PERCAKAPAN 1: ESQ DAN NLP JUGA TIDAK MEMPAN


T = Bang,

Kalo kita rajin meditasi kan bisa membangkitkan intuisi. Nah, bisa nggak intuisi ini dipakai buat menghipnotis orang misalnya?

J = Intuisi adalah pengertian yg muncul begitu saja di dalam pikiran kita, kita tahu bahwa kita tahu. Walaupun orangnya sumpah kerak keruk, kita akan tahu bahwa dia bohong. Walaupun dia tidak mau bicara, kita akan tahu apa isi pikirannya. Apa yg bisa langsung kita tahu itulah yg dimaksudkan dengan intuisi.

Hipnotis lain lagi, dan jenisnya ada macam-macam. Hipnotis yg dilakukan dengan seijin orangnya namanya hipnotherapi, gunanya untuk penyembuhan berbagai macam penyakit, baik yg asli berasal dari virus maupun dari pikiran orang itu sendiri yg destruktif.

Setahu saya meditasi bukanlah prasyarat mutlak bagi seorang praktisi hipnotherapi. Seorang hipnotherapist cukup melatih kemampuan dirinya untuk rileks dan menurunkan gelombang otaknya sendiri ke level alpha dan theta, yg gunanya untuk menginduksi gelombang otak pasiennya ke gelombang otak yg sama, dan lalu memberikan berbagai macam sugesti yg diharapkan akan bisa membantu penyembuhan.

Penyembuhan total dan langsung merupakan suatu pengecualian, dan sangat wajar bagi teknik hipnotherapi untuk digunakan berulang-ulang sampai hasil yg diinginkan tercapai. Ada juga kemungkinan bahwa hasil yg telah tercapai akhirnya hilang begitu saja karena ternyata sugesti yg diberikan oleh hipnotherapist kalah kuat dengan sugesti yg diberikan oleh si pasien terhadap dirinya sendiri.

Ada yg pernah mencoba untuk melakukan perubahan orientasi seksual dari seorang gay agar menjadi straight. Hasilnya cukup menggembirakan pada awalnya karena si gay itu sudah bisa melirik wanita. Tapi, ketika therapi diteruskan, ternyata efeknya cuma begitu-begitu saja which is cuma melirik doang, dan tidak berlanjut ke arah hubungan sex.

Pada pihak lain, orientasi seksual seseorang itu merupakan hal yg normal saja. Baik straight, gay, bisex, ataupun asexual merupakan orientasi yg normal. Dan usaha untuk mentherapi seseorang agar orientasi seksualnya berubah tentu saja patut dipertanyakan. Apakah ethis untuk merubah seorang pria straight menjadi gay? Kalau itu ternyata tidak ethis, maka merubah pria gay menjadi straight juga tidak ethis, karena kedua orientasi ini sama validnya. Bukan merupakan kelainan jiwa melainkan hal yg normal saja.

Lain halnya kalau orangnya sendiri yg meminta, misalnya ada seorang pria straight sudah bosen having sex with women, dan sekarang ingin nyobain gituan dengan sesama pria. Dia lalu pergi ke seorang hipnotherapist agar dihipnotis menjadi gay. Itu bisa saja, tetapi harus atas permintaan orangnya sendiri. Dan belum tentu berhasil lagi. Maybe paling jauh jadi bisex doang which is suatu kemajuan besar karena bisa having fun with both sexes.

Ada lagi hipnotherapist yg bisa melakukan regressi ke kehidupan masa lalu atau past life. Masalah di kehidupan sekarang bisa "ditelusuri" sebagai berasal dari kehidupan masa lalu. Sayangnya, tidak semua orang bisa diregressi. Kalaupun bisa, apakah benar sesuatu yg dilihat oleh pasien sebagai past life itu benar-benar past life? Yg jelas, kita cuma akan di-regressi ke dalam pikiran kita sendiri, dan yg muncul juga cuma simbol-simbol belaka. Dan belum tentu hipnotherapist bisa mengartikan simbol yg muncul, sehingga bisa saja akhirnya terjadi penumpukan takhayul yg tidak mencerdaskan.

Pada pihak lain, yg secara salah kaprah dikenal sebagai "kejahatan hipnotis" sebenarnya bukanlah hipnotis melainkan gendam. Gendam itu dilatih dengan cara konsentrasi pada cakra solar plexus ke bawah. Orang yg mengumpulkan energi gendam bisa "menghipnotis" korbannya untuk memberikan uang, dsb. Itu gendam dan bukan hipnotis karena yg digunakan adalah tenaga yg kuat sekali dan berasal dari cakra solar plexus ke bawah. Ini energi naluri dan bukan energi intuisi. Naluri seseorang yg kuat tentu saja bisa mempengaruhi orang lain yg pikirannya melayang dan tidak fokus.

Kalau kita rutin meditasi di cakra mata ketiga, kita tidak akan terpengaruh dengan segala macam gendam. Segala macam hipnotherapi juga tidak akan berpengaruh. Segala teknik rekayasan yg menggunakan kombinasi gendam dan hipnotherapi seperti dipraktekkan di berbagai pelatihan ESQ juga tidak akan mempan. Kita juga akan dengan mudah melihat segala macam rekayasa yg dipraktekkan dalam berbagai pelatihan NLP.

Sebaliknya, dengan meditasi rutin di cakra mata ketiga kita akhirnya akan sadar bahwa kita bisa memilih apa yg kita inginkan dalam hidup. Tanpa perlu membuang uang mahal-mahal buat pelatihan begituan yg menggunakan segala macam teknik rekayasa, kita akan tahu dengan sendirinya apa yg sebenarnya kita mau, dan kita akan pilih apa yg kita mau dengan sadar.


+

PERCAKAPAN 2: TUHAN KITA SELALU BERUBAH


T = Mas Leo,

Aku percaya adanya Tuhan. Cuma yg aku tidak percaya adanya species yg berperilaku sebagai Tuhan. Berhak menghukum siapa saja.

J = Species yg berperilaku sebagai Tuhan cuma ada satu di seluruh alam semesta ini, namanya homo sapiens atawa manusia.

T = Kenapa mempersepsikan Tuhan begitu bengis ya. Pedahal Tuhan kami berdua sama.

J = Kalau anda mengatakan bahwa Tuhan dari anda berdua sama, maka kemungkinan besar anda cuma menipu diri anda sendiri. Persepsi Tuhan oleh manusia ada berbagai macam ragamnya, sebanyak jumlah manusia itu sendiri. Tuhan bagi anda adalah Tuhan yg anda persepsikan, dan Tuhan dari orang yg anda sebut sebagai "berperilaku sebagai Tuhan" adalah Tuhan yg lain lagi, yaitu Tuhan yg dia persepsikan.

Tuhan itu banyak, sebanyak manusia yg ada di dunia ini.

T = Kayaknya susah mengubah pola pikir orang ini.

J = Jangan berputus asa, coba saja orang itu diikutkan training ESQ atau NLP, siapa tahu Tuhan kasihan sehingga berkenan mengubah pola pikirnya. Kalau pola pikir dari orang itu berubah, maka Tuhan yg dipercayai olehnya tentu juga akan berubah. Tuhan kita selalu berubah, you know?


+

PERCAKAPAN 3: CARA KERJA PIKIRAN KITA


T = Pagi Mas Leo,

Karena dah bosen dengan tema Tuhan maka saya ingin tanya dengan tema mimpi. Dini hari tadi aku mimpi, rumah ortuku di Ponorogo jadi rumah tua (tapi kayak peninggalan zaman kuno aku melihatnya). Keanehan aku rasakan di pojok barat selatan kok tiba-tiba ada kamar mandi + wc seharusnya itu rumpun pisang (di luar pagar jemuran).

Dalam mimpi saya kloset jongkoknya hitam, kemudian ada seorang ibu-ibu besar sedang membersihkan dan dia ngeluh sangat susah sekali, kemudian saya berfikir akan ngasih dia sekitar 50 ribuan (sambil mikir berapa pantesnya 30 ribu /50 ribu). Tiba-tiba saya kepikiran toilet di luar ini buat apa, apakah untuk tamu? Tapi kan udah ada toilet untuk tamu dengan kloset duduk + lebih bersih... Kemudian aku terbangun mas. Tahu maknanya nggak mas?

J = Secara spesifik saya nggak tahu maknanya. Makna spesifik harus diberikan oleh anda sendiri.

T = Nah, mumpung inget.

Awal Februari lalu pulang dari Aceh (kerja) saya mimpi, awalnya seperti di atas bukit ketemu kakek-kakek dengan rangkaian janur kuning, bicara tidak jelas, kemudian muncul nenek-nenek bawa rangkaian janur hijau menemui kakek itu, bicara tidak jelas berhadapan dekat. Kemudian tiba-tiba berubah di halaman rumah ada harimau sangat besar sekuda gemuk gitu, dalam mimpi saya posisinya ngintip dari kaca di ruang tamu shock liat besarnya. Kemudian harimau itu lari meloncat ke arah timur lompat ke jemuran (lantai 2) saya langsung inget ada anak, kemudian berusaha memanggil anak + si mbak untuk nutup semua pintu.

Si mbak cuek malah megang daun kelapa hijau yg dirangkai (inget yang dipegang si nenek-nenek di bukit), kemudian saya terbangun. Selisih satu hari anak saya sakit, lima hari sehat ganti si mbak yang sakit, tiga hari kemudian sehat.

Apakah ada hubungannya, mimpi dan kenyataan ato dua hal yg berbeda dan tidak terhubung, tapi selama ini kalo saya amatin, jika mimpi nenek tua itu beberapa hari anak saya akan sakit, entah cuman batuk pilek, ato radang tenggrokan, pokoknya yg pake demam lama 3-5 hari.

J = Karena anda sudah percaya ada hubungannya, maka apabila anak anda akan sakit, maka sebelumnya anda mungkin akan bermimpi tentang nenek tua itu. Pikiran kita bisa bekerja seperti itu, dengan simbol-simbol yg artinya kita berikan sendiri. Kalau kita artikan bahwa munculnya nenek tua akan mendahului datangnya sakit, maka besar kemungkinan itulah yg akan terjadi.

Primbon bekerja seperti itu juga, ada simbol-simbol yg sudah dipersiapkan artinya apa. Cuma, tentu saja artinya cuma berlaku bagi orang yg menulis primbon itu sendiri dan mereka yg mengikutinya. Untuk orang lain, simbol yg sama artinya lain lagi.


+

Leo @ Komunitas Spiritual Indonesia
leonardo_rimba@yahoo.com

Oleh Hadi Purnomo *

Dalam sejarah Indonesia, pemilu yang dilakukan semenjak tahun 1955 hingga sekarang terhitung sudah sembilan kali bangsa ini menggelar pesta demokrasi yang terbagi dalam tiga fase kekuasaan. Fase kekuasaan pemerintah Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi. Lantas dalam tiga fase pertarungan politik nasional di manakah peran dan posisi kaum buruh? Mengapa kaum buruh belum tampil menjadi seorang pemimpin padahal kalau dilihat secara kuantitas jumlah buruh di negeri ini adalah mayoritas? Mengapa justru militer yang sering memegang kendali dalam republik ini? Apakah benar stigma sosial yang berkembang dalam masyarakat bahwa meski menang secara kuantitas tetapi tetap saja buruh itu miskin, bodoh dan tidak akan mungkin sanggup mengerjakan tugas-tugas politik dan kenegaraan? Label sosial lainnya menyatakan bahwa politik hanya untuk orang kaya saja karena orang kaya sudah tentu pandai dan tidak mungkin korupsi karena ia berangkat dari harta yang sudah berlimpah.

