dengan dia ke Inggris ketika dia pertama kali ditemukan pada tahun 1966. Ketika pertama kali mengecek terlebih dahulu tiba, Hendrix langsung turun ke jalan-jalan di London dalam mencari pakaian di butik-butik terkenal seperti aku Apakah Lord Kitchener’s valet dan Nenek Takes a Trip, baik yang khusus vintage fashion. Dia membeli setidaknya dua jaket seragam tentara, termasuk prajurit berkuda tua jaket berjumbai dihiasi dengan tali. Sekelompok polisi pernah memerintahkan dia untuk menghapus Royal Veterinary gaun Corps jaket, dan mengatakan itu merupakan pelanggaran orang-orang yang memakainya. Banyak foto-foto Hendrix menunjukkan kepadanya berbagai mengenakan selendang, cincin, medali, dan bros, dan pada hari-hari awal Hendrix kadang-kadang memakai lencana (pin atau tombol) yang menyatakan dukungannya bagi gerakan hippie atau pesona dengan Bob Dylan. Dia awalnya mengenakan setelan gelap dan kemeja sutera polos yang semakin menjadi “keras” dan lebih psychedelically berpola. Dia kemudian lebih menyukai suatu setelan beludru biru terang, lalu merah cerah, antik berpakaian jaket militer, bergaris-garis yang sangat luas setelan, jaket sutra psychedelically berpola, berbagai eksotis rompi dan celana panjang berwarna cerah menyala. Di Monterey, ia mengenakan tangan-jaket sutra yang dilukis oleh Chris Jagger (Mick Jagger saudara laki-laki) dan selendang bulu berwarna merah muda. Pada akhir 1967 ia mulai memakai bertepi lebar topi gaya Barat (nama merek “Yang Barat”). itu dihiasi dengan band ungu yang sempit dan berbagai bros, seperti ditunjukkan dalam Jimi Plays Monterey asli film. Topi ini telah dicuri pada tahun 1968, dan diganti kemudian dengan yang lain, dimahkotai dengan berbagai cara dengan syal ungu yang lebih panjang, bintang-seperti bros di depan dan satu set gelang perak, kadang-kadang dengan bulu siku, meskipun ia pergi hatless untuk periode berkepanjangan setelah ini.
Dari akhir 1968 ia mulai mengikat selendang ke salah satu kaki dan satu lengan, dan di pertengahan tahun 1969, ia menyerahkan secara permanen untuk topi bandana. Dia mulai semakin fantastis mengenakan custom-made kostum panggung dengan menyeret lengan panjang, yang mencapai puncaknya di Afrika-gaya “Fire Angel” pakaian yang dikenakannya di seluruh sebagian besar terakhir “Cry Of Love” tur, sampai mulai datang terpisah selama Isle of Wight konser. Ia tampil dalam pakaian ini hanya sekali lagi (hanya dalam jaket) di konser bencana di Aarhus, denmark. Satu-satunya yang tidak terkait dengan pekerjaan liburan adalah dua minggu perjalanan ke Maroko pada bulan Juli tahun 1969 dengan teman-teman Colette Mimram, Stella Benabou (Douglas), mantan istri Alan Douglas (produser rekaman) dan Deering Howe. Sekembalinya Hendrix Greenwich Village mendekorasi apartemennya dengan Maroko benda-benda seni dan kain. Mimram dan menciptakan beberapa Benabou Hendrix kemudian pakaian paling mengesankan, yang singkat-gaya kimono biru jaket yang ia pakai di tiga TV Penampilan dan jaket berjumbai putih, dihiasi dengan manik-manik kaca biru, ia mengenakan di Festival Woodstock. Narkoba Hendrix dikenal secara luas dan terkait dengan penggunaan obat-obatan psychedelic, terutama lysergic asam diethylamide (LSD), seperti juga banyak musisi dan selebritis terkenal pada waktu itu. Dia dianggap belum pernah mengambil obat-obatan psikedelik sampai malam ia bertemu Linda Keith, tapi merokok ganja dan minum alkohol sebelumnya. Amphetamine juga tercatat sebagai yang digunakan oleh Hendrix selama wisata. Hendrix terkenal di antara teman-teman dan kadang-kadang bandmates untuk menjadi marah dan keras ketika ia minum terlalu banyak alkohol. Kathy Etchingham berbicara mengenai sebuah insiden yang terjadi di London pub di mana seorang Hendrix mabuk memukulinya dengan handset telepon umum karena dia mengira ia memanggil laki-laki lain di telepon umum. Carmen Borrero, pacar lain, kata dia diperlukan jahitan setelah dia memukulnya dengan botol setelah minum dan menjadi cemburu.