Kalau kita menganalisa lebih dalam maka akan kita banyak temukan ketimpangan dan keruwetan dalam sistem politik dan pemilu di negara ini. Sistem politik dan pemilu memang sengaja didesain bukan untuk memenangkan kepentingan kelas buruh atau juga elemen rakyat tertindas lainnya. Biaya yang mahal dalam sistem politik membuat kaum buruh memang tersingkir dari kancah pertarungan politik yang disediakan oleh negara yaitu pemilu. Kaum buruh juga dibodohkan dan dibuat buta oleh kondisi politik yang ada. Kaum buruh hanya dibuat sebagai tempat propaganda dan kampanye yang berisikan janji-janji dan pada saatnya ketika terpilih dan memerintah kaum buruh dilupakan begitu saja. Lantas pertanyaannya kalau analisa sederhana ini benar maka siapa yang bermain dan mengambil untung dalam keruwetan dan mahalnya ongkos demokrasi di negara ini atau dengan kata lain kalau bukan untuk kaum buruh maka sistem politik dan Pemilu mewakili kepentingan kelas yang mana?.

Masih segar dalam ingatan bangsa ini ketika pada pemilu 1997 dimenangkan kembali oleh partai Golkar yang juga untuk kesekian kalinya mengusung kepemimpinan rezim Soeharto semenjak kejatuhan pemerintahan Soekarno karena peristiwa 1965. Ternyata kemenangan kekuatan Orde Baru dalam Pemilu 1997 tidak bisa bertahan lama. Gelombang krisis membelit bangsa ini. Banyak perusahaan tutup dan diikuti dengan PHK massal. Orang kaya yang menjadi miskin pun juga tak terhitung, di sisi lain kebutuhan pokok membumbung tinggi dan kondisi tersebut memaksa rakyat dan mahasiswa kembali turun ke jalan secara besar-besaran. Mereka mengusung agenda nasional yang harus diselesaikan yaitu reformasi. Gerakan reformasi yang bergulir besar disertai dengan bentrok massa rakyat dengan aparat dan pada akhirnya berhasil memaksa Soeharto untuk mundur dari kekuasaan yang telah dinikmatinya selama tiga puluh dua tahun.

Pada tahun 1999, pemilu pertama setelah kemenangan reformasi pun diselenggarakan di masa pemerintahan transisi Presiden Habibie. Banyak partai-partai baru bermunculan. Wajah pemilu pun berganti menjadi multi partai dan tidak dibatasi seperti pada Pemilu tahun 1955. Para elit politik saat itu seperti Megawati, Gus Dur, Amien Rais maju ke gelanggang kekuasaan. Lantas, bagaimanakah dengan nasib kaum buruh waktu itu?

Tahun-tahun setelah reformasi justru menjadi awal penindasan baru bagi kaum buruh. Tiga paket Undang-Undang Ketenagakerjaan yang merupakan kepentingan kapitalisme internasional telah ditetapkan dengan kedok globalisasi dan peningkatan investasi untuk mengatasi krisis ekonomi yang mencengkeram negeri ini. Kini sistem kerja kontrak dan outsourcing menjadi legal dan dilindungi oleh undang-undang. Lagi-lagi buruhlah yang membayar mahal untuk satu bentuk penindasan baru yang ironisnya justru lahir dari buah perjuangan reformasi. Kondisi ini telah membawa bangsa kita masuk ke dalam mazhab ekonomi neoliberalisme. Reformasi telah gagal mengembalikan kekuasaan untuk kesejahteraan rakyat. Pemilu digunakan untuk menidurkan gerakan perlawanan. Kaum buruh dibuai oleh mimpi-mimpi kemenangan dengan sistem demokrasi yang semu dan secara tidak sadar kapitalisme telah merampok kekayaan alam negeri ini. Buruh tetap menjadi budak di negerinya sendiri.

Pemilu pada hakikatnya adalah tempat bertemunya rakyat sebagai pemilik kekuasaan dengan partai-partai sebagai penerima mandat politik. Mereka bertemu untuk bersepakat memberikan mandat kekuasaan atau kontrak politik selama satu periode untuk menjamin keberlangsungan hidup dan kesejahteraan rakyat selaku pemberi mandat. Buruh sektor formal maupun informal dalam struktur keberagaman jenis pekerjaan rakyat Indonesia menduduki peringkat tertinggi atau kelas yang mendominasi. Harusnya pemilu paska kekalahan rezim Orde Baru di bawah kediktatoran Soeharto memberi banyak manfaat terhadap kehidupan kaum buruh.

Namun yang terjadi dapat kita lihat dari kebijakan-kebijakan perburuhan yang lahir dari proses politik di negeri ini setelah reformasi. Sistem kerja kontrak dan outsourcing bukan merupakan kepentingan untuk mensejahterakan kaum buruh. Sistem kerja kontrak justru melemahkan posisi tawar buruh ketika berhadapan dengan kekuatan modal dan itu berarti hilanglah hak normatif akan kesejahteraan yang juga telah diatur di dalam undang-undang. Kontradiksi ini diciptakan dengan sengaja dan telah membuat ilusi yang nyata. Sama halnya dengan proses demokrasi yang memberi harapan kosong dan yang ada hanya perbudakan bentuk baru dan telah dilegitimasi atas nama demokrasi.

Lantas di manakah peran dan posisi serikat-serikat buruh progresif dalam pertarungan politik? Serikat buruh mempunyai peran yang penting dalam usaha mengembalikan sistem demokrasi yang semu untuk kembali kepada hakikatnya. Serikat buruh adalah tempat bertemunya kegelisahan-kegelisahan yang menggelayuti kehidupan kaum buruh. Serikat buruh juga tempat sekolah politik bagi kader-kader aktivis buruh sehingga lontaran bahwa buruh itu bodoh dan tidak layak dalam memimpin negara bisa terhapuskan. Sudah saatnya kaum buruh tidak hanya duduk dan memilih kertas berisi wajah yang dipoles agar terlihat bagus. Wajah-wajah itu hanya menemui buruh menjelang musim pemilihan dengan sejuta janji-janji palsu. Tetapi kini kaum buruh harus bangkit berani maju untuk merebut kepempinan politik karena hanya dengan berkuasalah kaum buruh mampu merubah kebijakan-kebijakan yang selama ini menindas.

Untuk mewujudkan itu semua tentu saja tidak akan cukup hanya dengan serikat buruh karena banyak juga kaum yang tertindas oleh sistem bukan hanya kaum buruh. Buruh harus bisa melihat posisinya dalam lingkaran masyarakat sehingga mampu mengkonsolidasi dan mengorganisir kaum-kaum tertindas seperti tani, nelayan, kaum miskin kota dan pemuda-mahasiswa progresif. Konsolidasi ini bermuara dalam satu wadah front politik multi sektor sehingga mampu menyeimbangkan posisi politik kelas tertindas dengan penguasa dan kekuatan modal.

Maka penting bagi serikat buruh untuk terus-menerus konsisten melakukan propaganda dan pendidikan politik bagi kaum buruh. Masa depan perubahan bisa dilakukan ketika kaum buruh terdidik dan terpimpin dalam serikat buruh progresif. Ketika masanya nanti diharapkan ada sebuah peleburan kekuatan rakyat tertindas yang terjadi secara dialektika menjadi partai politik kelas dan hanya kaum buruhlah yang mampu memimpin perubahan itu.

Momentum pemilu baik legislatif maupun presiden merupakan moment politik yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Tingginya angka golput dalam setiap pemilu, baik pileg, pilpres maupun pilkadal merupakan satu peluang yang harus diorganisir secara terus-menerus. Tingginya angka golput adalah bentuk kesadaran rakyat akan kebohongan politik selama ini. Sehingga dalam prakteknya mampu menciptakan oposisi sosial. Kekosongan ruang inilah yang harus mampu dimanfaatkan secara baik oleh gerakan buruh sehingga kaum buruh tidak lagi dibodohkan oleh sistem. Mereka harus bergerak untuk melakukan perubahan apalagi sekarang dengan adanya otonomi daerah yang berarti kekuasaan tidak lagi terpusat di Jakarta.

Peluang untuk merebut kekuasaan semakin terbuka lebar maka perlu bagi gerakan buruh untuk mulai membangun front politik multi sektor sebagai embrio partai kelas dan mulai diarahkan untuk merebut ruang-ruang kekuasaan politik baik di pusat maupun daerah. Tanpa kekuasaan politik sulit bagi kaum buruh untuk merubah kebijakan karena kebijakan adalah produk politik dan hanya kepemimpinan politik di tangan kaum buruhlah cita-cita kesejahteraan sosial bagi rakyat secara adil dan merata akan dimenangkan.

* Penulis adalah Pengurus Serikat Buruh Kerakyatan (SBK) Surabaya, sekaligus anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Jawa Timur.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

Catatan A. Umar Said


Di luar dugaan banyak orang, Restoran koperasi INDONESIA di Paris secara mendadak sekali mendapat kunjungan tamu terhormat, yaitu Presiden Jose Ramos Horta dari Republik Demokratik Timor Leste. Peristiwa ini terjadi pada hari Sabtu malam tanggal 27 Juni 2009. Banyak hal-hal yang menarik (dan juga sangat penting) yang bisa diangkat atau diceritakan tentang kunjungan mendadak ini, sebab mempunyai arti atau nilai sejarah yang tidak kecil.

Bahwa kunjungan Presiden Ramos Horta ini mendadak sekali bagi para pekerja restoran (termasuk bagi managernya Bung Suyoso) adalah bahwa baru satu jam sebelum kedatangan Presiden Ramos Horta di restoran diketahui dengan pasti bahwa ia bersama stafnya sudah memesan kamar di Hotel Senat yang letaknya berdampingan (terpisah satu tembok) dengan restoran INDONESIA. Presiden Ramos Horta datang ke Paris hari Sabtu siang, untuk kunjungan yang bersifat setengah privé, dan besoknya (hari Minggu) sudah meninggalkan Paris lagi.

Satu jam sebelum kedatangan presiden Ramos Horta ke restoran, kami mendapat keterangan dari stafnya (3 orang) bahwa ia merencanakan bertemu pada jam 8 malam dengan 3 sahabat lamanya (A. Umar Said, Antonio Diaz dan Carlos Semedo).

Adalah menarik untuk diketahui mengapa presiden Ramos Horta, sebagai kepala suatu negara, memilih Hotel Senat, suatu hotel kelas menengah bintang tiga). Mungkin sekali karena hotel ini terletak berdampingan dengan Restoran INDONESIA, atau karena pertimbangan-pertimbangan lainnya, yang berkaitan dengan kunjungannya satu malam yang bersifat setengah prive di Prancis. Namun, walaupun kunjungan ini bersifat setengah prive dan hanya satu malam, pemerintah Prancis menyediakan 4 orang dari Dinas Securité untuk selalu menjaga atau mengikutinya.


Pejuang Ramos Horta tidur di kursi restoran

Keputusan presiden Ramos Horta untuk berkunjung lagi ke Restoran INDONESIA dan kali ini juga bertemu khusus dengan sahabat-sahabat lamanya mengandung arti yang dalam. Restoran INDONESIA memang mempunyai sejarah tersendiri bagi perjuangan rakyat Timor Timur dan perjuangan rakyat Indonesia dalam perlawanan bersama terhadap rejim militer Suharto.

Setelah Restoran koperasi ini dibuka dalam bulan Desember 1982 (jadi sudah lebih dari 26 tahun yang lalu) sering sekali diadakan pertemuan-pertermuan antara berbagai orang (Prancis dll) dengan anggota-anggota Komite Setiakawan dengan Timor Timur. Restoran INDONESIA dalam jangka lama sekali dianggap oleh berbagai kalangan sebagai salah satu di antara pusat-pusat kegiatan perlawanan rakyat Timor Timur terhadap agresi rejim militer Suharto.