Alkohol juga disebut-sebut sebagai penyebab Hendrix 1968 mengamuk yang rusak parah sebuah kamar hotel Stockholm dan mengakibatkan penahanannya. Paul Caruso’s persahabatan dengan Hendrix berakhir pada tahun 1970 ketika Hendrix, sementara di bawah pengaruh, meninju dan menuduhnya mencuri dari dirinya.


Foto ditangkap di Kanada. Dia kemudian dibebaskan dari tuduhan kepemilikan obat.
On May 3, 1969, saat memeriksa melalui Kanada pabean di Bandara Internasional Pearson Toronto, Hendrix ditangkap ketika sejumlah kecil heroin dan ganja ditemukan di bagasi. Setelah dirilis pada $ 10.000 tunai jaminan dan dituntut untuk tampil di pengadilan di kemudian hari, para Pengalaman bergegas untuk membuat konser mereka di Maple Leaf Gardens. Hendrix membuka acara dengan ucapan, “Kami ingin kau melupakan tentang hari ini, tentang kemarin, dan tentang besok. Malam ini kita akan menciptakan sebuah dunia yang baru.” Dalam review konser, The Globe and Mail dicetak:  ”[H] adalah gitar menjadi suara Rave Dunia Baru. It menjerit, mendesis, dan menjerit dengan keganasan seribu dokter gigi latihan terjun ke gigi satu.” Dalam sidang pembelaan, Hendrix mengklaim bahwa obat itu menyelinap ke dalam tasnya oleh seorang penggemar tanpa pengetahuan. Dia dibebaskan Suatu titik kontroversi ada di sekitar apakah dugaan Hendrix penggunaan heroin adalah faktor penyumbang kematiannya. Namun ada, tidak menyebutkan heroin di autopsi. Kemudian pernyataan tidak benar mengenai laporan toksikologi khusus hanya dirilis untuk menenangkan tidak berdasar spekulasi bahwa Hendrix telah overdosis heroin, seperti pernyataan tentang kurangnya jarum tanda, meskipun tidak ada yang khusus menuduhnya suntik dan hal ini tidak pernah menjadi titik pertentangan.


Pemakaman
Nisan asli dari Jimi Hendrix, dimasukkan ke dalam basis granit dari peringatan yang dimaksudkan itu adalah bahwa patung kuningan besar akan diinstal. Memorial pemakaman dari Jimi Hendrix di Renton, Washington
Tubuh Hendrix kembali ke Seattle dan ia dikebumikan di Greenwood Memorial Park, Renton, Washington. Seperti popularitas Hendrix dan musiknya tumbuh selama beberapa dekade berikut kematiannya, keprihatinan mulai fans merusak mount atas kuburan di sebelah Greenwood, dan makin, keluarga Hendrix diperluas lebih jauh diminta ayahnya untuk menciptakan situs peringatan yang diperluas terpisah dari pemakaman lain situs di taman. Memorial diumumkan pada akhir 1999, tapi Al Hendrix kesehatan semakin memburuk menyebabkan penundaan dan dia meninggal dua bulan sebelum yang dijadwalkan selesai pada tahun 2002. Belakangan tahun itu, sisa-sisa Jimi Hendrix, ayahnya Al Hendrix, dan nenek Nora Hendrix Rose Moore dipindahkan ke situs baru. Nisan berisi gambaran dari sebuah Fender Stratocaster gitar, instrumen ia paling terkenal karena menggunakan – walaupun gitar ditampilkan sisi kanan atas, dan bukan cara Hendrix bermain itu, terbalik (kidal).