Bahkan pada suatu waktu ketika Ramos Horta berkunjung ke Paris untuk kegiatan-kegiatan perjuangan rakyat Timor Timur, ia pernah tidur di kursi-kursi yang dijejer-jejerkan, dan mandi di bawah douche sederhana yang terletak di ruangan bawah restoran. Hal ini diceritakan oleh presiden Ramos Horta sambil makan malam itu di depan 3 stafnya dan 3 sahabat lamanya beserta seorang tamunya dari Spanyol.

Cerita presiden Ramos Horta tentang tidurnya di atas kursi restoran dan mandi di bawah douche (yang sebenarnya tidak digunakan sebagai kamar mandi), dan cerita tentang kegiatan-kegiatan lainnya semasa ia masih sebagai pejuang, mengingatkan kami semua kepada masa-masa silam ketika kami berjuang bersama-sama untuk rakyat Timor Timur.


Tukang cat, sahabat lama Ramos Horta

Dalam pembicaraan santai antara sahabat-sahabat lama sambil makan itu presiden Ramos Horta juga menceritakan di depan kami semua bagaimana pada suatu saat ia pernah menginap di apartemen Antonio Diaz, dan terpaksa tidur di lantai (tetapi pakai alas) karena tidak cukup uang untuk tidur di hotel. Antonia Diaz adalah seorang Portugis, pernah bekerja sebagai tentara Portugis di Timor Timur, dan sudah lama bekerja di Paris sebagai tukang cat dan bangunan.

Carlos Semedo, seorang Prancis yang sudah lama sekali memimpin berbagai kegiatan mengenai Timor Timur (dan khususnya soal-soal yang berkaitan dengan Sanana Gusmao dan Ramos Horta), adalah sahabat karib Antonio Diaz.

Keinginan presiden Ramos Horta untuk bertemu dan makan bersama dengan sahabat-sahabat lamanya (sekali lagi, antara lain yang bekerja sebagai tukang cat) menunjukkan bahwa walaupun ia sekarang menjabat sebagai presiden, tetapi tidak lupa kepada orang-orang yang di masa-masa yang lalu telah melakukan perjuangan bersama-samanya. Sungguh, suatu hal yang indah !.

Begitu santainya, dan begitu pula hangatnya suasana dalam pertemuan sambil makan itu, yang diselingi oleh acara tarian topeng diiringi gamelan dan suling kecapi, sehingga Antonio tidak segan-segan selalu menyapa presiden Ramos Horta dengan « kau » (dalam bahasa Prancis « tu »). Jadi, dalam pertemuan antara sahabat lama itu terutama sekali banyak dibicarakan soal-soal masa lalu.


Perjuangan komite Timor Timur di berbagai negeri

Di antara pembicaraan itu kami tinjau bagaimana besar sumbangan kegiatan-kegiatan untuk membantu perjuangan rakyat Timor Timur yang diadakan secara luas dan selama puluhan tahun , serta berskala internasional, telah merupakan sumbangan penting untuk terisolasinya rejim militer Suharto di hadapan opini internasional. Tidak salahlah kiranya kalau dikatakan bahwa komite-komite Timor Timur yang melakukan berbagai kegiatan di banyak sekali negeri di dunia sudah membantu jatuhnya rejim militer Suharto.

Dari segi ini bisa dilihat bahwa membantu perjuangan rakyat Timor Timur adalah satu dan senyawa dengan perjuangan menentang rejim militer Orde Baru. Hal ini pulalah yang telah dilakukan melalui sebagian kegiatan-kegiatan berbagai orang dengan Restoran INDONESIA. Dalam kaitan ini telah disinggung dekatnya hubungan berbagai tokoh Prancis dengan restoran, umpamanya istri presiden Prancis François MITTERRAND (alm), Madame Danielle MITERRAND (yang pernah berkunjung ke Timor Timur) dan Louis JOINET, ahli hukum yang menjadi pembantu 5 Perdana Menteri Prancis berturut-turut dan merangkap wakil Prancis di Komisi HAM di PBB. Louis JOINET adalah sahabat dekat Ramos Horta dan juga sahabat dekat Restoran INDONESIA.


Kedatangan Ramos Horta ke Paris dalam tahun 1976

Yang juga banyak dikenang bersama adalah kunjungan pertama kali Ramos Horta dalam tahun 1976 ke Paris, beberapa waktu setelah militer Indonesia di bawah perintah Suharto melakukan agresi mencaplok Timor Timur. Setelah mengetahui bahwa Ramos Horta ada di Holland dan bertemu dengan orang-orang dari Komite Indonesia di Amsterdam (antara lain Prof. Wertheim dan Go Gin Tjwan) maka A. Umar Said bersama sejumlah sahabat-sahabat Prancis mengusahakan kedatangan Ramos Horta ke Paris.

Dalam tahun 1976 itu (lebih dari 32 tahun yang lalu), untuk pertama kalinya diadakan rapat besar mengenai Timor Timur dengan pembicara utama Ramos Horta dan sejumlah tokoh-tokoh terkemuka Prancis. Sebagai kelanjutan rapat besar ini, maka terbentuklah untuk pertama kalinya Komite Setiakawan dengan Timor Timur. Komite Timor Timor di Paris adalah salah satu di antara komite yang tertua di dunia waktu itu. Semua ini rupanya merupakan kenangan bagi presiden Ramos Horta, dan juga bagi kami semua.

Sudah tentu, dalam pembicaraan santai antara sahabat-sahabat lama itu, telah disinggung macam-macam soal. Antara lain tentang jalannya restoran, yang menurut pendengaran presiden Ramos Horta tetap berjalan baik. Juga telah dibicarakan Sobron Aidit (almarhum) dan Emil Kusni, yang kebetulan tidak ada di Paris dan sedang berada di Kalimantan. Presiden Ramos Horta sempat menanyakan beberapa hal mengenainya kepada Didien (istri Emil yang bekerja di restoran juga).



Bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional di Timtim

Dalam pertemuan sambil makan yang sering diselingi dengan gelak-tawa itu ada juga sesuatu yang bisa dianggap besar dan serius. Presiden Ramos Horta mengatakan bahwa ia merencanakan untuk mengumumkan dalam bulan Agustus yad, dalam rangka memperingati 10 tahun referendum Timor Timur, diresmikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional di Timor Timur.

Bagi kami, yang mendengar rencana ini dari presiden Ramos Horta, merupakan hal yang baru dan penting sekali. Sebab, selama ini bahasa yang resmi dipakai sebagai bahasa nasional adalah bahasa Portugis dan Tetum, sedangkan bahasa Indonesia dan Inggris dipakai dalam pemerintahan dan bisnis. Jadi, bahasa Portugis akan digantikan dengan bahasa Indonesia. Kalau rencana presiden Ramos Horta ini betul-betul dilaksanakan mulai Agustus, maka akan merupakan tindakan yang realis, berani, dan juga bisa membuka dimensi-dimensi baru dalam hubungan Indonesia dan Timor Timur untuk masa depan.

Sebab, sekarang ini, bahasa Indonesia sudah banyak dipakai oleh rakyat Timor Timur, baik di kalangan penduduk untuk pergaulan dan dagang, maupun di kalangan pemerintahan atau untuk urusan-urusan resmi dengan jawatan-jawatan. Bahkan, persentasenya bisa mencapai 80% dari penduduk. Dengan makin meningkatnya lalu lintas orang dan perdagangan dengan Indonesia, dan makin lancarnya komunikasi, maka peran bahasa Portugis makin terasa menjauh.

Dengan dibeberkannya rencana pengumuman pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, maka presiden Ramos Horta menunjukkan kemauan politiknya yang lebih besar dan lebih maju lagi dalam menggalang hubungan persahabatan dengan Indonesia. Dan bahwa rencananya itu diutarakan di depan sahabat-sahabat seperjuangannya yang lama dan juga di restoran INDONESIA mempunyai arti tersendiri yang penting juga.

Presiden Ramos Horta adalah salah satu di antara tokoh-tokoh Timor Timur yang selama puluhan tahun berjuang terus-menerus, dan sekeras-kerasnya, menentang agresi rejim militer Suharto, sehingga ia menjadi tokoh internasional dan mendapat hadiah Nobel untuk perdamaian. Ia juga mendapat gelar doktor dalam ilmu hukum dari 6 universitas terkenal di berbagai negeri dan meraih beberapa hadiah (award) internasional. Sekarang, sebagai presiden Republik Demokratik Timor Leste ia berusaha membuka halaman-halaman baru, demi kepentingan rakyat Indonesia dan Timor Timur.

Dengan perspektif yang seindah inilah kami melihat atau mengartikan kunjungannya yang mendadak di restoran INDONESIA di Paris. Untuk itulah telah dibuat banyak sekali foto-foto dengan sahabat-sahabat seperjuangan lama dan juga dengan para anggota koperasi yang bekerja di restoran.



Paris, 28 Juni 2009
A. Umar Said

BERAPA HARGA DEMOKRASI KITA?
"Mari Bung, Jaga Harkat dan Martabat Demokrasi"

Oleh Ripana Puntarasa

Pemilihan Presiden: Komitmen Demokrasi

Apa gentingnya Pemilu Presiden berlangsung dua putaran? Boleh saja Tim SBY-Boediono menimbang soal efisiensi pembiayaan politik Pilpres, walaupun itu mencampuraduk urusan SBY sebagai salah satu kandidat dalam pemilu presiden dengan kepentingan pemerintah untuk menghemat anggaran. Bombardemen iklan kampanye dan mobilisasi gerakan pilpres satu putaran, jelas merupakan provokasi politik yang menyudutkan rakyat pada pilihan tanpa alternatif. Lebih tidak santun, adalah prakondisi dengan publikasi hasil survei LSI yang secara provokatif melambungkan nama SBY, survei yang kaidah dan etika akademiknya dipertanyakan banyak kalangan.

Kampanye banyak masuk pada ruang batas tidak etis. Tipu muslihat akademik, manipulasi moralitas dan tampilan sok santun banyak diwujudkan dalam berbagai kemasan. Apapun hal pokok mesti diingatkan, bahwa upaya rekayasa pemilihan presiden satu putaran akan sangat mengingkari kaidah demokrasi dan kedaulatan rakyat. Ini menyangkut komitmen terhadap demokrasi.


Rakyat Dijebak: Tidak Ada Soal Pilpres Dua Putaran

Ya. Rakyat pasti tidak akan ambil pusing Pemilu Presiden dalam satu atau dua kali putaran. Namun ada satu pertanyaan mendasar patut dijawab seluruh anak negeri ini: berapa sesungguhnya nilai harga demokrasi kita? Benarkah cukup dengan rupiah 4 (empat) trilyun?

Jajaran Partai Demokrat dan Tim Kampanye SBY-Boediono mengumandangkan dengan tidak henti-hentinya, pemilihan presiden dalam satu putaran akan menghemat 4 (empat) trilyun anggaran negara. Pemilu presiden satu putaran digelindingkan menjadi gerakan, diiklankan membabi buta dan dimobilisasi ribuan relawan untuk mendukung dan memperkuatnya di lapangan. Arahnya sudah pasti: pendapat umum dapat dibentuk, rakyat dipengaruhi, rakyat mendukung, setuju pemilu presiden satu putaran saja dan memilih. Pilihan yang ditawarkan tidak bikin sulit dan gak usah pusing-pusing: SBY, lanjutkan!

Pemilu presiden satu putaran saja adalah gerakan yang menyudutkan rakyat pemilih pada alternatif tanpa pilihan. Rakyat dijerat oleh jebakan perangkap kampanye Pilpres Satu Putaran Saja, maka jangan diteruskan! Tidak ada soal dengan Pilpres Dua Putaran.


Sesat Pikir + Sesat Kelakuan = Menjerumuskan

Dalam semangat, pikiran dan kepentingan pragmatis politik menang-kalah dalam demokrasi, boleh-boleh saja itu dilakukan. Perkaranya, sedemikian inikah cara pikir, sikap dan kesadaran kita bernegara? Sungguh sampah sekali jika mereka yang karena pendidikan dan posisi politik menjadi elit negeri, orang-orang istimewa dan penikmat keistimewaan ruang publik bersikap pikir dan tindakan seperti itu. Sampah juga pemimpin utama negeri ini menyetujui, mengamini atau mendiamkan hal itu terjadi, apalagi dilakukan oleh „orang-orangnya“ sendiri. Sesat pikir dan sesat kelakuan, ini istilah saya untuk

Ada perdebatan di rumah para amtenar dan feodal di hari-hari awal revolusi kemerdekaan: Mengapa harus bersusah-susah melakukan revolusi dan merdeka kalau harus dibayar dengan perang, ketidakdamaian, kemiskinan, kematian dan resiko ketidaknyamanan? Ikut pemerintah Hindia Belanda sudah pasti jaminannya. Jabatan, kemewahan, keistimewaan, nyaman dan enakan. Sikap para pemuda yang progresif, revolusioner dan menatap jauh kedepan sangat jelas: Republik Indonesia atau Belanda adalah Merdeka atau Mati... Sekali Merdeka tetap Merdeka… Bung, Ayo Bung… Mari Bung Rebut Kembali.... Maju Terus, Pantang Mundur...!!!

Biaya penyelenggaraan yang disebut Denny JA beserta kawan-kawannya di Tim Kampanye SBY-Boediono dan Partai Demokrat senilai Rp. 4 trilyun, sesungguhnya adalah perkiraan biaya sebesar Rp. 17.391,30 (tujuhbelasribu-tigaratus-sembilanpuluh-satu rupiah tigapuluh sen) untuk indeks biaya per jiwa penduduk (sekitar 230 juta penduduk); atau Rp. 22.680,00 (duapuluhduaribu-enamratus-delapanpuluh rupiah) indeks biaya per jiwa pemilih terdaftar dalam DPT Pilpres 2009 (176.367.056 jiwa pemilih).

Untuk kedaulatan rakyat, berapa mahalnya Rp. 17.391,30 per orang atau jiwa penduduk untuk lima tahun? Untuk kedaulatan rakyat, berapa mahalnya Rp. 22.680,00 per orang atau jiwa pemilih untuk lima tahun? STOP! Sesat pikir dan sesat kelakuan memang menjerumuskan.


Mari Bung, Jaga Harkat-Martabat Demokrasi

Demokrasi tidak terkirakan nilainya. Kedaulatan rakyat dan demokrasi adalah harkat dan martabat rakyat, bangsa dan negara. Jika kepada kita ditanyakan, wahai diriku dan seluruh rakyat, Berapa nilai harga demokrasi? 4 (empat) trilyun, sesuai perkiraan harga pemilu presiden putaran kedua? Saya akan menjawab: Tidak! Jangan lanjutkan pikiran itu. Perkara demokrasi adalah perkara harkat dan martabat rakyat bernegara!

Bung, Ayo Bung! Singkirkan pikiran-pikiran sesat yang menilai demokrasi dengan rupiah tanpa mempertimbangkan harkat dan martabat kedaulatan rakyat bernegara. Itu laknat! Anggaran dan pembiayaan memang dapat diangkakan dalam uang. Memang bukan hanya 4 trilyun rupiah saja biaya penyelenggaraan pemilihan umum, lebih dari itu. Berapapun beaya penyelenggaraan, itu menjadi wajibnya negara (pemerintah dan seluruh rakyat) harus membayarnya.

Satu atau dua putaran bukan soal. Soalnya adalah daulat rakyat, mandat rakyat dan suara rakyat yang dipakai tumpuan dan ukuran, bukan berapa rupiah dihemat dan dapat atau tidak dapat dibayar jika Pilpres sampai dua putaran.

Sungguh laknat dan terkutuklah para sesat pikir dan sesat kelakuan yang menggiring ke pemaksaan pemilihan presiden cukup satu putaran saja. Daulat Rakyat adalah Daulat Negara. Rakyat ada sebelum ada Negara. Negara ada dikarenakan Rakyat ada dan menyatakan daulatnya.



Jakarta, 28 Juni 2009
Ripana Puntarasa

Oleh Badar Dg Lelleng*

Korupsi merupakan sebuah tindakan yang sangat meresahkan Bangsa Indonesia beberapa tahun belakangan ini. Bagaimana tidak, di tengah kemiskinan yang mendera Rakyat Indonesia, para pejabat negara dengan tidak memiliki rasa malu mencuri uang rakyat untuk kepentingannya sendiri.

Banyak orang menganggap bahwa persoalan korupsi merupakan sebuah bentuk dari ditinggalkannya nilai-nilai moral maupun nilai agama yang berimbas pada tidak takutnya para pejabat kepada Tuhan sehingga lebih mudah untuk mempermainkan hukum. Ada juga yang menganggap bahwa persoalan ini merupakan persoalan lemahnya penegakan hukum.


Benarkah anggapan-anggapan tersebut? Persoalan korupsi sebenarnya merupakan persoalan menyejarah yang banyak mempengaruhi watak masyarakat Indonesia yang kolonialis yang berwatak koruptif untuk itu penting kiranya kita memulai pembahasan ini dengan melihat sejarah sebagai bahan pembelajaran sekaligus melihat akar persoalan sebenarnya dari permasalahn korupsi yang sudah mengakar hingga ke struktur terendah di negeri ini.


Berawal dari bangkrutnya kolonial Belanda akibat dari perang panjang yang melibatkan negara-negara kapitalis besar yang biasa disebut dengan Perang Dunia I, mulailah pemerintahan kolonial Belanda menerapkan satu kebijakan yang disebut politik etis yang memaksa masyarakat Indonesia untuk menanam tanaman yang laku di pasaran eropa.

Dengan menggunakan struktur kekuasaan lokal (kerajaan-kerajaan/tuan feodal), kolonial Belanda mulai melancarkan kebijakannya. Struktur kekuasaan lokal ini bertugas memungut hasil pertanian yang dikerjakan olah masyarakat. Dari sini, tuan feodal yang bertugas memungut hasi pertanian mulai melakukan penggelapan.

Politik Etis Mempertajam Watak Korupsi

Politik etis merupakan sebuah kebijakan yang diterapkan akibat kemenangan kaum borjuis liberal di parlemen Belanda. Kaum borjuis liberal ini mulai memperbarui aturan perdagangan yang tadinya dilakukan oleh monopoli VOC yang berujung pada kebangkrutan akibat dari korupsi yang banyak terjadi dalam tubuh organisasi dagang milik kerajaan Belanda.

Aturan dagang tersebut dirubah menjadi aturan dagang yang liberal. Perdagangan tidak lagi ditangani oleh VOC semata tapi juga dilakukan oleh pedagang-pedagang lainnya. Inilah yang diterapkan di Indonesia, mulailah industrialisasi di Indonesia. Persoalan kemudian muncul ketika masyarakat tidak siap menjalankan mesin dan menjalankan perusahaan secara profesional.

Untuk itulah mengapa politik etis diterapkan di Indonesia. Politik Etis dirancang untuk mengakomodasi kepentingan industrialisasi di Indonesia. Salah satu unsur dari politik etis tersebut adalah pendidikan. Pendidikan yang diterapkanpun sangat diskriminatif. Yang bisa bersekolah tinggi adalah mereka yang memiliki gelar kebangsawanan (kaum feodal. Yang terjadi kemudian adalah para koruptor di masa tanam paksa, disekolahkan sehingga yang mendapat posisi sebagai pejabat administrasi perusahaan pada waktu itu adalah para tuan feodal yang masih membawa watak korupsi. Tapi ada juga dari mereka yang sadar dan melakukan perlawanan terhadap Belanda. Mereka yang melakukan perlawanan terhadap Belanda inilah yang banyak tergabung dalam berbagai organisasi-organisasi pembebasan nasional.

Dari sistem pendidikan nasional inilah yang melahirkan para birokrat berwatak penjajah, mencuri uang rakyat untuk kepentingan sendiri. Mereka inilah yang memimpin Indonesia selama beberapa tahun paska Indonesia merdeka.

Jadi pada dasarnya korupsi tidak ada kaitannya dengan persoalan moral bangsa ini, namun terkait dengan persoalan watak pemimpin yang terbangun sejak lama. Memang persoalan moral merupakan salah satu permasalahan, tapi bukan merupakan sebuah akar masalah yang penting untuk dijadikan solusi. Persoalan utamanya adalah persoalan ekonomi dan politik. Persoalan ekonomi dimana sistem ekonomi yang diterapakan adalah sistem ekonomi peninggalan penjajah dan sistem politik yang tidak memberikan kesempatan kontrol rakyat terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.


Sistem pemerintahan seperti ini merupakan sebuah watak yang tumbuh berkembang sejak pemerintahan kolonial Belanda berkuasa di Indonesia, bahkan jauh sebelum itu sejak adanya feodalisme. Watak feodal ini adalah watak yang menganggap bahwa rakyat adalah bawahan dan tidak ada hak mereka untuk mengontrol. Sebuah watak yang menciptakan kepatuhan semu secara struktural dalam masyarakat.

Memberantas Korupsi?

Pemberantasan korupsi adalah salah satu persoalan yang sangat sulit untuk ditemukan solusinya. Hal ini terjadi karena cara pandang kita terhadap korupsi yang tidak komprehensif dan mendalam. Kita menganggap persoalan korupsi hanyalah persoalan hukum belaka sehingga penyelesaiannya pun juga mesti melalui cara-cara prosedur hukum.

Korupsi merupakan persoalan yang dipengaruhi oleh permasalahan yang kompleks, mulai dari persoalan kesejarahannya hingga persoalan kenegaraan atau keinginan pemerintah dalam memberantas korupsi.

Tentunya berharap dari kondisi pemerintah untuk melakukan pemberantasan korupsi adalah hal yang mustahil karena tidak mungkin seorang terdakwa dapat mengadili dirinya sendiri. Begitu pula dengan pemerintah, pemerintahlah yang selama ini paling rawan melakukan tindakan korupsi.

Lalu siapa yang harus diberikan tanggung jawab? Di sinilah tugas penting masyarakat dalam mengontrol jalannya pemerintahan, tidak hanya sekedar pada bidang korupsi tentunya tapi juga dalam pembuatan kebijakan publik.


* Penulis adalah anggota PRP Makassar, sekaligus anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Sulawesi Selatan.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

Sejak beberapa waktu yang lalu, website http://umarsaid.free.fr/ sudah mengalami sekadar perbaikan atau perobahan, untuk membantu memudahkan para pengunjung website meng-akses berbagai website. Untuk itu telah ditambah menu-menu yang menampilkan banyak suratkabar nasional dan daerah, dan sejumlah website berbagai media-online. Juga ada rubrik partai politik, dengan website partai-partai politik yang penting-penting, di samping sejumlah LSM.

Ada rubrik yang cukup besar yang berisi berbagai bahan bacaan tentang Bung Karno, dengan tujuan untuk turut berpartisipasi dalam mengenang bersama-sama kebesaran tokohnya dan keagungan ajaran-ajaran revolusionernya serta jasa-jasanya sebagai bapak dan pemersatu bangsa.
Rata Penuh
Sebagai tanda turut-serta dalam mendukung berkembangnya gerakan extra-parlementer di Indonesia, disediakan juga rubrik “Extra-parlementer”, dengan menampilkan website dari sejumlah gerakan atau kegiatan extra-parlementer.