Memorial adalah kubah granit didukung oleh tiga pilar di mana Jimi Hendrix adalah kuburkan. Autographnya Hendrix tertera di dasar masing-masing pilar, sementara dua melangkah pintu masuk dan satu pintu masuk ramped menyediakan akses ke pusat kubah dimana Stratocaster asli dihiasi batu nisan telah dimasukkan ke dalam alas patung. Sebuah jam matahari granit kuningan Gnomon lengkap dengan kubah berdekatan, bersama dengan lebih dari 50 keluarga plot yang mengelilingi struktur pusat, setengah dari yang saat ini dihiasi dengan mengangkat batu-batu nisan granit.
Untuk saat ini, peringatan tetap tidak lengkap: kuningan aksen untuk kubah dan sebuah patung kuningan besar Hendrix diumumkan sebagai yang sedang dibangun di Italia, tapi sejak tahun 2002, tidak ada informasi mengenai status proyek telah diwahyukan kepada publik. Peringatan kedua patung Jimi memainkan Stratocaster berdiri dekat sudut Broadway dan Pine Streets di Seattle.
Pada bulan Mei 2006 Seattle dihormati musik, kesenian dan warisan dari Jimi Hendrix dengan penamaan taman baru yang bersejarah dekat Seattle Colman School di jantung Distrik Tengah.


Rekaman
Rekaman Hendrix awalnya dirilis di Amerika Utara pada Reprise Records (sebuah divisi dari Warner Communications) dari 1967 hingga 1993 dan telah dirilis di Eropa dan Jepang pada Polydor Records. (Karena tercatat untuk menyelesaikan sengketa hukum, yang Band of Gypsys Album ini dirilis di Capitol Records di Amerika Utara.) Inggris pertamanya rilis tiga album pertama kali dikeluarkan pada label independen Track Records, yang pada awalnya diciptakan oleh manajer The Who. Label kemudian diserap oleh Polydor.
Pada tahun 1994, keluarga Hendrix berlaku di dalam hukum berdiri lama usaha untuk menguasai Jimi musik, dan kemudian lisensi untuk rekaman MCA Records (kemudian Universal Music) melalui keluarga-perusahaan menjalankan Hendrix Experience. Pada bulan Agustus 2009, Pengalaman Hendrix mengumumkan bahwa mereka telah memasuki perjanjian lisensi baru dengan Sony Music Entertainment’s Legacy Rekaman divisi yang akan berlaku pada tahun 2010. Pekerjaan yang belum selesai dan anumerta rilis Tinggal di Monterey, salah satu dari lusinan album Hendrix dirilis secara anumerta.
Melaporkan bahwa Hendrix kaset untuk album konsep Emas Hitam telah dicuri dan hilang dari London flat, adalah salah. Hendrix memberikan kaset-kaset kepada Mitch Mitchell di Isle of Wight Festival tiga minggu sebelum kematiannya. Mereka sekarang berada dalam kepemilikan of Experience Hendrix LLC.
Album selesai Hendrix sebagian tahun 1971 dirilis sebagai judul The Cry of Love. Album ini memetakan diterima dengan baik dan di beberapa negara. Namun, produsen album itu, Mitchell dan Kramer, kemudian mengeluh bahwa mereka tidak dapat memanfaatkan semua trek yang mereka inginkan. Hal ini disebabkan beberapa trek yang digunakan untuk 1971’s Rainbow Bridge dan 1972’s War Pahlawan untuk alasan kontrak.
Bahan dari The Cry of Love album dirilis ulang pada tahun 1997 sebagai Rays Pertama Baru Matahari Terbit, bersama dengan sisa track yang Mitchell dan Kramer ingin menyertakan. Banyak barang-barang pribadi Hendrix, kaset, dan banyak halaman lirik dan puisi sekarang di tangan kolektor swasta dan memiliki jumlah cukup menarik di lelang sesekali. [135] Bahan-bahan ini muncul setelah dua karyawan, di bawah petunjuk dari Mike Jeffery, item dihapus dari Greenwich Village, Hendrix apartemen berikut kematiannya.


Warisan
Jimi Hendrix patung di kampung halamannya di Seattle, WA.
Hendrix disintesis dalam menciptakan berbagai gaya musiknya suara dan gaya gitarnya unik, kemudian diberi kelimpahan ditiru oleh orang lain. Meskipun sibuk tur jadwal dan terkenal perfeksionisme, ia adalah seorang artis rekaman produktif dan meninggalkan di belakang yang belum pernah dirilis lebih dari 300 rekaman.