Mengikuti jejak Bung Karno yang sejak muda sudah berusaha mempelajari Marxisme, maka disediakan juga rubrik Marxisme yang menghidangkan berbagai sejarah dan pandangan tentang Marxisme di Indonesia dan di dunia. Di situ terdapat juga bahan tentang Tan Malaka dan sebagian dari sejarah PKI.

Untuk memudahkan mereka yang tertarik untuk mengikuti perkembangan atau persoalan gerakan progresif (atau gerakan kiri) di dunia, disediakan rubrik “Internasional”. Dengan menyimak rubrik ini, maka akan didapat gambaran tentang berbagai soal yang berkaitan dengan gerakan kiri atau gerakan progresif berbagai negeri di dunia.

Karena masalah Islam adalah soal yang penting di Indonesia, maka disediakan rubrik Islam yang cukup besar, sebagai sarana untuk mendapat pandangan tentang Islam ini dari berbagai sudut pandang.

Semua rubrik dalam menu website tersebut di atas hanya mencakup sebagian kecil sekali dari setiap masalah. Sebagian terbesar sekali bahan-bahan dalam website ini juga bisa dicari dalam Google. Website ini hanya setapak untuk membantu memudahkan mendapatkannya, walaupun hanya sebagian kecil. Kalau diperlukan bahan tambahan lainnya, maka tentulah bisa dicari dalam Google.

Rubrik-rubrik dalam website ini akan dirobah, diperbaiki, atau ditambah, menurut kebutuhan dan kemungkinan. Saran-saran dan pendapat dari siapa saja tentang website ini sangat diharapkan.



diposting oleh : A. Umar Said

Berikut di bawah ini bisa disimak kumpulan berita atau tulisan tentang seluk-beluk pemilihan presiden 2009, yang diambil dari berbagai sumber, Di samping disajikan di berbagai milis, kumpulan berita ini juga bisa dibaca selanjutnya dalam website http://umarsaid.free.fr/




Suara Pembaruan, 24 Juni 2009


SBY Menang Satu Putaran


[JAKARTA] Lembaga Survei Indonesia (LSI) kembali menempatkan pasangan SBY-Boediono pada posisi teratas dengan 67,2 persen dukungan suara. Sementara Mega-Prabowo hanya mendapat 15,8 persen, dan JK-Wiranto 8,3 persen. Sedangkan yang belum menentukan pilihan hanya 8,7 persen. Dengan hasil ini jelas bahwa Pilpres 2009 akan berlangsung satu putaran untuk kemenangan SBY-Boediono.


Hasil survei terbaru itu diungkapkan Saiful Mujani dalam diskusi dengan anggota tim sukses JK-Wiranto, Indra J Piliang, anggota tim sukses Mega-Pro, Maruarar Sirait, serta anggota tim sukses SBY-Boediono, Rizal Mallarangeng, di Jakarta, Rabu (24/6).


Survei LSI itu dilakukan pada 15-20 Juni 2009 dengan metode wawancara langsung kepada 2.000 responden di seluruh Indonesia yang mempunyai hak pilih. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Survei didanai oleh Fox Indonesia yang merupakan konsultan pemenangan pasangan SBY-Boediono dan Yayasan Pengembangan Demokratis Indonesia (YPDI) sebagai Yayasan Pendidi LSI.


Menurut Saiful Mujani, kalau dibaca secara konservatif dengan margin of error 2,8 persen itu, maka dukungan pada SBY-Boediono 64 persen. Sementara pasangan Mega-Prabowo kalau dibaca secara optimis bisa mencapai 19 persen, dan JK-Wiranto 12 persen. Pasangan SBY-Boediono dalam 20 hari terakhir mengalami penurunan sebesar 3 persen dan akan cenderung menurun. Tetapi kalau dibaca secara konservatif, maka pada waktu yang tersisa hingga 8 Juli nanti pasangan ini akan mendapat sekitar 60 persen suara.


Sebaliknya, pasangan JK-Wiranto selama 20 hari terakhir mengalami kenaikan 2 persen dari survei sebelumnya sebesar 7 persen. Bila dibaca secara optimis maka pasangan ini mendapat 9 persen dengan margin of error 1,8 persen dan bila kenaikan 2 persen dibaca secara optimis maka JK-Wiranto naik 5 persen. Bila dalam 20 hari ke depan kemajuan ini linier, maka JK-Wiranto akan mendapatkan suara sekitar 20 persen pada 8 Juli nanti.

Saiful Mujani menambahkan, Mega-Prabowo sangat kuat di daerah-daerah non Muslim seperti Bali, NTT, Kalbar dan di daerah-daerah basis PDI-P, tetapi lemah di daerah-daerah Muslim. Sedangkan pasangan SBY-Boediono pemilihnya tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Jadi, untuk menang di lebih dari 18 provinsi bagi pasangan SBY-Boediono sangat besar.

"Tren SBY sebagai incumbent menurun dan itu biasa terjadi di Indonesia. Sedangkan JK cenderung naik. Kalau pemilu ditunda setahun lagi, JK bisa unggul atas SBY. Tetapi kan pemilu tidak bisa ditunda," ujarnya.

Tidak Terpengaruh

Menanggapinya, Indra J Piliang mengatakan, hasil survei dengan seluruh variabelnya lebih transparan daripada survei-survei sebelumnya. Meski demikian, masyarakat tidak terlalu terpengaruh dengan hasil survei seperti ini. Pasalnya, survei ini hanya menjadi bagian kampanya pasangan SBY-Boediono. Karena itu, bagi tim JK-Wiranto tidak terlalu penting mengomentari hasil survei seperti itu. "Saya ke sini hanya untuk menghormati undangan," ujarnya.

Senada dengan Indra, Maruarar Sirait mengatakan, hasil sejumlah lembaga survei yang menempatkan pasangan SBY- Boediono pada posisi teratas dengan perolehan suara sangat tinggi adalah bagian dari upaya yang dilakukan secara terang-terangan untuk menggiring publik agar pilpres satu putaran.

Penggiringan publik itu sangat jelas dilakukan oleh lembaga-lembaga survei. Lembaga-lembaga survei itu justru dilakukan oleh intelektual-intelektual bayaran. "Sekarang ini ada kecenderungan bahwa banyak intelektual bayaran," ujarnya.

Upaya menggiring opini publik agar pilpres satu putaran diiringi dengan upaya-upaya lain, yakni upaya-upaya pembenaran agar pilpres betul-betul satu putaran. Untuk itu, dia mengimbau masyarakat hati-hati dan kritis ter- hadap upaya-upaya sema- cam itu.

Dia khawatir gaya kepemimpinan Orde Baru akan terulang di masa mendatang. Dia menyebut contoh, tekanan-tekanan terhadap media massa untuk mendukung calon tertentu, meskipun orang yang melakukan tekanan itu tidak mengakuinya. "Masa orang jahat mau mengakui perbuatannya," tandas Maruarar.


Lecehkan Etika Demokrasi

Sementara itu, pengamat politik Yudi Latif dan pengamat politik dan hukum dari Universitas Atma Jaya, Jakarta, Daniel Yusmic menyatakan survei itu melecehkan etika demokrasi.

"Survei itu tidak sesuai dengan akal sehat, karena pada waktu yang hampir bersamaan, UI juga melakukan survei dan hasilnya hanya menunjukkan bahwa SBY-Boediono hanya bisa meraup suara maksimal 52 persen," kata Yudi.

Dikatakan, survei itu tidak bertanggung jawab dan tidak serius dijalankan, serta menghancurkan peran lembaga-lembaga akademis dan intelektual. Survei itu tidak lebih dari strategi melemahkan lawan dan menggiring lawan politik untuk masuk dalam demoralisasi.

"Hasil survei itu bisa saja melemahkan kubu lawan SBY, namun bisa juga semakin menunjukkan bahwa SBY tidak memiliki rasa percaya diri untuk memenangkan pilpres, sehingga angka-angkanya perlu dilambungkan sedemikian tinggi," tuturnya

Sedangkan, Daniel Yusmic mengatakan survei memang merupakan bagian dari perkembangan demokrasi dan politik. Namun, esensi survei akan dicederai jika dijalankan untuk mengarahkan pemilih secara tidak elegan. "Jika survei-survei dijalankan secara valid, tentunya hal tersebut berguna sekali bagi masyarakat. Namun, jika survei tersebut dijalankan dengan motivasi tertentu untuk mengerdilkan peluang dan partisipasi lawan politik, maka hal ter-sebut sangat bertentangan dengan etika," katanya. [EMS/LOV/C-4/A-21]


* * *
Pemilih Muslim Lebih Pilih JK

Republika , 24 Juni 2009

JAKARTA -- Partai-partai berbasis massa Islam yang tergabung dalam koalisi Partai Demokrat, ternyata tidak mampu menaikkan elektabilitas pasangan SBY-Boediono. Pemilih yang beragama Islam ternyata lebih memilih pasangan JK-Wiranto dibandingkan pasangan SBY-Boediono yang didukung PKS, PPP, PAN, dan PKB.

Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) terhadap 1.989 responden di seluruh Indonesia pada tanggal 15 Juni sampai 20 Juni 2009, menunjukkan, distribusi pemilih muslim pada pasangan SBY-Boediono justru menurun sampai empat persen. Sedangkan pasangan JK-Wiranto meraup kenaikan sebesar dua persen dari pemilih muslim.

“Nampaknya JK berhasil masuk dan mengambil suara pemilih muslim seperti suara NU dan lain-lain,” ujar Direktur Eksekutif LSI, Saiful Mujani, saat memaparkan hasil survei di Jakarta, Rabu (24/6).

Pada survei serupa yang dilakukan pada bulan Mei lalu, distribusi pemilih muslim pada pasangan SBY-Boediono masih berada pada posisi 71 persen. Sementara pada survei bulan Juni angka keterpilihan SBY-Boediono dari pemilih muslim anjlok di angka 67 persen.

Adapun JK-Wiranto mendapat limpahan suara dua persen dari pemilih muslim. Semula JK-Wiranto hanya dipilih tujuh persen pemilih muslim pada bulan Mei, namun di bulan Juni JK-Wiranto dipilih sembilan persen pemilih muslim.

Selain SBY-Boediono, pasangan Megawati-Prabowo juga mulai ditinggalkan pemilih muslim. Distribusi pemilih muslim terhadap Mega-Prabowo terkoreksi satu persen dari 16 persen pada bulan Mei menjadi 15 persen pada bulan Juni.

Non Muslim ke SBY

Terkait pemilih non muslim, distribusi pilihan mereka mulai beralih kepada pasangan SBY-Boediono. Pasangan nomor urut dua tersebut mendapatkan limpahan suara pemilih non muslim sebesar 18 persen.

Pada bulan Mei, pemilih non muslim yang memberikan suara kepada SBY-Boediono hanya sebesar 47 persen. Namun pada bulan Juni naik menjadi 65 persen.

Hal sebaliknya terjadi pada pasangan Mega-Prabowo. Bila pada bulan Mei pasangan nomor urut satu ini dipilih oleh 37 persen pemilih non muslim, namun pada bulan Juni angkanya merosot menjadi 28 persen. “Sementara pemilih non muslim pada JK-Wiranto tetap, yaitu tiga persen,” jelas Saiful.

Kendati demikian, Saiful menuturkan, secara umum pasangan SBY-Boediono tetap memperoleh dukungan tertinggi dari pemilih muslim. Begitu pun tingkat pilihan pemilih non muslim.

“SBY-Boediono didukung mayoritas muslim secara proporsional, sedangkan dukungan dari non muslim mulai lebih proporsional,” ucap Saiful.

Juru Bicara Tim Kampanye Nasional pasangan JK-Wiranto, Indra Jaya Pilliang, menilai, kenaikan elektabilitas JK-Wiranto semakin menumbuhkan rasa optimisme mereka untuk meraih hasil optimal dalam pilpres.

Indra mengaku bersyukur kenaikan elektabilitas JK-Wiranto didasarkan pada indikasi-indikasi keberhasilan kampanye dan meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada JK-Wiranto.

“Kami tidak menjual citra sebagai pihak yang dizalimi, padahal faktanya sekarang Pak JK sudah tidak lagi diajak mendiskusikan masalah-masalah negara dan sidang kabinet. Padahal dia kan masih wakil presiden,” papar Indra.

Dia melanjutkan, para pemilih yang melarikan suaranya ke JK-Wiranto adalah mereka yang berasal dari kelompok masyarakat rasional, kelas menengah, dan punya kualitas pendidikan yang bagus.

“Di sisa waktu ini kami akan menggenjot dukungan dari lapisan masyarakat lain. Survei-survei lain juga menyebutkan kecenderungan sama, yaitu elektabilitas JK-Wiranto makin naik,” ucap Indra.

Peneliti senior LSI, Burhanuddin Muhtadi, menambahkan, jika JK-Wiranto ingin mendapatkan limpahan suara yang signifikan, maka harus mengoptimalkan kampanye pada lapisan masyarakat bawah dan pesisir. “Sejauh ini pemilih JK-Wiranto cenderung berasal dari masyarakat kelas menengah, kalau bisa lebih mendekati masayarakat bawah di sisa waktu kampanye, saya fikir ada peluang elektabilitas lebih meningkat,” tandas Burhanuddin. ade/ahi

* * *


Jenderal Saurip Kadi Singgung Peran SBY di Balik 27 Juli 1996


Rakyat Merdeka, 24 Juni 2009,


Jakarta, RMOL. Semua jenderal yang ikut dalam Pilpres 2009, Prabowo, SBY dan Wiranto, punya peranan dalam sejumlah kasus pelanggaran HAM.

“Ketiganya terlibat pelanggaran HAM. Siapa yang tidak melanggar HAM?,” begitu kata mantan asisten teritorial KSAD, Mayor Jenderal (pur) Saurip Kadi di kantor Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (LBHI), Jalan Diponegoro, Jakarta, sore ini (Rabu, 24/6).

Saurip Kadi mencontohkan SBY yang selama ini dianggap bersih dari kasus HAM. Menurut Sarip, SBY punya peranan dan harus ikut bertanggung jawab dalam kasus kerusuhan 27 Juli 1996. Ketika kerusuhan itu terjadi, SBY menjabat sebagai Kepala Staf Kodam Jaya. Ia sempat keberatan ketika ditugaskan untuk menyiapkan pasukan dan logistik. Namun, jelas Saurip lagi, ada ketentuan di TNI bila belum mengajukan keberatan dalam delapan hari sang pelaksana tugas harus ikut bertanggung jawab.

“SBY saat itu sebagai Kasdam, orang nomor dua di Metro Jaya yang menyiapkan logistik dan pasukan. Itu semuanya urusan Kasdam. Memang yang bertanggung jawab secara komando adalah Sutiyoso (Pangdam Jaya saat itu),” demikian Saurip menambahkan. [wid]



* * *


Survei: Yudhoyono Turun Tipis, Kalla Merangkak Naik

Rabu, 24 Juni 2009

TEMPO Interaktif, Jakarta : Lembaga Survei Indonesia merilis hasil survei terbaru yang menunjukkan tingkat keterpilihan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono turun sekitar 3 persen dibandingkan hasil survei sebelumnya. Adapun keterpilihan pasangan Jusuf Kalla-Wiranto merangkak naik.

Survei LSI masih menempatkan pasangan Yudhoyono-Boediono pada posisi puncak dengan keterpilihan sekitar 67,2 persen, turun dari 70 persen pada survei 3 Mei 2009. "Kalau pemilihan dilakukan sekarang, SBY 67 persen, Mega 15,8 persen dan JK 8,3 persen," kata Peneliti LSI, Syaiful Mujani, saat mengumumkan hasil survei di Hotel Sari Pan Pasifik, Jakarta, pagi ini.

Peneliti LSI Burhanudin Muhtadi menjelaskan, tren keterpilihan pasangan Kalla-Wiranto merangkak naik dari 7 persen pasa survei sebelumnya menjadi 8,3 persen. Kenaikan ini diduga berkaitan dengan banyaknya pemberitaan dan iklan di media soal aktivitas pasangan Kalla-Wiranto. "Namun, iklan masih kurang menarik bagi kalangan bawah, hanya berpengaruh di perkotaan,” kata dia.

Adapun pasangan Megawati-Prabowo, menurut survei LSI, mengalami penurunan elektabilitas dari 18 persen pada survei 3 Mei 2009 menjadi 15,8 persen. Pemilih Megawati, menurut Burhanudin, masih terkonsentrasi pada masyarakat tradisional.

Survei ini dilakukan dengan wawancara tatap muka pada 15-20 Juni. Pengambilan sampel menggunakan teknik multistage random sampling, dengan melibatkan 1.989 resonden. Survei memasukkan faktor margin of error 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

* * *
Yudhoyono Tiba di Tempo, Masyarakat Ikut Menyaksikan

Rabu, 24 Juni 2009

TEMPO Interaktif, Jakarta: Mengenakan baju batik keemasan, calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono, disambut oleh jajaran redaksi Majalah Tempo hari ini (24/6) pukul 11.30 WIB di kantor Tempo Jalan Proklamasi 72, Menteng, Jakarta Pusat. Masyarakat sekitar ikut menyaksikan kedatangan Susilo.

Redaksi Tempo yang menyambut Susilo antara lain Direktur Utama PT Tempo Inti Media Bambang Harymurti, Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Toriq Hadad, Pemimpin Redaksi Koran Tempo S Malela Mahargasarie, Redaktur Senior Fikri Jufri, dan Redaktur Eksekutif Majalah Tempo Wahyu Muryadi.

Sedangkan Susilo didampingi Menteri Sekretaris Negara Hatta Radjasa, Menteri Komunikasi Muhammad Nuh, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, Juru Bicara Andi Mallarangeng, dan Staf Khusus Presiden Bidang Hukum Denny Indrayana.

Masyarakat sekitar kantor Tempo tampak berbondong-bondong menyaksikan kedatangan Presiden. Sekitar lima menit, pasukan pengamanan menutup Jalan Proklamasi. Namun setelah Susilo hadir jalan dibuka kembali, sehingga kemacetan kembali terurai.

Kunjungan Susilo sebagai calon presiden mengulangi kunjungannya lima tahun lalu yaitu menjelang pemilihan umum presiden dan wakil presiden. Sebelumnya Majalah Tempo juga pernah dikunjungi calon presiden Jusuf Kalla.
* * *
Tim Sukses: Prabowo Fokus, Tak Cengengesan

24 Juni 2009

TEMPO Interaktif, Jakarta: Anggota Tim Kampanye Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto, Halida Hatta, membantah bila Prabowo saat tampil debat tadi malam dalam kondisi tegang. Debat calon wakil presiden yang diselenggarakan KPU di Gedung Senayan City Jakarta, kesan kaku karena memang pembawannya seperti itu.

“Beliau tidak tegang, tapi karena sikap disiplinya maka penampilannya seperti itu. Fokus dan tidak cengengesan,” ujar Halida kepada Tempo.

Menurut Halida, latar belakang Prabowo yang mendapat didikan militer membuat selalu tampil disiplin dan penuh konsentrasi. Sikap Prabowo di panggung debat, lanjut dia, adalah wujud jati dirinya. “Dia tidak pernah tegang kok,” ujarnya.

Halida juga menegaskan bahwa Prabowo orang ang selalu yakin dengan kata-katanya. Dalam debat ini sebagian besar materi yang disampaikan buah dari pemikiran Prabowo. “Tim tentunya juga memberi masukan dan beliau terbuka untuk itu, tapi sebagian besar adalah buah dari pemikiran beliau sendiri,” ujarnya.

Dalam debat perdana calon wakil presiden ini, Prabowo terlihat paling tegang. Calon lain seperti Boediono tampak santai dan tenang dalam bertutur. Begitu pula dengan calon wakil presiden Wiranto yang tampil rilek. Bahkan mantan Pangila ABRI ini sempat menyanyi. Dia juga sempat salah mengambil minum milik Boediono.

Sejak awal Prabowo terlihat serius dan jarang tersenyum. Setiap kali rehat dia selalu minta minum dan jarang sekali berkonsultasi dengan timnya. Prabowo juga seringkali mengelap sendiri keringat di dahi dan wajahnya. Hanya sesekali petugas SCTV membenahi tampilan wajahnya.

Walaupun nampak tegang, namun sesekali dia mengajak berbincang peserta debat lainnya. Sesekali juga dia mengajak tersenyum Boediono atau wiranto. Ketegangan jenderal bintang tiga itu baru terlihat mereda saat akhir-akhir acara. Dia mulai sering tersenyum dan tubuhnya terlihat lebih rilek.

* * *

Prabowo: Perubahan atau Lanjutkan Sistem Ekonomi yang Tidak Sejahtera

Selasa, 23 Juni 2009

JAKARTA, KOMPAS.com — Cawapres PDI Perjuangan-Gerindra, Prabowo Subianto, mengatakan, jati diri bangsa bisa dibangun, salah satunya dengan memperbaiki kondisi ekonomi bangsa. Sistem ekonomi saat ini, menurutnya, tidak berhasil membawa kemakmuran dan manfaat bagi rakyat.

Seperti yang sering diutarakan Prabowo, kekayaan negara banyak yang mengalir ke luar negeri. "Bicara jati diri bangsa, kita lihat kondisi bangsa dan kekayaan negara yang mengalir ke luar negeri. Tanpa menyelesaikan masalah kebocoran ini, bangsa kita akan menjadi bangsa yang lemah dan kalah terus, tidak bisa berdiri di atas kaki sendiri," ujar Prabowo, dalam paparan visi misi pada Debat Cawapres, Selasa (23/6) malam ini.

Hal itu, menurut dia, membuat rakyat tak bisa menikmati hasil kemerdekaan. "Hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang saja. Karenanya, saya dan Ibu Mega menawarkan ekonomi kerakyatan, menyelamatkan kekayaan negara dan tidak menyuplai tenaga murah ke luar negeri. Rakyat yang akan menentukan, apakah ingin yang mengusung perubahan atau kembali ke jati diri bangsa sesuai cita-cita pendiri bangsa," kata dia. Prabowo juga memaparkan, tidak ada jati diri bangsa yang lepas dari kemakmuran rakyat.

Mengutip data Bank Dunia, ia mengatakan, 50 persen masyarakat Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan atau sekitar 115 juta orang berpenghasilan di bawah Rp 20.000 per hari.

* * *

Wiranto: Indonesia Butuh Pemimpin yang Kuat

Selasa, 23 Juni 2009

JAKARTA, KOMPAS.com — Calon Wakil Presiden Wiranto mengatakan bahwa Indonesia tidak tahu siapa dirinya. "Setelah saya merenung saya terima. Itu isyarat keprihatinan," ucap Calon Wakil Presiden Wiranto saat pemaparan visi misi dalam Debat Cawapres di studio SCTV, Selasa (23/6).

Wiranto yang juga mantan Menkopolkam itu mengatakan, Indonesia mempunyai potensi dan sebenarnya tidak perlu bernasib seperti sekarang. Ia juga mengkritik pemerintah yang harus berutang kepada pihak asing sehingga dianggap negara pengutang terbesar keempat. "Pancasila sekarang tidak lagi disebut-sebut dan diamalkan," ucapnya.

Suatu bangsa, katanya, harus memiliki jati diri agar tidak tersingkir dari pergaulan dunia. "Jika hilang, jati diri akan menjadi bulan-bulanan negara lain," ujarnya.