Karier dan kematiannya telah dikelompokkan dengan Janis Joplin dan Jim Morrison sebagai salah satu musik kontemporer tragis “tiga J’s”, ikon bintang rock 1960-an yang menderita kematian terkait narkoba pada umur 27 dalam bulan satu sama lain, meninggalkan warisan dalam kematian yang telah dikalahkan popularitas dan pengaruh yang mereka alami selama hidup mereka. Bintang rock yang lain yang meninggal pada masa itu pada umur 27 ini Brian Jones.
Musik, Hendrix berbuat banyak untuk memajukan perkembangan repertoar gitar listrik, menetapkan sebagai sumber sonik yang unik, bukan sekadar versi diperkuat gitar akustik. Demikian juga, dengan umpan balik, wah-wah dan bulu-pindah bermain solo gitar penuh distorsi dengan baik lebih dari sekadar hal-hal baru, menggabungkan efek lain pedal dan unit yang dirancang khusus untuknya oleh para teknisi suara Roger Mayer (seperti Octavia dan Univibe) dengan hasil yang dramatis.
Hendrix terpengaruh musik populer dengan kedalaman yang sama; bersama dengan band-band sebelumnya seperti The Siapa dan Cream, ia mendirikan sonically mahir berat namun secara teknis membungkuk untuk musik rock secara keseluruhan, secara signifikan memajukan pembangunan hard rock dan membuka jalan untuk logam berat. Dia mengambil blues ke tingkat lain. Musiknya juga memiliki pengaruh yang besar pada pengembangan funk dan rock funk terutama melalui Ernie Isley gitaris dari The Isley Brothers dan Eddie Hazel of Funkadelic, Pangeran dan Jesse Johnson dari The Time. Bahkan pengaruhnya meluas ke banyak artis hip hop, termasuk Questlove, Chuck D dari Public Enemy, Ice-T (yang meliput “Hey Joe” dengan band heavy metal Body Count), El-P dan Wyclef Jean. Miles Davis juga sangat terkesan dengan Hendrix dan keterampilan improvisasi membandingkan dengan orang-orang yang saksofon John Coltrane, dan Davis kemudian ingin gitaris di band-band untuk mengemulasikan Hendrix. Hendrix menempati peringkat nomor 3 di VH1’s 100 Greatest Artists of Hard Rock belakang Black Sabbath dan Led Zeppelin. Hendrix menempati peringkat nomor 3 di daftar VH1’s 100 Greatest Artists of Rock N ‘Roll, di belakang Rolling Stones dan The Beatles. Dia telah dipilih oleh Rolling Stone, Guitar World, dan sejumlah majalah lain dan jajak pendapat sebagai gitaris listrik terbaik sepanjang masa.
Guitar World’s pembaca memilih enam dari solo Hendrix antara puncak “100 Greatest” sepanjang masa: “Purple Haze” , “The Star-Spangled Banner” , “Machine Gun”), “Little Wing” ,”Voodoo Child (Slight Return)” dan “Semua Bersama Menara Pengawal


Jimi adalah karakter yang dapat dimainkan di Guitar Hero: World Tour.
Pada tahun 1992, Hendrix dianugerahi Grammy Lifetime Achievement Award.


Keuangan warisan
Ketika Al Hendrix meninggal karena gagal jantung kongestif pada tahun 2002, ia akan menetapkan bahwa Hendrix Experience, LLC adalah untuk eksis sebagai sebuah kepercayaan yang dirancang untuk mendistribusi keuntungan ke dalam daftar penerima manfaat keluarga Hendrix. Setelah kematiannya, terungkap bahwa Al telah menandatangani revisi kehendak-Nya yang menyingkirkan saudara Leon Hendrix Hendrix sebagai penerima. Pengesahan hakim gugatan pada tahun 2004 bergabung Leon tantangan kepada kehendak dengan biaya dari Hendrix lain keluarga penerima manfaat yang Janie Hendrix, Al anak angkat, adalah tidak benar menangani keuangan perusahaan. Setelan berpendapat bahwa Janie dan sepupu Jimi Hendrix (Robert Hendrix) membayar gaji mereka terlalu tinggi dan menutupi hipotek mereka sendiri dan pengeluaran pribadi dari kas perusahaan, sementara para penerima manfaat pergi tanpa pembayaran dan pemakaman di Renton Hendrix pergi belum selesai.