Untuk itu, ia melanjutkan, perlu pemimpin yang kuat untuk mengukuhkan jati diri bangsa. "Kami mengedepankan visi yang adil, berdaulat, mandiri, dan bermartabat," ungkapnya.

Selain itu, dibutuhkan kepemimpinan yang lebih cepat bersikap dan mengambil keputusan. "Untuk itu, kita ambil semboyan lebih cepat lebih baik," lontarnya.

* * *



Minggu, 21 Juni 2009



SBY 'Dikeroyok' Hanya Trik Cari Dukungan

Yogyakarta (Bali Post) -
Pengamat sosial politik UGM, Ari Sujito, Sabtu (20/6) kemarin, menyatakan pernyataan calon presiden (capres) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bahwa selama ini dirinya dikeroyok merupakan bagian strategi untuk mengkapitulasi dukungan maupun perolehan suara Pilpres 2009.


"Memang faktanya dikeroyok, karena SBY merupakan kandidat incumbent. Ia justru memanfaatkan untuk perang urat saraf yang diharapkan dapat mengkapitulasi dukungan dan perolehan suara pada Pilpres 2009 nanti," kata Ari Sujito.
Menurut dia, di satu sisi istilah dikeroyok ini dimanfaatkan SBY untuk mendulang simpati masyarakat dan pada akhirnya akan memunculkan dukungan yang besar kepada SBY.

"Ini merupakan strategi SBY untuk memanfaatkan situasi yang berkembang dengan selalu mengatakan dirinya dikeroyok di setiap kesempatan kampanye atau dialog. Dengan kemasan bahasa seperti itu diharapkan dapat menggugah simpati masyarakat," katanya.

Ia mengatakan saat ini, SBY juga merasa posisinya masih di atas angin sehingga pernyataan tersebut dimunculkan sebagai perang urat saraf untuk semakin memancing reaksi dari kandidat yang menjadi rivalnya. "SBY termasuk tim kampanyenya menggunakan pernyataan ini untuk memancing reaksi rivalnya, setelah mereka bereaksi keras, kemudian menggunakan strategi bertahan dan tidak mau terjebak dengan permainan dari dua kubu rivalnya tersebut dan tidak perlu melakukan serangan balik," katanya.

Ia mengatakan SBY selama ini memang lebih banyak bertahan dari serangan rivalnya daripada balik menyerang karena dengan strategi ini pula ia ingin memmbangun citra. "Dengan strategi bertahan ini diharapkan citranya akan lebih baik, daripada melakukan serangan balik terhadap rival-rivalnya," katanya. Namun strategi ini justru dapat pula menjadi bumerang terutama ketika kesan dikeroyok disampaikan terus-menerus maka masyarakat yang kritis justru akan bertanya-tanya kenapa SBY terkesan mengeluh terus.

Kubu JK Tolak Survei
Sementara itu, kontroversi atas perbedaan hasil survei dari sejumlah lembaga survei telah membuat masyarakat bingung. Tim capres JK-Wiranto menolak hasil survei dijadikan alat kampanye. Sebaiknya dijadikan bahan evaluasi kerja internal bagi pemesan saja. 'Kami tidak setuju ketika hasil survei dijadikan sebagai alat kampanye atau iklan,' kata anggota Tim Kampanye JK-Wiranto, Indra J. Piliang, dalam diskusi bertema Kredibilitas Lembaga Survei di Jakarta, Sabtu (20/6) kemarin.

Indra mengatakan hasil survei seharusnya dijadikan bahan evaluasi internal bagi pemesan, bukan untuk konsumsi publik. Karena itu, dia menyarankan agar hasil survei tidak diumumkan ke publik. Komisi Pemilihan Umum diminta dalam membuat peraturan kepada lembaga survei agar hasil survei tidak ditayangkan di media massa.

Menurut Indra, selama ini masyarakat selalu terpaku pada hasil survei, karena menganggap hasil itu seolah hasil baku dan pasti. Padahal, persepsi masyarakat tentang sesuatu bisa cepat berubah. 'Hasil survei berfluktuasi cepat dari waktu ke waktu,' kata Indra.

Sependapat dengan Indra, Direktur IndoBarometer M. Qodari meminta agar hasil survei tidak dipublikasikan. 'Kalau diumumkan (hasil survei) ke publik, sama saja dengan memberikan info gratis ke lawan politik,' kata Qodari.

Peneliti Senior LSI, Burhanuddin Muhtadi, mengatakan hasil survei tidak memiliki pengaruh besar bagi pemilih. Dia menampik tuduhan bahwa hasil survei yang dilakukan dipesan untuk memobilisasi dukungan. 'Kalau mau lihat kredibel atau tidaknya lembaga survei, lihat saja rekam jejaknya dan bagaimana validasi sampelnya,' kata Burhan. (kmb4/ant)

Oleh Nurhayati *

Deklarasi pasangan calon Presiden Megawati-Prabowo yang sudah usai digelar pada 24 Mei yang lalu telah menjadi penutup bagi pencalonan bakal calon presiden republik ini. Deklarasi 2 pasangan lainnya yang sudah terlebih dulu melakukan deklarasi yakni pasangan SBY berBoedi dan JK-Win. Hingar bingar deklarasi juga menjadi semacam gambaran umum akan peta pertarungan sebenarnya kelak di Pilpres yang menurut jadwal akan dilaksanakan pada bulan 8 Juli 2009.

Apa yang menarik dan kemudian tersisa dari prosesi serba wah deklarasi pasangan capres itu? Pertanyaan ini, seakan menjadi ganjalan bagi sebagian rakyat yang harus bersiap dan “harap-harap cemas” atas nasibnya 5 tahun ke depan paska terpilihnya presiden baru. Cemas karena kekhawatiran akan lahirnya kebijakan-kebijakan baru yang lebih buruk dan bertahannya kebijakan lama yang memang sudah sangat buruk dan menindas rakyat. Semua itu hadir dalam pusaran yang tak kuasa ditolaknya sebagai keniscayaan dan nasibnya.

Tengoklah misalnya bagaimana dalam deklarasinya pasangan Megawati-Prabowo yang didesain sedemikian rupa sehingga melahirkan kesan “kerakyatan” sangat kental. Memilih tempat di TPST Bantar Gebang, kumuh, bau sampah dan marginal. Dalihnya jelas, “Kami mengajak semua pihak untuk kembali berpikir bahwa rakyat, sebagaimana yang hidup di tempat kumuh seperti TPST Bantar Gebang ini harus menjadi perhatian kita. Demikian pasangan ini membuka pidato politiknya. Lebih hebat lagi, Sang Wapres tampil layaknya Ratu Adil yang membawa kabar bahagia bagi sebagian besar rakyat tertindas bahwa perubahan akan datang dalam waktu yang tidak lama lagi, lebih cepat dan lebih baik. Kira-kira begitu.

Menggugat Komitmen Capres-Cawapres

Episode deklarasi pasangan Mega Pro seakan menjadi cerita penutup sekaligus pelengkap dari janji, komitmen, rayuan dan apapun namanya yang dilontarkan oleh semua pasangan. Deklarasi Mega Pro ini, juga sengaja dilakukan sebagai kritik atas deklarasi rivalnya SBY BerBoedi yang konon menghabiskan dana 5 miliar dengan aroma kental bergaya Amerika Total, Full Americanized! Gaya deklarasi SBY Berboedi mengingatkan kita pada deklarasi Obama dan pasangannya ketika maju sebagai capres di AS. Dan pasangan ini menjiplak total perhelatan di negeri moyang kapitalis itu. Sementara pasangan JK-Win, yang deklarasinya sederhana, menurut tim suksesnya hanya menghabiskan dana sekitar 20 juta dilakukan di pelataran Tugu Proklamasi dengan klaim bahwa mereka sengaja melakukannya sebagai napak tilas pembacaan proklamasi oleh Ir. Soekarno.

Lalu, paska semua drama itu berlalu, kini rakyat dan terutama kaum buruh menyisakan pertanyaan. Pertanyaan yang tak ada jawabannya pada mereka. Bukan karena mereka tidak bisa menjawab namun karena memang tidak adanya komitmen itu pada semua capres. Semua terasa dangkal dan tidak membumi. Semua terasa hanya menjadikan rakyat sebagai objek jualan saja sementara komitmen untuk mewujudkannya? Nol Besar.

Tengoklah misalnya drama testimoni buruh dalam deklarasi Mega Pro tanggal 24 Mei yang lalu, ”Kami buruh Indonesia memberikan kepercayaan kepada Ibu untuk memimpin negeri. Kami menyampaikan aspirasi agar ada perbaikan atas undang-undang yang melegalkan sistem kerja kontrak dan outsourcing.....!” Lalu, jawaban apa yang akan disiapkan oleh Megawati ketika misalnya nanti mereka berkuasa? Pasti tidak ada karena justru pada era pemerintahan Megawati lah, undang-undang itu diproduksi atas desakan kapitalis internasional. Kepada SBY kah? Juga tidak mungkin karena pada era SBY inilah rencana revisi UU 13 tahun 2003 menjadi lebih buruk diskenariokan meski gagal namun masih juga dilakukan dengan jalan memutar lainnya, semisal RPP Pesangon dan Jaminan PHK, PB 4 Menteri dan kebijakan lain. Kepada Jusuf Kalla kah? Sia-sia saja karena semua tahu Jusuf Kalla adalah otak kebijakan ekonomi dalam pemerintahan SBY-JK yang masih berkuasa sebagaimana klaim mereka atas kebijakan BLT. Intinya, kaum buruh Indonesia menghadapi jalan gelap ke depan siapapun presiden terpilihnya karena mereka hanya akan mewakili kepentingan kaum modal.

Pilpres, Meneguhkan Jalan Neoliberalisme

Pilpres 2009, yang oleh banyak pihak disebut sebagai babak akhir pertarungan bagi semua calon tentu akan dipertaruhkan mati-matian oleh semua calon. Artinya, ini adalah kesempatan terakhir bagi semua pasangan untuk berlaga. Now or never, menjadi pemicu bagi semuanya untuk melakukan segala cara agar dirinya dapat terpilih sebagai presiden periode mendatang.

Tapi, semangat mereka untuk berkompetisi tidak berbanding lurus dengan semangat mereka untuk meretas jalan kesejahteraan bagi rakyatnya. Coba lihat, apa janji para pasangan ini dalam berbagai kesempatan ketika berbicara kebijakan? Semua mengatakan bahwa rakyat, kesejahteraan rakyat adalah hal terpenting dalam program mereka. SBY mengatakan bahwa kebijakan BLT dan sogokan buat rakyat akan tetap dilanjutkan meski kebijakan ini sejatinya merupakan skenario asing untuk meredam kenaikan harga BBM dan dananya berasal dari hutang internasional. Sementara, Megawati kelimpungan ketika di sebuah TV swasta dicecar oleh pertanyaan mengapa ketika berkuasa dulu dia menjual aset-aset vital negara? Dengan gugup jawabannya mengatakan bahwa saya “diikutsalahkan” atas penjualan aset-aset negara tersebut. Sementara sebagai presiden pengganti karena Gus Dur lengser dia tidak memiliki power untuk menolak perjanjian penjualan aset-aset itu. Sebuah jawaban yang sama sekali tidak masuk akal.

Lalu, apa yang kita harapkan dari keterpilihan capres-cawapres itu kelak? Tidak ada! Karena mereka, sejatinya penganut mahzab ekonomi neoliberal yang semua programnya tercatat rapi dalam buku Bank Dunia, WTO, ADB dan lembaga rentenir internasional. Maka, pemahaman kaum buruh yang sederhana akan neoliberal dipastikan akan menjadi agenda utama mereka. Neoliberal yang berarti upah murah, sistem keja kontrak-outsourcing, PHK, relokasi pabrik, represi terhadap rakyat, pupuk mahal, solar mahal, kapitalisasi pendidikan dan kesehatan, perumahan yang tak terjangkau, akan tetap terjadi. Menyandarkan APBN dari hutang dan menjual aset vital negara tetap akan jadi primadona. Dan siapa lagi yang akan menanggung akibatnya? Dapat dipastikan rakyat!

Terakhir, kaum buruh juga patut bertanya, dari mana harta kekayaan semua capres-cawapres itu? Dapat dipastikan, kekayaan mereka adalah akumulasi atas perasan keringat kaum buruh yang nilai kerjanya dicuri di “pabrik-pabrik” mereka. Dan sistem neoliberal melegalkan hal itu!


* Penulis adalah Sekretaris Serikat Pekerja PT. Onamba Indonesia - Karawang, sekaligus anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Jabodetabek.

** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).

PERCAKAPAN 1: APAKAH CINTA JUGA KONSEP SAJA ?





T = Suatu hari saat saya sedang duduk di halaman perpustakaan dan saya bertanya pada diri saya sendiri, kalau semua yang kita anggap 'real' di dunia ini kreasi dari pikiran manusia, 'arti' yang selama ini kita cari, apakah hanya permainan kita juga?



Ya.



Ternyata arti hidup yang saya dapat dan pelajari, arti cinta, arti persahabatan, arti kebijaksanaan dan arti-arti lainnya, adalah konsep dari pikiran manusia yang terkondisi. Pada momen itu, saya menyadari bahwa hidup ternyata tidak berarti. Namun saya kembali bertanya, apakah hidup ini harus memiliki arti agar saya bisa menjalaninya? Bisa kah saya berdiri, dengan kedua kaki saya sendiri, di dalam hidup yang tidak berarti ini?



Tentu saja bisa.



Entah kenapa, menyadari ketidakberartian semua aspek kehidupan ini, saya malah merasa hidup menjadi sangat berarti sekali. Ketidakberartian yang selama ini saya khawatirkan justru membawa meaningfulness baru bagi saya. Keberartian yang tidak bisa saya jelaskan, tapi saya rasakan, di dalam diri ini suatu hal baru berkobar. Dari ketidakberartian ini, ternyata alam semesta menunjukkan ke hadapan saya: Naked existence. Eksistensi kehidupan telanjang, non-konseptual, tidak bisa diasosiasikan dengan kemampuan linguistik manusia (yang lagi-lagi ciptaan pikiran).



Mungkin ini surga di atas dunia. Tapi kemudian saya terbayang oleh wajah-wajah manusia yang kelaparan, mengemis di pinggir jalan, tidak tahu arah. Mengantri berkilo-kilo meter di tanah gersang untuk air bersih. Tidur tak beratap, kedinginan tak berselimut.



Kita tidak akan meninggalkan mereka, Mas. Kita datang bersama-sama, dan kita juga akan pergi bersama-sama.



J = We are part of one another.



Saya sendiri tidak melihat adanya pengkotak-kotakan manusia karena saya tahu bahwa manusia bisa happy kapan saja dan di mana saja.



Manusia yg kelaparan dan mengemis di pinggir jalan tetap akan ada. Yg tidak kelaparan dan mengemis di pinggir jalan juga tetap akan ada, terutama ketika mendekati dan saat hari raya keagamaan di Indonesia. Itu tradisi yg dipertahankan. Mereka harus mengemis sehingga orang bisa beramal dan mengumpulkan pahala.



Apakah orang yg mengemis happy? Saya rasa mereka happy sebab kalau tidak happy pasti tidak akan mengemis.



Semuanya memang konsep ciptaan pikiran kita saja, bahkan konsep tentang happy dan tidak happy. Konsep kaya dan miskin. Konsep cinta dan benci. Semuanya konsep saja, dibuat oleh pikiran manusia.



Yg mungkin bukan konsep adalah the urge itself, dorongan hormon untuk bercinta itu. Tetapi obyeknya yg dituju jelas adalah konsep. Rasanya seperti ada chemistry, pokoknya suka aja. Kalau dianalisa sebenarnya itupun konsep.



Setelah menyadari semuanya akhirnya kita akan diam saja, enjoy the moment. Tapi hidup kan masih jalan terus. Masih harus bercinta dengan seseorang. Maukah dia? Kalau dia mau lalu apa? Dan kalau dia tidak mau lalu apa?



Kemungkinan-kemungkinan ini yg sebenarnya capai juga kalau dijalani. Tapi kalau tidak djalani, akhirnya mau ngapain aja? Apakah cuma jawabin pertanyaan kayak gini aja tiap hari?



Cinta, I only know that I feel it. Udah ah, jangan keterusan.





PERCAKAPAN 2: MIMPI KOK KAYAK FILM ?



T = Om Leo, apa kabar? Lagi sibuk ya? Kok akhir-akhir ini kayaknya nulis notes nya ga se intens dulu lagi? Kenapa ?



J = Karena saya lagi jatuh cinta, jadi maonya mikirin si dia aja.



T = Om, aku pengn cerita mimpi aku tadi pagi, boleh ya?



J = Boleh aja, please do.



T = Tadi pagi kan aku sudah bangun, dan tertidur lagi bentar. Ni ceritanya aku lagi nginep di tempat temen aku, om. Trus mimpinya gini:



Aku gak tahu ntu taun berapa, tapi yg jelas udah modern banget, kita manusia hidup di atas air, peradabannya udah keren banget om. Tapi kita (manusia) gak hidup sendiri. Tapi ada makhluk lain, aku gak tau apa, wujudnya kayak alien-alien gitu lah warna ijo, nah, mereka ntu hidup di air.



Mungkin ceritanya dulu kita hidup rukun. Tapi saat ntu (di mimpi aku) sedang ada perang antara para manusia sama makhluk-makhluk ntu.



Kita manusia ditangkap, trus dibawa ke dalam air, (aku gak tau mereka diapaìn) saat ntu aku sama orang-orang lain, menjauhi daerah-daerah di mana mungkin mereka muncul, karena makhluk-makhluk ntu bakal muncul tiba-tiba dari bawah air, trus nyeret kita ke dalem (serem banget om, aku masih inget dag dig dug nya.)



Awalnya aku ngeliat sahabat aku (di mimpiku, dia berperan jadi pemimpin kelompok manusia). Dia dan beberapa teman lain awalnya dah ditangkap, dan diseret ke dalam laut, tinggal aku dan beberapa manusia lain, nah di saat kita mencoba buat melawan, ternyata sahabat aku ntu muncul lagi dari bawah permukaan, trus nolongin lagi manusia-manusia. Cuma dia sendiri yg selamat dari makhluk-makhluk ntu.



Trus aku dan manusia-manusia lain kan ngelanjutin perang, kita ngelawan dan ngehindar trus, tapi akhrnya aku dan manusia-manusia lain (tidak termasuk sahabat aku) ntu tertangkap, kami digeret ke bawah laut.



Adegan ini ni yg aku inget banget keadaan sama rasanya. Aku dibawa sama makhluk ntu dengan perasaan pasrah tapi juga yakin kalo aku sebenernya bukan manusia yg makhluk-makhluk ntu cari. Aku pejemin mata. Trus aku ngerasa mereka membawa aku, tapi belum begitu dalam, aku buka mata, dan ngeliat ternyata aku dilepas sama makhluk-makhluk ntu, dan di depan aku ada beberapa orang (lebih dari 5 orang) dengan pakaian merah dan putih, mereka berenang ke arah aku, ìngin nolong mungkin ya.



Lalu aku kayaknya pingsan.



Dan begitu aku sadar, ternyata aku udah ada di atas lagi, dengan beberapa manusia lain yg selamat, juga sahabat aku, kita trus berperang.



Tapi aku gak tau gimana akhirnya, cerita aku terputus, dan loncat, di mana aku udah jadi sedikit lebih tua, dan menceritakan tentang perang manusia sama makhluk-makhluk itu ke seorang anak kecil. Setelah itu, aku pergi entah kemana.



Udah gitu cerita mimpi aku pagi ìni om.



Bisa kasih aku beberapa informasi tentang mimpiku ntu ga om? Karna aku sendiri juga gak tau harus menghiraukan mimpi ntu apa gak, yg jelas aku tadi pagi bangun dengan perasaan 'wow, kok kayak film gini?'



J = Emang kayak film, a very nice film. Ada warna-warni hijau, biru, merah dan putih. Yg warna kuning tidak disebutkan, so it's the key. Kuning artinya energi fisik, dan itu adalah diri anda sendiri. Fisik anda sehat, jadi mimpinya melihat segala macam yg seru-seru, enjoy aja.





PERCAKAPAN 3: AGNOSTIC ITU APA ?



T = Malam Mas Leo.



Mau tanya apa artinya agnostic. Tks :)). Saya baru ikut milis SI. Jadi masih banyak yg ga mudeng.



J = Tanya langsung aja mbak, tanya di milis. Tidak usah ragu untuk tanya apa saja, sharing apa saja.



T = Tanya sama siapa mas?. Kenapa harus ke milis? Terus caranya bagaimana? Lha wöng saya gaptek, ini juga baru diajarin anak untuk buka internet. Yg di milis kan udah pakar. Kalau sekolah saya ini masih TK. Hick hick hick. . . :(



J = Agnostic cuma istilah saja, biasanya untuk menyebut sikap orang yg tidak percaya kepada segala macam kisah tentang Tuhan seperti diajarkan oleh agama-agama.



Kalau tidak percaya kepada kisah Adam dan Hawa di Taman Firdaus, maka orangnya bisa disebut sebagai seorang agnostic. Artinya orang yg sudah tercerahkan dan mengerti bahwa Adam dan Hawa cuma rekayasa saja. Kalau tidak percaya bahwa Tuhan harus disembah sebanyak lima kali sehari, maka artinya orang itu agnostic.



Secara singkat, orang agnostic adalah orang yg otaknya sudah dipakai dalam hal-hal yg berhubungan dengan ajaran-ajaran agama. Ajaran-ajaran agama yg tidak masuk akal akan ditinggalkannya tanpa merasa berdosa.



Orang beragama akan merasa berdosa ketika tidak berdoa lima kali sehari, atau at least akan merasa tidak menggunakan kesempatan untuk mengumpulkan pahala melalui doa.



Orang agnostic akan bilang bahwa segala syarat supaya manusia berdoa lima kali sehari cuma konsep saja, buatan saja. Bahkan Allah yg katanya menuntut supaya manusia berdoa sehari lima kali juga cuma konsep saja. Segalanya itu konsep saja.



Pahala itu cuma buatan pikiran orang yg menciptakan agama agar manusia bisa diatur seperti kambing yg tidak menggunakan otaknya. Orang-orang beragama banyak yg tidak menggunakan otaknya atau, at least, otaknya dibekukan. Otak yg beku itu akan memaki-maki orang lain yg tidak sependapat. Dikiranya dirinya diridhoi oleh Allah karena menjalani sembahyang lima waktu, pedahal yg dijalaninya itu cuma konsep buatan manusia saja.



Orang agnostic adalah mereka yg sudah bisa melepaskan diri dari penjara buatan manusia itu. Syarat-syarat agama adalah penjara. Allah yg menuntut sembahyang adalah penjara. Kisah Adam dan Hawa yg menempatkan wanita di bawah kaki pria adalah penjara.



So, berbahagialah mereka yg agnostic karena otaknya sudah dipakai untuk berpikir sehingga bisa menjadi manusia yg merdeka.



Leo @ Komunitas Spiritual Indonesia @ .

diposting oleh kawan jaringan Perguruan Rakyat Merdeka:



leonardo_rimba@yahoo.com



;;