Janie dan Robert pertahanan adalah bahwa perusahaan tidak menguntungkan lagi, dan bahwa gaji dan tunjangan mereka dibenarkan diberi pekerjaan yang mereka dimasukkan ke dalam menjalankan perusahaan. Leon menuduh bahwa Al menipu Janie Hendrix, kemudian tua dan rapuh, ke direvisi akan menandatangani, dan berusaha memiliki sebelumnya akan dipulihkan. Pembela berpendapat bahwa Al rela mengeluarkan Leon dari kehendak-Nya karena Leon masalah dengan alkohol dan perjudian . Pada awal 2005, ketua Jeffrey Ramsdell diturunkan penguasa yang meninggalkan final akan utuh, tapi diganti Janie dan Robert peran di kemudi keuangan Hendrix Experience dengan pengawas independen. Untuk saat ini, lokasi pemakaman terhadap Jimi Hendrix tetap tidak lengkap.


The Jimi Hendrix Foundation
Pada tahun 1987, Leon Hendrix menugaskan James (Jimi) Marshall Hendrix Foundation. Yayasan ini berbasis di Renton, Washington. Walaupun berjalan selama beberapa waktu oleh Leon saudara Jimi Hendrix, bulan Agustus, 2006 Leon tanya seorang anak-tudung teman Jimi Hendrix – James (Jimmy) Williams, untuk mengambil kendali dari Yayasan.


Gitar warisan Fender Stratocaster
Hendrix dimiliki dan menggunakan berbagai macam gitar selama karirnya. Gitarnya Namun pilihan, dan alat yang menjadi paling terkait dengannya, adalah Fender Stratocaster, atau “Start”. Dia mulai bermain Stratocaster pada tahun 1966 dan kemudian menggunakannya hampir secara eksklusif untuk panggung pertunjukan dan rekaman.
Banyak gitaris terkemuka lainnya, termasuk Jeff Beck, Stevie Ray Vaughan, Ritchie Blackmore dan Eric Clapton, juga memainkan Stratocaster. Hendrix membeli banyak Strats dan memberikan beberapa sebagai hadiah. Stratocaster sunburst asli Hendrix yang dibakar pada Astoria pada tahun 1967, dan bahwa dia tetap sebagai suvenir, diberikan kepada Frank Zappa oleh roadie Hendrix pada tahun 1968 Miami Pop Festival. Zappa diasumsikan itu adalah satu-satunya Hendrix pernah bermain di sana.
Hendrix menggunakan gitar kidal, berbalik terbalik untuk bermain tangan kiri, dan kembali tegang sehingga senar lebih berat berada dalam posisi standar di bagian atas leher. Hal ini mempunyai efek penting pada sound gitar : karena penyimpangan dari Strat bridge pickup, string terendah nya memiliki suara cerah sementara string tertinggi mempunyai suara lembut, berlawanan dengan desain dimaksudkan Stratocaster.
Berat menggunakan tremolo bar sepanjang kariernya menyebabkan kelemahan dari kerugian sering di tuning; Hendrix akan sering bertanya kepada para penonton untuk “menit untuk tune up” beberapa kali dalam konser yang sama.
Selain Fender Stratocaster, Hendrix juga difoto bermain Jazzmasters, Duosonics, dua yang berbeda Flying Vs Gibson, Gibson Les Paul, tiga Gibson SG, sebuah Corvette Gretsch ia digunakan pada tahun 1967 Curtis Knight sesi dan Miming dengan hak Fender Jaguar digantung pada “Top Of The Pop’s” acara TV, dan juga beberapa merek lain. Hendrix Fender Telecaster meminjam dari Noel Redding untuk merekam “Hey Joe” dan “Purple Haze”, menggunakan Gibson SG Custom putih untuk penampilannya pada acara Dick Cavett pada musim panas 1969, dan Isle of Wight film yang menunjukkan dia bermain kedua Gibson Flying V. Sementara Jimi sebelumnya memiliki Flying V bahwa ia dicat dengan desain psychedelic, Flying V digunakan di Isle of Wight adalah kebiasaan unik kidal gitar dengan hardware berlapis emas, sebuah fingerboard terikat dan “split-berlian” fret spidol yang tidak ditemukan di era 60-an lain Flying Vs.
Pada 4 Desember 2006, salah satu dari 1.968 Hendrix Fender Stratocaster sunburst gitar dengan desain yang dijual di pelelangan Christie untuk Rp 168.000 $. Penguat dan efek
Hendrix adalah seorang katalis dalam perkembangan modern pedal efek gitar. Nya tahap energi tinggi bertindak dan volume tinggi di mana dia bermain diperlukan amplifier kokoh dan kuat. Untuk beberapa latihan pertama ia menggunakan Vox dan Fender amplifier. Duduk di dengan Cream, Hendrix diputar melalui berbagai baru bertenaga tinggi amp gitar yang dibuat oleh London drumer berpaling audio insinyur Jim Marshall, dan mereka terbukti sangat cocok untuk kebutuhannya. Seiring dengan Stratocaster, Marshall stack dan amplifier sangat krusial dalam membentuk suara overdrive nya berat, sehingga membuatnya mampu menguasai penggunaan umpan balik sebagai efek musik. Ia menggunakan merek ini membuat sangat populer.
Selama Isle of Wight video Hendrix memiliki peralatan banyak masalah, selama “Semua Sepanjang Menara Pengawal” pedal wah-nya jeritan di nada yang tinggi, bukan berfungsi normal, setelah berjuang selama solo Hendrix dapat dilihat dengan jelas berbalik ke arah kamera dan dukungan kru dan berkata “wah wah, ambilkan lagi wah wah” sebagai potongan-potongan lebih lanjut menunjukkan kemajuan peralatan akan diganti. [ragu-ragu - mendiskusikan] Arbiter Fuzz Face unit yang sangat konsisten, dan tunduk pada perubahan dalam nada karena keduanya suhu dan kondisi baterai. Sebagai karier rekaman Hendrix berkembang, ia melakukan lebih menggunakan efek disesuaikan unit. Sebaliknya single pertama dan album ini dibuat di bawah lebih mendasar, kondisi anggaran yang rendah hanya dengan pedal fuzz dasar dan beberapa rudimenter ‘Octavia’ on Purple Haze.
Hendrix senantiasa mencari efek gitar baru. Dia adalah salah satu gitaris pertama bergerak melewati gimmickry sederhana dan untuk mengeksploitasi kemungkinan ekspresif penuh efek elektronik seperti Arbiter Fuzz Face dan wah-wah pedal. Dia memiliki asosiasi dengan insinyur berbuah Roger Mayer yang kemudian melanjutkan untuk membuat bulu Axis unit, Doubler oktaf Octavia dan beberapa perangkat lain berdasarkan unit Mayer telah menciptakan atau tweak untuk Hendrix. Buatan Jepang Univibe efek lain dan khususnya menarik. Dirancang untuk mensimulasikan secara elektronik efek modulasi yang berputar Leslie speaker, yang memberikan suara pentahapan yang kaya dengan pedal kontrol kecepatan. The Band of Gypsys lagu “Machine Gun” menyoroti penggunaan univibe, Octavia dan wajah fuzz pedal.
Suara gabungan yang Hendrix dengan volume tinggi dan kekuasaan tinggi, umpan balik manipulasi, dan berbagai memotong-tepi efek gitar. Ia juga dikenal karena trik bermain, yang mencakup hanya bermain dengan tangan kanan (mencela) tangan, menggunakan gigi atau bermain di belakang punggung dan di antara kakinya, meskipun ia segera bosan dengan tuntutan penonton untuk melakukan trik ini. Hendrix memiliki tangan yang besar dan menggunakan jempol hampir terus menerus untuk resah bas catatan, meninggalkan jari bebas untuk bermain mengisi melodi di atas, sehingga bisa memfasilitasi dengan mencatat kemampuan untuk memainkan irama memimpin dan bagian-bagian secara bersamaan. Teknik ini dibuat lebih mudah oleh Stratocaster’s 7,25 “fingerboard radius (lebih bulat daripada standar modern 9.5″. Yang jelas demonstrasi teknik jempol ini dapat disaksikan dalam video Woodstock; selama lagu Red House closeups ada yang sangat baik dari tangan mencela Hendrix.


;;